Rabu, Januari 21

ALAT-ALAT KESEHATAN / KEBIDANAN YANG DI PERSIAPKAN UNTUK MENDAMPINGI DOKTER



ALAT-ALAT KESEHATAN / KEBIDANAN YANG DI PERSIAPKAN UNTUK MENDAMPINGI DOKTER

A.    Biopsi
1.      Pengertian
Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Jaringan yang akan diambil untuk biopsi dapat berasal dari bagian tubuh manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal, hati, dan paru-paru.
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dari bahasa latin bios:hidup dan opsi: tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat diperiksa. X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat dilakukan terlebih dahulu untuk mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat dilakukan juga dengan  proses pembedahan. Dengan demikian biopsi adalah pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosa dokter bukan untuk terapi kanker kecuali biopsi eksisional dimana selain pengambilan sampel juga mengangkat semua massa atau kelainan yang ada.

2.      Tujuan Biopsi
Bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan transplantasi organ. Resiko yang dapat ditimbulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan pendarahan. Selain itu mempunyai tujuan sebagai berikut :
a.       Mengetahui morfologi tumor
1)       Tipe histologic tumor
2)       Subtipe tumor
3)       Grading sel
b.      Radikalitas operasi
c.       Staging tumor
1)       Besar specimen dan tumor dalam centimeter
2)       Luas ekstensi tumor
3)       Bentuk tumor
4)       Nodus regional
a)      Banyak kelenjar limfe yang ditemukan
b)      Banyak kelenjar limfe yang mengandung metastasis
c)      Adanya invasi kapsuler
d)     Metastase ekstranodal
3.      Syarat Biopsi
a.       Tidak boleh membuat flap
b.      Dilakukan secara tajam
c.       Tidak boleh memasang drain
d.      Letaknya dibagian tumor yang dicurigai
e.       Garis insisi harus memperhatikan rencana terapi definitif (diletakkan dibagian yang akan diangkat saat operasi definitif)
4.      Kontra Indikasi
a.       Biopsi insisional pada tumor kecil yang dapat diangkat secara keseluruhan
b.      Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi (relatif)
c.       Gangguan faal hemostasis berat (relatif)
d.      Biopsi di luar daerah yang direncanakan akan dieksisi saat operasi
5.      Jenis Biopsi
Bentuk yang paling sederhana dari biopsi adalah pengambilan sebagian potongan tumor yang viable seperti pads kulit atau permukaan lain yang mudah dijangkau dengan tang pemotong yang sesuai. Prosedur semacam ini umumnya tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya dilakukan tanpa pemberian Novocain selama kanker tidak disuplai oleh saraf. Namun, kadang diperlukan biopsi yang melibatkan jaringan sehat serta yang dicurigai sakit untuk mendapatkan sel yang hidup. Dalam hal ini, tentu diperlukan anastesi lokal. Ada beberapa jenis biopsi yaitu:
a.       Biopsi insisional yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan pisau bedah. Pasien akan dibius total atau lokal tergantung lokasi massa, lalu dengan pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit untuk diperiksa.
b.      Biopsi eksisional yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai untuk kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila massa tumor kecil dan belum ada metastase atau penyebaran tumor.
c.       Biopsi jarum yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai panduan bagi dokter untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan. Bila biopsi jarum menggunakan jarum berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsy.
d.      Biopsi jarum dengan bantuan endoskopi. Prinsipnya sama yaitu pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran tubuh seperti saluran pernafasan, pencernaan dan kandungan. Endoskopi dengan kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel.
e.       Punch biopsy adalah biopsi ini biasa dilakukan pada kelainan di kulit. Metode ini dilakukan dengan alat yang ukurannya seperti pensil yang kemudian ditekankan pada kelainan di kulit, lalu instrument tajam di dalamnya akan mengambil jaringan kulit yang ditekan. Pasien akan dibius lokal saja dan bila pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit.
 
Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsi difiksasi, dan dikirim untuk pemeriksaan patologi dan atau imunohistokimia. Tujuan pemeriksaan patologi ini adalah untuk menentukan apakah lesi tersebut ganas atau jinak, dan membedakan jenis histologisnya. Pada beberapa keadaan, biopsi dari kelenjar getah bening menentukan staging dari keganasan. Tepi dari spesmen (pada biopsi eksisional) juga diperiksa untuk mengetahui apakah seluruh lesi sudah terangkat (tepi bebas dari infiltrasi tumor).
Satu jenis biopsi khusus yang dapat mengetahui sitologi dari lesi adalah FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy). Untuk beberapa jenis keganasan, sensitifitas dan spesifisitas FNAB sama atau lebih baik dari biopsi konvensional
6.      Persiapan Biopsi
a.       Selama 1 minggu sebelumnya Pasien harus menghentikan segala macam konsumsi obat yang membuat pembekuan darah terganggu seperti aspirin, Coumadin dan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs).
b.      Konsultasikan pada dokter mengenai konsumsi obat-obatan yang diresepkan
7.      Selama Biopsi
a.       Pasien dibaringkan di atas meja periksa dengan memakai gaun rumah sakit.
b.      X-ray, CT scan atau ultrasonografi mungkin akan dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan lokasi biopsi.
c.       Lokasi biopsi dibersihkan.
d.      Obat bius dimasukkan ke dalam tubuh. Pasien akan merasakan sakit menyengat ringan.
e.       Saat area biopsi sudah terbius, jarum kecil akan dimasukkan ke area yang akan diteliti.
f.       Sebagian jaringan-jaringan atau sel-sel diambil. Dalam beberapa kasus, pembedahan kecil dapat dilakukan agar jaringan atau benjolan dapat diambil untuk diperiksa.
g.      Beritahu dokter jika pasien merasa tidak nyaman.
h.      Setelah itu jarum akan diangkat.
i.        Daerah biopsi akan ditekan lalu akan dipasang kassa kecil. Jika dilakukan pembedahan, maka akan dilakukan penjahitan.
8.      Setelah Biopsi
a.       Kemungkinan akan ada memar, rasa tidak nyaman ataupun bengkak di tempat biopsi dilakukan.
b.      Jika perlu, pakailah obat penghilang rasa sakit yang tidak mengandung aspirin.
c.       Letakkan es batu secukupnya di atas luka untuk mengurangi memar dan bengkak.
d.      Hindari aktivitas berat ataupun mengangkat beban lebih dari 2,5 kg selama 24 jam. Perlahan-lahan pasien dapat melakukan aktivitas normal kecuali ada pemberitahuan sebelumnya dari dokter.
e.       Hasil tes akan dikirim langsung ke dokter. Dokter akan memberitahukan hasilnya kepada pasien
9.      Lain-lain Yang Hendaknya Diketahui
a.      Bila pasien di bawah pengaruh bius umum, maka tindakan biopsi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Tapi bila biopsi dilakukan dengan bius lokal seperti pada biopsi jarum, maka pasien mungkin akan merasakan sensasi nyeri tajam akibat tusukan jarum sesaat saja.
b.      Biasanya dibutuhkan waktu 2-3 hari, tapi ini tergantung keadaan jaringan dan teknologi laboratorium yang ada.
c.      Bila hasil biopsi dinyatakan normal, maka tidak ada kelainan atau keganasan pada jaringan yang diambil. Tapi bila hasil biopsi dinyatakan abnormal, bukan berarti pasien terkena kanker. Hasil abnormal berarti ada kelainan pada jaringan yang bisa berarti jinak atau ganas jadi tanyakan pada dokter intrepetasi yang lengkap. Bila hasil biopsi pasien adalah inconclusive atau tidak dapat disimpulkan, maka kemungkinan sampel jaringan yang diambil tidak representative dan mungkin biopsi harus diulang.
d.     Bila pengambilan sampel tepat dan pemeriksaan sampel jaringan dilakukan oleh ahlinya, maka biopsi insisional dan biopsi eksisional hampir 100% tepat. Tetapi khusus untuk biopsi jarum, maka kemungkinan meleset hanya 2-5 kasus dari 100 kasus kanker. Bila hasil biopsi jarum meragukan, maka dokter biasanya akan mengambil tindakan biopsi jaringan.
e.      Efek samping yang mungkin timbul adalah perdarahan, lebam, dan infeksi. Bila pasien mengalami tanda-tanda tersebut segeralah ke dokter.
f.       Menurut penelitian, biopsi jaringan bila dilakukan oleh ahlinya maka kemungkinan penyebaran sel kanker melalui darah menjadi minimal.
 
 B.     Ekstirpasi
1.      Pengertian
Ekstirpasi adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya.
2.      Indikasi
a.       Kista Aterom
Kista aterom adalah kista retensi dari kelenjar sebasea akibat penutupan saluran pori rambut yang terdiri dari kapsul jaringan ikat padat dengan isi mengandung banyak lemak seperti bubur.
Pada pemeriksaan tampak sebagai tonjolan bulat, superfisial-subkutan, lunak-kenyal. Isi aterom kadang-kadang dapat dipijat keluar. Predileksi di bagian tubuh yang berambut (kepala, wajah, belakang telinga, leher, punggung, dan daerah genital). Kista ini mempunyai diagnosis banding kista epitel, fibroma, lipoma.
3.      Tindakan
a.       Ekstirpasi total dengan eksisi pada daerah bekas muara kelenjar, dengan indikasi kosmetik, rasa nyeri, mengganggu
b.      Insisi dan drainase bila ada infeksi atau abses
4.      Alat dan Bahan
a.       Lidokain 2%
b.      Spuit
c.       Pisau insisi (skapel)
d.      Pinset
e.       Gunting jaringan
f.       Klem jaringan
g.      Needle holder
h.      Jarum dan benang
5.      Teknik
a.       Bersihkan daerah operasi (daerah kulit di atas kista)
b.      Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrasi) pada daerah operasi
c.       Eksisi kulit di atas kista berbentuk bulat telur (elips) runcing dengan arah sesuai garis lipatan kulit. Panjang dibuat lebih dari ukuran benjolan yang teraba dan lebar kulit yang dieksisi ¼ garis tengah kista tersebut.
d.      Gunakan gunting tumpul untuk melepaskan jaringan subkutan yang meliputi kista, pisahkan seluruh dinding kista dari kulit.
e.       Usahakan kista tidak pecah agar dapat diangkat kista secara in-toto. Bila kista telah pecah keluarkan isi kista dan dinding kista. Jepit dinding kista dengan klem dan gunting untuk memisahkannya dengan jaringan kulit.
f.       Jahit rongga bekas kista dengan jahitan subkutaneus
g.      Jahit dan tutup luka operasi
6.      Komplikasi
Kista residif



C.    Mikrokuret / Biopsi Endometrium
1.      Pengertian
Mikrokuretase atau juga dikenal dengan istilah biopsi endometrium adalah pemeriksaan untuk menilai ciri, bentuk, dan besarnya sel selaput lendir rahim (endometrium). Mikrokuretase dilakukan dengan mengambil percontoh sel endometrium memakai kuret kecil khusus yang dimasukkan melalui saluran leher rahim (kanalis servikalis) ke dalam rongga rahim.
Gambaran dari sel endometrium tersebut dapat mencerminkan apakah ovulasi sudah terjadi, karena perubahan hormon estrogen dan progesteron secara siklik mempengaruhi tampilan perubahan sel endometrium sesuai dengan fasenya. Selain itu, juga untuk pemeriksaan histologis misalnya untuk biakan terhadap tuberkulosis, pertumbuhan endometrium yang tidak memadai (defek fase luteal), atau pertumbuhan endometrium yang berlebihan (hiperplasia endometrium).
2.      Kegunaan
a.       Biopsi endometrium dapat dilakukan untuk membantu menentukan penyebab dari beberapa abnormal hasil pap test 
b.      Menemukan penyebab perdarahan rahim berat, berkepanjangan, atau tidak teratur. Hal ini sering dilakukan untuk mengetahui penyebab perdarahan uterus pada wanita yang telah melalui menopause. 
c.       Melihat apakah dinding rahim (endometrium) akan melalui perubahan siklus haid normal.
3.      Indikasi
a.       Wanita dengan anovulasi kronis seperti Polycystic Ovary Syndrome  akan meningkatkan risiko untuk masalah endometrium dan biopsi endometrium mungkin berguna untuk menilai mereka lapisan khusus untuk menyingkirkan hiperplasia endometrium  atau kanker. 
b.      Pada wanita dengan kelainan pendarahan vagina, biopsi dapat menunjukkan adanya lapisan abnormal seperti hiperplasia endometrium atau kanker 
c.       Pada pasien dengan dicurigai kanker rahim, biopsi dapat menemukan adanya sel kanker di endometrium atau leher rahim. 
d.      Pada wanita infertilitas penilaian lapisan dapat menentukan, jika benar waktunya, bahwa pasien ovulasi, Namun, informasi yang sama dapat diperoleh dengan tes darah progesteron level.
4.      Cara Kerja
a.       Mikrokuretase biasanya dilakukan pada hari ke 21-22 siklus haid normal. 
b.      Mikrokuretase dilakukan jika uji kehamilan menunjukkan hasil negatif karena terdapat risiko bahwa tindakan ini dapat menggangu kehamilan dini. 
c.       Pasien tidak dalam keadaan demam tinggi, atau sakit berbahaya di alat kelamin (misal infeksi atau perdarahan vagina). 
d.      Pasien diharuskan puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum tindakan. 
e.       Pasien harus mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan. 
f.       Untuk menghindari kecemasan, biasanya sebelum dilakukan tindakan pasien diberikan obat penenang, dan setelah tindakan diberikan obat pereda nyeri 
g.      Setelah tindakan dan bilamana telah sadar dari pengaruh obat penenang, pasien boleh pulang dan periksa kembali ke dokter 2 minggu kemudian. 
h.      Pasien mungkin akan mengalami kram ringan satu jam setelah tindakan (setelah khasiat obat penenang hilang), dan  juga mengalami bercak darah (spotting). Perdarahan ringan dan spotting dapat menetap hingga siklus haid berikutnya (sekitar 7 hari lagi).
5.      Efek Samping
a.       Resiko utama adalah rasa sakit atau kram, tetapi ini biasanya mereda cepat mengikuti prosedur.
b.      Setelah prosedur, beberapa pasien mungkin mengalami pendarahan. 
c.       Sebuah perforasi rahim atau infeksi komplikasi jarang terjadi. 
d.      Risiko lainnya kurang umum seperti pingsan atau pusing, infeksi mungkin, perdarahan, dan jarang, perforasi rahim.

D.    Dilatasi dan Kuretase
1.      Dilatasi
Sebuah dilatasi kuret (D dan C) adalah sebuah operasi yng dilakukan pada diri perempuan untuk mengikis lapisan Rahim (http://www.betterhealth.vic.gov.au/Dilatation_and_curettage/html).
2.      Kuretase
a.      Pengertian
Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan (Dr. H. Taufik Jamaan, SpOG).
Kuretase adalah suatu tindakan medis yang dilakukan untuk membersihkan sisa kehamilan, kematian janin usia kehamilan < 20 minggu, janin yang tidak berkembang (tidak ditemukan adanya janin sehingga yang berkembang hanya plasentanya saja, perdarahanan rahim disfungsional (menometrooaghia) dan penegakan diagnosa satu penyakit (mioma uteri, kanker endometrium).
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada dalam rahim. Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis atau puing disebuah biopsi,eksisi,atau prosedur pembersihan.(Michelson,1988).
b.      Tujuan
Menurut Ginekolog dari Morula Fertility Clinik RS Bunda Jakarta, tujuan kuret ada dua yaitu :
1)      Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya kuret ditempuh oleh dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak diharapkan.
2)      Sebagai penegakan diagnosis, mencaritahu gangguan yang terdapat pada rahim apakah sejenis tumor atau gangguan lain.
c.       Indikasi
1)      Abortus Inkomplitus à untuk menghentikan perdarahan.
2)      Blighted Ovari à tidak ditemukan janin hanya plasenta oleh karena itu harus dikeluarkan karena bisa jadi keganasan.
3)      Dead Conseptus à USG janin tidak berdenyut (apabila hamil 16-20 mgg à diperlukan obat perangsang untuk pengeluaran janin dilanjutkan kuretase).
4)      Abortus Mola à tidak ditemukan janin yang tumbuh hanya plasenta dengan gambaran bergelembung seperti buah anggur.
5)      Menometorarghia à perdarahan banyak dan panjang diantara siklus haid
d.      Persiapan Alat Kuretase
1)      Alat tenun terdiri dari :
a)      Baju operasi.
b)      Laken
c)      Duk kecil
d)     Sarung meja mayo
2)      Alat instrumen untuk kuretase.
a)      Spekulum
b)      Sonde.
-        Untuk mengukur kedalaman rahim
-        Untuk mengetahui lebarnya lubang vagina.
3)      Alat kuret
a)      Klem jaringan.
b)      Klem dinding rahim/uterus.
c)      Nierbeken
d)     Kasa steril
e)      Sarung tangan steril.
4)      Alat tambahan.
a)      Mesin EKG
b)      Mesin O2 dan N2O
c)      Infus set dan cairannya.
d)     Guedel
e)      Bethadin
f)       Larutan NaCl 0,9% 1000 cc
g)      Tempat sampah.
e.       Pemeriksaan Sebelum Kuretase
1)      USG
2)      Mengukur Tensi dan HB
3)      Memeriksa sistem pernafasan
4)      Mengatasi perdarahan
5)      Memastikan pasien dalam kondisi fit
6)      Puasa 8-12 jam à dilakukan pembiusan
f.       Perawatan Post Kuretase
1)      Perhatikan sudah nafas spontan atau belum
2)      Dipindahkan ke recovey room.
3)      Post operasi à TTV,O2 2 Ltr/M baru dipindahkan ke ruang perawatan
4)      Perhatikan tanda-tanda vital.
5)      Cek perdarahan
6)      Beri dukungan bagi pasien dan ajarkan keluarganya
7)      Mobilisasi.
g.      Komplikasi
1)      Perdarahan
2)      Perforasi dinding rahim
3)      Gangguan haid.
4)      Infeksi
5)      Kanker trofobalst akibat sisa plasenta yang ada didinding rahim.

E.     Tindakan Douglas Pungsi (Kuldosentesis)
1.      Pengertian
Kuldosintesis yaitu suatu prosedur yang dilakukan untuk memastikan terkumpulnya darah dalam rongga peritoneum dan sekaligus untuk membedakannya dari abses douglas dengan cara memqasukkan sebuah jarum pada rongga panggul melewati dinding vagina ntuk mengambil contoh spesimen (berupa nanah). Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu dengan cara dilakukan pengisapan kavum Douglas dengan spuit, lalu dilihat apakah ada darah yang dikeluarkan berupa:
a.       Darah segar berwarna merah yang akan membeku dalam beberapa menit. Darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk
b.      Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, yang berupa bekuan-bekuan kecil. Darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
2.      Cara Kerja
Kuldosentesis adalah suatu teknik sederhana untuk mengidentifikasi hemoperitoneurn. Serviks ditarik ke arah simfisis dengan sebuah tenakulum, dan dimasukkan sebuah jarum panjang ukuran 16 atau 18 melalui forniks posterior ke dalam cul-de-sac. Potongan bekuan darah lama yang mengandung cairan, atau cairan mengandung darah yang tidak membeku, sesuai dengan diagnosis hemoperitoneum akibat kehamilan ektopik. Jika darah yang disedot membeku, maka darah tersebut mungkin berasal dari pembuluh darah yang tertusuk dan bukan dart perdarahan pada kehamilan ektopik. Tidak adanya cairan yang tersedot, tidak rnenyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik.
F.     Amniosintesis
1.      Pengertian
Amniosentesis (amniocentesis) adalah prosedur yang mengambil sampel cairan ketuban (amnion) dan menganalisisnya di laboratorium untuk mendeteksi kelainan genetik tertentu, penyakit metabolik, kelainan kromosom, atau cacat perkembangan. Amniosentesis biasanya dilakukan antara minggu 14 dan 18 kehamilan. Jenis kelamin bayi juga dapat diprediksi dengan tes ini.
Amniosentesis adalah tindakan pengambilan air ketuban secara transabdominal. Amniosestesis dapat pula dilakukan transvaginal dengan menggunakan peralatan khusus.
 


2.      Tujuan
Amniosentesis dilakukan untuk tujuan diagnosis dan terapi. Tujuan diagnosis yaitu pemeriksaan maturitas paru-paru dan pemeriksaan kromosom. Tujuan terapi dimaksudkan untuk antara lain dekompresi pada kasus hidramnion.
3.      Kebijakan
a.       Tindakan amnioskopi yang akan dilakukan harus dilaporkan kepada konsulen obgin
b.      Tindakan amnioskopi dilakukan oleh dokter ahli atau dokter di bawah pengawasan dokter ahli
c.       Setiap tindakan amnioskopi dilakukan di unit maternal instalasi maternal perinatal
4.      Indikasi
a.       Usia ibu hamil > 35 tahun
b.      Riwayat kecatatan pada bayi sebelumnya
c.       Orang tua kelainan kromosom (cacat)
d.      Dijumpai kelainan pada pemeriksaan USG
5.      Prosedur
a.       Pasien tidur terlentang
b.      Dokter menentukan dan menandai titik pungsi
c.       Dokter melakukan desinfeksi pada kulit perut sekitar pungsi dengan alkohol 70% disusul dengan povidon iodine
d.      Dokter memasang duk berlubang steril
e.       Dokter melakukan pungsi di titik pungsi sampai menembus kantong amnion dengan tuntunan USG untuk diagnostik, kemudian mengambil cairan amnion 1-2 cc hingga tampak bersih dari darah selanjutnya mengganti dengan spuit 5 cc untuk pemeriksaan, lalu dikirimkan untuk pemeriksaan selanjutnya. Untuk tujuan terapeutik. Pada polihidramnion, cairan amnion dikeluarkan berangsur-angsur sampai hilangnya keluhan.
f.       Dokter menarik jarum pungsi kemudian bekas jarum pungsi ditekan dan diolesi betadine lalu ditutupi dengan kasa steril dan diplester
g.      Dokter memeriksa kembali viabilitas janin dan memberitahukan kepada pasien
h.      Dokter menulis hasil tindakan pada catatan medik pasien dan menerangkan pada pasien

G.    Hidrotubasi
1.      Pengertian
Hidrotubasi merupakan suatu pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya pembuntuan pada saluran telur (tuba). Bisa atau tidaknya terjadi kehamilan bukan hanya dari hasil test tersebut, tetapi juga dari pemeriksaan-pemeriksaan lain baik pada isteri maupun suami. Hidrotubasi adalah pemeriksaan untuk menilai kelancaran (patensi) saluran telur (Tuba Falloppii), dengan cara memasukkan cairan (larutan obat) dengan alat hidrotubator melalui vagina, mulut rahim (porsio), saluran leher rahim (kanalis servikalis), rongga rahim (kavum uterus), dan menuju ke saluran telur.
Hidrotubasi dilakukan menggunakan cairan yang dimasukkan dalam selang dan disemprotkan ke dalam vagina. Itulah mengapa, pemeriksaan ini sering dikenal dengan istilah "Ditiup". Dasar pemeriksaannya adalah bahwa cairan dapat melewati kedua saluran telur dengan baik bilamana tidak ada sumbatan di saluran telur.
2.      Dasar Pemikiran
Dasar pemeriksaannya adalah bahwa cairan dapat melewati kedua saluran telur dengan baik bilamana tidak ada sumbatan di saluran telur. Jika terdapat penciutan (spasme) atau sumbatan parsial (sebagian) maka tekanan cairan akan meningkat tetapi masih dapat masuk, sedangkan jika terdapat sumbatan total (oklusi) maka tekanan cairan akan menjadi maksimal (berat) sehingga cairan terhalang masuk dan akan tumpah (membalik kembali).
 

 
3.      Lama Tindakan
Tindakan hidrotubasi membutuhkan waktu 5-10 menit, dan tidak memerlukan rawat-inap.
4.      Persiapan Pasien
a.       Hidrotubasi dilakukan pada hari ke 9-10 siklus haid (pada siklus normal + 28 hari) dan tidak sedang haid.
b.      Pasien tidak perlu puasa sanggama (abstinensi).
c.       Pasien tidak dalam keadaan demam tinggi, atau sakit berbahaya di alat kelamin (misal infeksi atau perdarahan vagina)
d.      Pasien diharuskan puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum tindakan.
e.       Pasien harus mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan.
f.       Untuk menghindari kecemasan, biasanya sebelum dilakukan tindakan pasien diberikan obat penenang, dan setelah tindakan diberikan obat pereda nyeri.
Setelah tindakan dan bilamana telah sadar dari pengaruh obat penenang, pasien boleh pulang.
g.      Pasien mungkin akan mengalami kram ringan satu jam setelah tindakan (setelah khasiat obat penenang hilang).


H.    Tindakan Pengambilan Apusan Vagina
1.      Pengertian
Pengambilan apusan vagina merupakan salah satu metode dengan mengambil spesimen berupa lendir / cairan yang didapatkan dari vaginal dengan tujuan untuk memeriksa ada dan tidak adanya bakteri patogen yang dapat mengganggu kesehatan khususnya pada daerah genital wanita.
2.      Tujuan
Untuk memastikan ada tidaknya infeksi pada vagina, mengidentifikasi sumber dan penyebab infeksi serta sifat organisme penyebab infeksi tersebut.
3.      Persiapan Alat
a.       Kapas lidi steril
b.      Objek gelas
c.       Bengkok
d.      Sarung tangan
e.       Spekulum
f.       Kain kassa, kapas sublimat
g.      Perlak

4.      Prosedur
a.       Sebelum melakukan prosedur ini, Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan seperti pasien diminta untuk berkemih terlebih dahulu dan melepaskan pakaian dalamnya.
b.      Privasi pasien harus selalu diperhatikan
c.       Memasang pengalas di bawah bokong pasien
d.      Pasien berada pada posisi semi-recumbent, dengan lutut ditekuk dan kedua lutut dibuka.
e.       Pakaian dalam pasien harus dibuka tetapi area genitalia harus tetap tertutup sampai prosedur dimulai.
f.       Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
g.      Spekulum harus dilubrikasi dengan lubrikan larut air, seperti Jelly. Labia dibuka dengan posisi miring ke dalam vagina, putar 900 bila sudah berada ditempatnya. Kemudian buka spekulum tersebut
h.      Alat apusan dimasukkan ke dalam vagina melalui spekulum sampai puncak vagina dan kemudian diputar.
i.        Hasil apusan diletakkan pada objek gelas
j.        Bila prosedur telah selesai, spekulum harus dikeluarkan dan bantu pasien agar posisinya nyaman.
k.      Beri label wadah apusan dengan nama, nomor rumah sakit (bila digunakan) dan tanggal serta waktu pengambilan apusan, tanda tangan.
l.        Membereskan alat
m.    Melepas sarung tangan
n.      Mencuci tangan
o.      Melakukan dokumentasi tindakan

I.       Pemeriksaan Denyut Jantung Janin Dengan Alat Doppler
1.      Pengertian
Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata wanita tidak sedang bersalin, atau diukur diantara dua kontraksi. Rentang normal adalah 120 sampai 160 denyut/menit. Bunyi denyut jantung janin,seperti bunyi detik jam di bawah bantal.
Pemeriksaan DJJ (Denyut Jantung Janin) dilakukan sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya denyut jantung janin dalam rahim. Detak jantung janin normal permenit yaitu : 120-160x / menit Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ :
a.       Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/menit
b.      Takikardi ringan: antara 160-180x/menit
c.       Normal: antara 120-160x/menit
d.      Bradikardia ringan: antara 100-119x/menit
e.       Bradikardia sedang: antara 80-100x/menit
f.       Bradikardia berat: kurang dari 80x/menit
2.      Alat-alat Yang Dapat Digunakan Sebagai Alat Dalam Pemeriksaan DJJ
a.       Stetoskop Laennec
Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan detak jantung janin secara manual oleh pemeriksa dapat digunakan pada usia kehamilan 17-22 minggu.


Cara pemeriksaan menggunakan leanec:
1)      Baringkan Ibu hamil dengan posisi telentang
2)      Lakukan pemeriksaan Leopold untuk mencari posisi
punggung janin
3)      Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung janin
4)      Hitung total detak jantung janin
5)      Catat hasil dan beritahu hasil pada klien
b.      USG (Ultra sonografi)
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.
1)      Skema cara kerja USG:
a)      Tranduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
b)      Monitor Monitor yang digunakan dalam USG
c)      Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC, USG merubah gelombang menjadi gambar.
2)      Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a)      Pervaginam
Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
-        Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
-        Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
-        Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
-        Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
-        Tidak menyebabkan keguguran.
b)      Perabdominan
-        Probe USG di atas perut.
-        Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
-        Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim.
3)      Jenis Pemeriksaan USG
a)      USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
b)      USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
c)      USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
d)     USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan / kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
-        Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
-        Tonus (gerak janin).
-        Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
-        Doppler arteri umbilikalis.
-        Reaktivitas denyut jantung janin.
-        Saat tepat pemeriksaan.
Pemeriksaan dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali, yaitu:
-        Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun namun biasanya pada usia kehamilan 10-12 minggu). Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skrining awal. Gambaran janin yang masih sekitar 8 cm akan terlihat tampil secara utuh pada layar monitor.
-        Usia kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia kehamilan lebih dari 12 minggu gambaran janin pada layar monitor akan terlihat sebagian-sebagian/tidak secara utuh. Karena alat scan USG punya area yang terbatas, sementara ukuran besar janin sudah bertambah atau lebih dari 8 cm. Jadi, untuk melihat kondisi janin dapat per bagian, misalnya detail muka, detail jantung, detail kaki dan sebagainya. Selain itu, penggunaan alat USG dapat dilakukan atas dasar indikasi yakni:
§  Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin.
§  Bila perlu pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana posisi bayi apakah melintang, kepala turun, dan lainnya.
4)  Manfaat
a)      Trimester I
-        Memastikan hamil atau tidak.
-        Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
-        Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
-        Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
b)      Trimester II:
-        Melakukan penapisan secara menyeluruh.
-        Menentukan lokasi plasenta.
-        Mengukur panjang serviks.
c)      Trimester III:
-        Menilai kesejahteraan janin.
-        Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
-        Melihat posisi janin dan tali pusat.
-        Menilai keadaan plasenta


 

c.       NST
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan.
Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ (baseline), variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal Activity Determination / FAD). Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.


1)   Cara Melakukan Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan sedativa.
2)   Prosedur pelaksanaan :
a)      Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
b)      Tekanan darah diukur setiap 10 menit
c)      Dipasang kardio dan tokodinamometer
d)     Frekuensi jantung janin dicatat
e)      Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
f)       Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
g)      Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
h)      Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual
3)   Indikasi
Semua pasien yang ada kaitannya dengan insufisiensi plasenta.
4)   Komplikasi
Hipertensi ortostatik
5)   Cara Membaca
Pembacaan hasil :
a)      Reaktif, bila :
-        Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit.
-        Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
-        Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit.
-        Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian.
-        Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu
b)      Tidak reaktif, bila :
-        Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
-        Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
-        Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
-        Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa.
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT)
c)      Sinusoidal, bila :
-        Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
-        Tidak ada gerakan janin
-        Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH. Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
d)     Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan :
-        Bradikardi
-        Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih.
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable.
Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu).
Hasil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya NST tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).
d.      Doppler
Fetal Doppler adalah alat dalam biomedik yang sering digunakan untuk mendeteksi detak jantung janin pada ibu hamil. Fetal Doppler menggunakan sensor Ultrasound dengan frekuensi 2 MHz untuk mendeteksi detak jantung janin berdasarkan prinsip doppler, yaitu memanfaatkan prinsip pemantulan gelombang yang dipancarkan oleh sensor ultrasound.
Cara pemeriksaan menggunakan Doppler:

 
Alat dan bahan
1)      Doppler
2)      Jelly
Langkah-langkah pemeriksaan:
1)      Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
2)      Beri jelly pada doppler /lineac yang akan digunakan
3)      Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin.
4)      Hitung detak jantung janin :
a)    Dengar detak jantung janin selama 1 menit, normal detak jantung janin 120-140 / menit.
b)   Beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin
5)      Jika pada pemeriksaan detak jantung janin, tidak terdengar ataupun tidak ada pergerakan bayi, maka pasien diberi penjelasan dan pasien dirujuk ke RS.
6)      Pasien dipersilahkan bangun
7)      Catat hasil pemeriksaan jantung janin pada buku Kartu Ibu dan Buku KIA

J.      Rekam Kesejahteraan Janin / Cardiotocography
1.      Pengertian
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam pengawasan janin terutama pada akhir trimester ketiga dan dalam masa persalinan. Pemantauan kesejahteraan janin sudah merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga medis dan paramedis yang melakukan asuhan antenatal dan asuhan persalinan.
Kardiotokografi adalah suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim. Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:
a.       Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis, dll)
b.      Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
c.       Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
d.      Polihidramnion (air ketuban berlebih)
2.      Tujuan
Tujuan utama pemantauan janin adalah untuk mendeteksi stress dan kegawatan pada janin dengan demikian tindakan yang tepat dapat dilakukan oleh tim prenatal. Tindakan yang dilakukan tepat waktu selama proses persalinan sangat penting sekali untuk kelahiran seorang bayi baru lahir yang utuh secara fisik dan neurologis (Golebiewski K, 2004).
3.      Pelaksanaan
Pemeriksaan CTG:
a.         Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
b.        Waktu pemeriksaan selama 20 menit
c.         Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
d.        Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang  sesuai
e.         Konsultasi langsung dengan dokter kandungan



4.      Indikasi Pemeriksaan CTG
Biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri dari :
a.         Ibu
1)      Pre-eklampsia-eklampsia
2)      Ketuban pecah
3)      Diabetes melitus
4)      Kehamilan 40 minggu
5)      Vitium cordis (gangguan jantung dalam kehamilan)
6)      Asthma bronkhiale
7)      Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
8)      Infeksi TORCH
9)      Bekas SC (Sectio caesarea)
10)  Induksi atau akselerasi persalinan
11)  Persalinan preterm
12)  Hipotensi (tekanan darah rendah
13)  Perdarahan antepartum
14)  Ibu berusia lanjut
15)  Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.
b.        Janin
1)      Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
2)      Gerakan janin berkurang
3)      Suspek lilitan tali pusat
4)      Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin .
5)      Hidrops fetalis (HF)
6)      Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
7)      Mekoneum (tinja pertama yang berwarna hijau kehitaman) dalam cairan
ketuban
8)      Riwayat lahir mati
9)      Kehamilan ganda
10)  Dan lain-lain
5.      Syarat Pemeriksaan CTG
a.          Usia kehamilan ³ 28 minggu.
b.          Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
c.          Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
d.         Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.
6.      Persiapan Pasien
a.          Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
b.          Kosongkan kandung kencing.
c.          Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
d.         Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
e.          Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum maksimum DJJ
f.           Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir.
g.          Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.
h.          Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG.
i.            Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
j.            Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).
k.          Lakukan pencetakkan hasil rekaman KTG.
l.            Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
m.        Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada tempatnya.
n.          Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
o.          Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu membacakan hasil interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter. Paramedik (bidan) dilarang memberikan interpretasi hasil CTG pada pasien.

1 komentar:

  1. Halo :)

    terima kasih atas artikelnya yang informatif. Saya ingin tahu, kira-kira berapa banyak sih (%) penggunaan fetal monitoring ini di Indonesia?

    Dan juga % yang dilakukan di luar rumah sakit (contohnya di klinik swasta/puskesmas) di Indonesia?

    terima kasih

    BalasHapus