PENDAHULUAN
Masa nifas (puerperium) dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Abdul
Bari, 2002). Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Masa nifas
merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal. (F. Gary Cunningham, Mac Donald, 1995).
Masa nifas adalah masa setelah
seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya
kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. (Ibrahim C, 1998).
Tujuan dari pemberian asuhan pada
masa nifas untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis, melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi, memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat
menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari, memberikan
pelayanan keluarga berencana serta mendapatkan kesehatan emosi.
Kebijakan program nasional pada masa
nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas,
dengan tujuan untuk :
- Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
- Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
- Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
- Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian
ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan terjadi selama empat jam
pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini sangatlah penting untuk
memantau ibu secara ketat segera setelah persalinan. Jika tanda-tanda vital dan
kontraksi uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan,
mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan persalinan. Penting untuk berada di samping ibu dan bayinya selama dua jam pertama
pasca persalinan.
INFEKSI NIFAS
1.
Definisi
Infeksi nifas mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada
waktu persalinan dan nifas. Demam dalam nifas sering disebabkan infeksi nifas,
ditandai dengan suhu 38 ºC yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kuman
penyebab infeksi dapat berasal dari eksogen atau endogen (seperti
streptococcus, bacil coli, staphylococcus).
2.
Faktor Predisposisi
a.
Semua
keadaan yang menurunkan imun, Keadaan Umum dan kelelahan seperti : Perdarahan, Diabetes Melitus, preeklampsi, malnutrisi, anemia, pneumonia,
penyakit jantung
b.
Tindakan
obstetrik operatif (pervaginam dan perabdominam)
c.
Proses
persalinan bermasalah seperti partus lama atau macet dengan
ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan
ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan
d.
Episiotomi
atau laserasi
e.
Tertinggalnya
sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rahim
3.
Mekanisme terjadinya penyakit
a.
Manipulasi penolong
b.
Infeksi yang didapat di RS
c.
Hubungan seks menjelang
persalinan
d.
Sudah terdapat infeksi
intrapartum
4.
Bentuk Infeksi Nifas
a.
Infeksi lokal à luka episiotomi, infeksi vagina dan serviks
Dengan gambaran
klinis : Pembengkakan luka episiotomi, terjadi pernanahan, perubahan warna
lokal, pengeluaran lokia bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena nyeri, temperatur
badan meningkat
b.
Infeksi general à parametritis, peritonitis, septikemia dan piema
Dengan gambaran
klinis : Tampak sakit dan lemah, suhu meningkat > 39 0C, Tekanan
Darah menurun, Nadi meningkat dan Respiasi menurun hingga sesak, kesadaran
gelisah hingga koma, terjadi gangguan involusi uterus dan lokia : berbau,
bernanah serta kotor
c.
Penyebaran infeksi general à berkelanjutan atau perkotinuitatum, melalui pembuluh darah dan limfa,
bekas implantasi plasenta
5.
Patologi
Patologi infeksi nifas sama dengan
infeksi luka. Infeksi itu dapat:
a. Terbatas pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks atau
endometrium)
b. Infeksi itu menjalar dari luka ke jaringan sekitarnya (thrombophlebitis,
parametritis, salpingitis, peritonitis)
6.
Pencegahan infeksi nifas
a.
Masa kehamilan
1)
Mencegah / mengurangi faktor
predisposisi
2)
Pemeriksaan dilakukan bila ada
indikasi
3)
Koitus pada hamil tua dikurangi
atau dilakukan dengan hati-hati
b.
Selama persalinan
1)
Hindari partus lama dan KPD
2)
Menyelesaikan persalinan dengan
trauma sedikit mungkin
3)
Perlukaan karena tindakan
dibersihkan dan dijahit sebaik mungkin
4)
Mencegah terjadinya perdarahan
banyak
5)
Petugas memakai APD
6)
Alat harus steril
c.
Selama nifas
1)
Perawatan luka dengan baik
2)
Penderita dengan infeksi
diisolasi
3)
Pengunjung dibatasi
7.
Pengobatan
a.
Berikan terapi sesuai indikasi
b.
Perawatan luka
c.
Lakukan pemeriksaan penunjang
(lab à kultur)
8.
Macam-macam infeksi nifas :
a. ENDOMETRITIS
Merupakan jenis
infeksi yang paling sering, kuman-kuman memasuki endometrium biasanya pada luka
bekas insersio plasenta dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat
lapisan terdiri atas leukosit. Leukosit akan membuat pagar pertahanan dan disamping
itu akan keluar serum yang mengandung zat anti.
Gambaran klinik
tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma
pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta
dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokeaometra. Hal ini dapat
menyebabkan kenaikan suhu.
Pada
endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari pertama merasa kurang sehat
dan perut nyeri, milai hari ke-3 suhunya meningkat, nadi cepat, namun dalam
kurun waktu 1 mingguu keadaan akan menjadi normal.
b. PERITONITIS
Infeksi nifas
dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung mencapai
peritonium shg menyebabkan peritonitis. Peritonitis yang hanya terbatas pada
daerah pelvis, gejalanya tidak seberat pada peritonitis umum.
Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi
keadaan umum tetap baik. Sedangkan pada peritonitis umum suhu meningkat mjd
tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri. Muka mejadi pucat, mata
cekung dan kulit muka dingin.
Penanganan yang
diberikan : Lakukan nasogastric suction,
berikan infus (NaCl atau RL), berikan antibiotika sehingga bebas panas selama
24 jam (Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5
mg/kgBB IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg IV setiap 8 jam), Laparotomi
diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal
lavage).
c. BENDUNGAN ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada puting susu (Mochtar, 1996).
Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran
darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam
payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementara
kebutuhan bayi pada hari pertama lahir masih sedikit.
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain : Faktor hormon, hisapan
bayi, pengosongan payudara, cara menyusui, faktor gizi dan kelainan pada puting
susu. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh
terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
Patofisiologi terjadinya bendungan ASI biasanya ASI mengalir tidak lancar,
namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri,
puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi
sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi
biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
1)
Menyusui dini, susui bayi
sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
2)
Susui bayi tanpa jadwal atau
ondemand
3)
Keluarkan ASI dengan tangan atau
pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4)
Perawatan payudara pasca
persalinan
Upaya
pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
1)
Kompres hangat payudara
agar menjadi lebih lembek
2)
Keluarkan sedikit ASI
sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
3)
Sesudah bayi kenyang
keluarkan sisa ASI
4)
Untuk mengurangi rasa
sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5)
Untuk mengurangi statis di
vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang
dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004).
d. INFEKSI PAYUDARA / MASTITIS
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada
primipara. Tanda-tanda adanya infeksi adalah rasa panas dingin disertai dengan
kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan. Penyebab
infeksi adalah staphilococcus aureus. Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu
tempat, kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak
ada pengobatan bisa terjadi abses. Berdasarkan tempatnya infeksi dibedakan
menjadi :
1)
Mastitis yang menyebabkan abses
dibawah areola mamae.
2)
Mastitis ditengah-tengah mammae
yang menyebabkan abses ditempat itu.
3)
Mastitis pada jaringan dibawah
dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan
otot-otot dibawahnya.
Untuk pencegahan sebaiknya dilakukan perawatan puting susu pada laktasi
merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas
membersihkan puting susu dengan minyak baby oil sebelum dan sesudah menyusui
untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu juga
memberi pertolongan kepada ibu menyusui bayinya harus bebas infeksi dengan
stafilococus. Bila ada luka atau retak pada puting sebaiknya bayi jangan
menyusu pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat dikeluarkan dengan
pijitan.
Untuk pengobatan yaitu segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu
pada bayi dihentikan dan diberikan pengobatan sebagai berikut : Berikan
kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari., sangga payudara, kompres
dingin, bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. Ikuti
perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan, bila ada abses atau nanah
perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit mungkin pada abses, dan nanah
dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ketengah abses, agar nanah bisa keluar.
Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan
jalannya duktus-duktus.
Jika terdapat masa padat, mengeras dibawah kulit yang kemerahan : Berikan
antibiotik kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari atau
eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari. Untuk dariain abses :
Anestesi umum dianjurkan, lakukan insisi radial dari batas puting ke lateral
untuk menghindari cidera atau duktus, gunakan sarung tangan steril, Tampon
longgar dengan kasa, lepaskan tampon 24 jam ganti dengan tampon kecil. Jika
masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang dan buka tepinya, yakinkan
ibu tetap menggunakan kutang, berikan paracetamol 500 mg bila perlu dan evaluasi
3 hari.
e. THROMBOPHLEBITIS
Penjalaran infeksi melalui vena. Sering terjadi dan menyebabkan kematian.
Dua golongan vena yang memegang peranan yaitu : Vena-vena dinding rahim ligamen
Latum (vena ovarica, vena uterina, dan vena hipogastrika) atau disebut
tromboplebitis pelvic dan Vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan
saphena) atau disebut tromboplebitis femoralis.
1) Tromboplebitis pelvic
Yang paling sering meradang
adalah vena ovarica, karena pada vena ini mengalirkan darah dari luka bekas
plasenta. Penjalarannya yaitu dari vena ovarica kiri ke vena renalis, vena
ovarica kanan ke cava inferior
2) Tromboplebitis femoralis
Dari trombophelebitis vena
saphena magna atau peradangan vena femoralis sendiri. Penjalaran thrombophebitis
vena terin. Akibat
parametritis : thrombophlebitis pada vena femoralis mungkin terjadi karena
aliran darah lambat didaerah lipat paha karena vena tertekan ligameninguinale.
Thrombophlebitis femoralis
terjadi oedem tungkai yang mulai pada jari kaki dan naik ke kaki, betis, dan
paha. Biasanya hanya 1 kaki yang bengkak tapi kadang keduanya. Penyakit ini
dikenal dengann nama phlegmasia alba dolens (radang yang putih dan nyeri)
f. LUKA PERINIUM
Luka akan
menjadi nyeri, merah dan bengkak akhirnya luka terbuka dan mengeluarkan getah
bernanah.
PERDARAHAN POST PARTUM DAN PENANGANNYA
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 350
atau 500-600 ml selama 24 jam setelah bayi lahir. Sedangkan menurut Williams
(1998) yang dinamakan Haemoragic Post
Partum (HPP) adalah hilangnya darah > 500 ml dalam 24 jam pertama
setelah kelahiran bayi.
Tahap perdarahan Post Partum
1.
Early post partum (primer), terjadi 24 jam pertama setelah
bayi lahir
2.
Late post partum (sekunder), terjadi lebih dari 24 jam
pertama setelah bayi lahir
3 Hal yang harus diperhatikan dalam menolong
persalinan dengan komplikasi perdarahan Post Partum :
1.
Menghentikan perdarahan
2.
Mencegah timbulnya syok
3.
Mengganti darah yang hilang
Hal-hal yang menyebabkan perdarahan Post Partum
1. Atonia uteri
a.
Definisi
Gagalnya uterus berkontraksi dengann
baik setelah persalinan
b.
Penyebab
1)
Umur yang terlalu muda/terlalu
tua
2)
Paritas (multipara dan
grandemulti)
3)
Partus lama
4)
Uterus terlalu regang atau besar
(pada gemelli,bayi besar)
5)
Kelainan uterus
6)
Faktor sosial ekonomi
c.
Penanganan
1)
Segera lakukan massage uterus dan
suntikan ergometrin secara IV.
2)
Jika tindakan ini tidak berhasil
lakukan kompresi bimanual pada uterus.
2. Retensio plasenta
a.
Definisi :
Keadaan dimana plasenta belum
lahir dalam waktu lebih dari 30 menit setelah bayi lahir
b.
Penyebab :
Plasenta belum lepas dari dinding
uterus, menurut perlekatannya dibagi mejadi : Plasenta normal, Plasenta adhesiva,
Plasenta inkreta, Plasenta akreta, Plasenta prekreta dan Plasenta sudah lepas
akan tetapi belum dilahirkan
c.
Penanganan :
1)
Manual plasenta
2)
Perasat Crede
3)
Perasat Brant
3. Inversio Uteri
a.
Definisi :
Keadaan dmn keadaan fundus uteri
terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri.
b.
Inversio Uteri di bagi menjadi
:
1)
Inversio uteri ringan : Fundus
uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruangan
rongga rahim
2)
Inversio uteri sedang : fundus
uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina
3)
Inversio uteri berat : uterus dan
vagina smuanya terbalik dan sebagian udh keluar vagina
c.
Penyebab :
1)
Uterus lembek, lemah, tipis
dindingnya
2)
Grandemultipara
3)
Kelemahan alat kandungan (tonus
otot rahim yang lemah)
4)
Tekanan intra abdominal yang
tinggi (ex. Mengejan / batuk)
d.
Penanganan :
1)
Perbaiki KU ibu
2)
Berikan Oksigen
3)
Infus IV cairan elektrolit dan
transfusi darah
4)
Setelah itu lakukan reposisi
dengan anestesi umum
4. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan
penyebab ke2 tersering dari perdarahan Post Partum.
Gejala : perdarahan segera, darah
segar mengalir segera setelahh bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta
baik, kadang ibu terlihat pucat, lemah, menggigil.
Robekan perinium di bagi 4 :
a.
Tingkat 1 :
Robekan hanya pada selaput lendir
vagina atau tanpa mengenai, kulit perineum
b.
Tingkat 2 :
Robekan mengenai selaput lendir
vagina dan otot perinea transversalis tapi tidak mengenai springter ani.
c.
Tingkat 3 :
Robekan mengenai seluruh perinium
dan otot springter ani
d.
Tingkat 4 :
Robekan sampai mukosa rectum
5. Sebagian plasenta yang tertinggal (plasenta restan)
GANGGUAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
1.
Post Partum Blues
Post partum blues merupakan
gangguan psikologis ringan yang sering terjadi pada minggu pertama. Post partum
blues merupakan kesedihan atau kemurungan yang terjadi setelah melahirkan,
biasanya muncul sementara waktu yatu pada hari kedua setelah kelahiran bayi
hingga 2 minggu post partum.
Gejala yang sering timbul adalah
:
a.
Tidak sabar
b.
Tidak percaya diri
c.
Menangis tanpa sebab
d.
Cemas tanpa sebab
e.
Sensitif
f.
Merasa kurang menyayangi bayinya
g.
Mudah tersinggung
Disebabkan oleh perubahan
perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.
Biasanya muncul sekitar 2 hari smp 2 minggu sejak kelahiran bayi. Sebetulnya
ini hal yang normal dan akan hilang dengan sndarinya sekitarnya 10-14 hari setelahh
melahirkan.
Etiologi :
a.
Perubahan Hormon
b.
Stress
c.
Ketidaknyamanan fisik
d.
ASI tidak keluar
e.
Kelelahan pasca kelahiran
f.
Suami yang tidak mau membantu
g.
Problem dengan orang tua dan
mertua
h.
Takut kehilangan bayi atau rasa
memiliki bayi yang terlalu dalam
i.
Bayi sakit
j.
Rasa bosan si ibu dan problem sibling rivalry
Adakalanya
ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial,
kemandiriannya berkurang hal ini menyebabkan depresi post partum
Cara mengatasi post partum blues yaitu :
a.
Dengan cara pendekatan komunikasi
terapeutik
b.
Dengan cara peningkatan support
mental atau dukungan keluarga
2.
Depresi Post Partum
Definisi menurut Hadi (2004)
dikatan depresi post partum adalah perasaan tidak ada harapan lagi dan
pengalaman yang menyakitkan. Sedangkan pengertian lain dari depresi post partum
adalah gangguan alam perasaan (emosi, fisik dan spiritual) yang terjadi dalam
bulan-bulan pertama .
Prediktor :
a.
Depresi
pranatal
b.
Stres
mengasuh anak & hidup
c.
Kurangnya
dukungan sosial
d.
Kecemasan
pranatal
e.
Kepuasan
perkawinan
f.
Riwayat
depresi sebelumnya
g.
Status
sosek & Tempramen bayi
Gejala :
a.
Merasa bosan dan sedih atau
menangis sesudah melahirkan.
b.
Mudah marah, tersinggung dan
perasaan lebih sensitif kala melihat bayi menangis, sering muntah, tanpa sadar
kadang suka memarahi sang bayi.
c.
Merasa tersinggiung, bersalah, dan
malu selama di RS.
d.
Nafsu makan hilang, dan takut
menyentuh bayi
e.
Tidak ada perhatian untuk
penampilan pribadi
f.
Gejala fisik seperti banyak
wanita sulit bernafas atau berdebar-debar.
Penanganan
:
a.
Pelajari diri sendiri
b.
Tidur dan makan yang cukup
c.
Olah raga
d.
Hindari perubahan hidup sbelum
dan sudah melahirkan
e.
Beritahukan perasaan anda
f.
Dukungan keluarga dan orang lain
g.
Persiapan diri dengan baik
h.
Lakukan pekerjaan rumah tangga
i.
Dukungan emosional
3.
Post Partum Psikosa
a.
Definisi
Adalah depresi yang terjadi pada
minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.
b.
Penyebab
Disebabkan karena wanita
menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut
schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena
post partum psikosa.
c.
Gejala
Gejala yang sering terjadi
adalah:
1)
Delusi
2)
Halusinasi
3)
Gangguan saat tidur
4)
Obsesi mengenai bayi
d.
Gambaran Klinik
1)
Terkena perubahan mood secara dariastis,
dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat.
2)
Penderita kehilangan semangat dan
kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga,
sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta
nafas terasa cepat.
e.
Pencegahan
Untuk mengurangi jumlah penderita
ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan
keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan
perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1)
Beristirahat cukup
2)
Mengkonsumsi makanan dengan gizi
yang seimbang
3)
Bergabung dengan orang-orang yang
baru
4)
Bersikap fleksible
5)
Berbagi cerita dengan orang
terdekat
6)
Sarankan untuk berkonsultasi
dengan tenaga medis
f.
Penanganan
1)
Farmakologis
Penanganan dalam tingkat dini
terdiri atas psikoanalisis dan obat-obat sedatif dalam dosis tinggi (konsultasi
dengann Dokter, Psikolog, Psikiater)
2)
Tenaga kesehatan
a)
Yakinkan calon ibu bahwa
kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar sejak kunjungan
awal ANC.
b)
Ajarkan dan berikan
latihan-latihan relaksasi otot dan pernafasan
c)
Hindari kata-kata yang mematahkan
semangat klien
d)
Tetap jaga wibawa, bila pasien
mencoba melucu (tidak ikut tertawa saat pasien mencoba menarik kita untuk
tertawa)
e)
Perhatikan adanya
kelainan-kelainan fisik
f)
Tinjau keluarga untuk menlihat
toleransi dan penerimaan/pengertian terhadap kondisi pasien serta untuk terapi
dan pengawasan selanjutnya.
g.
Perjalanan penyakit dan
pengobatan
1)
Perjalanan penyakit bervariasi
dan bergantung pada penyebab penyakit
2)
Keparahan psikosis post partum
mengharuskan diberikannya terapi farmakologis dan pada sebagian besar kasus
dilakukan rawat inap.
h.
Terapi Gangguan Jiwa
Saat ini tersedia sejumlah besar
obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa. Sebagian wanita hamil yang
memerlukan farmakoterapi telah menderita penyakit jiwa berat, misalnya gangguan
bipolar, gangguan skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor berulang. Wanita
lain yang memerlukan terapi adalah mereka yang mengalami gangguan emosi yang
berkembang selama kehamilan.
1)
Antidepresan
a)
Depresi berat memerlukan terapi
dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melabihi risikonya.
b)
Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin,
doksepin, imipramin, dan nortriptilin sering digunakan untuk gangguan-gangguan
depresif.
c)
Efek samping pada ibu adalah
hipotensi ortostatik dan konstipasi. Sedasi juga sering terjadi, sehingga obat
golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang berkaitan dengan depresi
d)
Inhibitor monoamin oksidase
(MAOI) adalah antidepresan yang sangat efektif yang semakin jarang digunakan
karena menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif
ambilan ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI),
termasuk fluoksetin dan sertralin, menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi
primer bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obat ini tidak menimbulkan
hipotensi ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada antidepresan
lain.
2)
Antipsikotik
a)
Wanita dengan sindariom-sindariom
kejiwaan yang berat seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif, atau gangguan
bipolar sangat mungkin memerlukan terapi antipsikotik selama kehamilan.
b)
Antipsikotik tipikal adalah
golongan antagonis dopamine.
c)
Klozapin adalah satu-satunya
antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang berbeda
tetapi tidak diketahui.
d)
Potensi dan efek samping berbagai
antipsikotik berbeda-beda. Obat-obat yang berpotensi lebih rendah, klorpromazin
dan tioridazin, memiliki efek antikolinergik yang lebih besar serta bersifat
sedatif.
3)
Litium
Keamanan litium selama kehamilan
masih diperbebatkan. Selain kekhawatiran tantang teratogenesitas, juga perlu
dipertimbangkan indeks terapetiknya yang sempit. Pernah dilaporkan toksisitas
litium pada neonatus yang mendapat ASI.
4)
Benzidiazepin
Obat golongan ini mungkin
diperlukan selama kehamilan bagi wanita dengan gangguan cemas yang parah atau
untuk pasien psikotik yang agitatif atau mengamuk.
Diazepam mungkin menyebabkan
depresi neurologis berkepanjangan pada neonatus apabila pemberian dilakukan
dekat dengan kelahiran.
5)
Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy / ECT)
Terapi dengan kejutan listrik
untuk depresi selama kehamilan kadang-kadang diperlukan pada pasien dengan
gangguan mood mayor yang parah dan tidak berespon terhadap terapi
farmakologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar