Selasa, Februari 3

Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester III



1.      Latar Belakang
Hamil merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita. Kehamilan merupakan kejadian alamiah yang terjadi akibat bertemunya sel ovum dan sperma sehingga terjadi pembuahan. Adanya makhluk asing/ janin di dalam rahim wanita mengakibatkan rahim dan tubuh tersebut menyesuaikan diri dengan keadaan yang dibutuhkan janin. Selain terjadi perubahan fisik, bentuk organ tubuh dan fungsi organ tubuh, juga terjadi perubahan psikologis pada wanita. Begitu juga saat setelah proses persalinan, keadaan dimana bayi tersebut telah lahir. Bermacam-macam respon yang dimunculkan oleh ibu.
Pada umumnya kehamilan merupakan suatu proses yang sangat didamba-dambakan bagi pasangan suami istri. Namun bagi ibu yang tidak menginginkan kehamilannya, kehamilan menjadi beban tersendiri bahkan hingga kearah ingin mengakhiri kehamilannya.. Wanita yang tidak dapat mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Jika telah sampai di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan khusus.
Kehamilan seharusnya menjadi masa yang paling bahagia bagi seorang wanita, tetapi ada sebagian wanita yang malah menganggap kehamilan sebagai masa kebingungan, sengsara, sedih, stres dan depresi. Sekitar 10 – 20% wanita berusaha untuk melawan gejala depresi dan seperempat sampai setengahnya terkena depresi yang berat. Pada suatu studi terhadap 360 ibu hamil, maka 10% dari mereka mengalami depresi saat kehamilan dan hanya 6,8% yang mengalami depresi pasca kehamilan.
Wanita hamil mengalami perubahan jiwa dalam kehamilan, yang biasanya tidak seberapa berat dan kemudian hilang dengan sendirinya. Adakalanya diperlukan perhatian khusus atau pengobatan. Jika terjadi penyakit jiwa (psikosis) dalam kehamilan. Ini tidak mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikoneurosis. Penderita sembuh setelah anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikutnya biasanya penyakitnya timbul lagi. Eklamsia dan infeksi dapat pula disertai atau disusul oleh psikoneurosis. Selain itu psikoneurosis dapat menjadi lebih berat dalam kehamilan.
Peran tenaga kesehatan disini sangatlah penting untuk memotivasi dan memberikan pengobatan karena kehamilan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha  Esa sehingga mencoba mengakhiri kehamilan termasuk dalam tindakan pembunuhan.
Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati). Pada wanita hamil dan dari aspek teknis dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyeleraian persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri dan asuhan neonatal.
Tiga faktor utama dalam persalinan yaitu faktor Passage, Passenger dan Power, serta faktor lainnya yaitu faktor psikis dan penolong. Dalam faktor psikis, seseorang wanita memerlukan kematangan fisik, emosional, psikoseksual serta psikososial sebelum menikah dan hamil. Perasaan cemas, takut dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang dalam menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas. Reas (1946) mencoba merangkum keadaan ini sebagai berikut :
a.       Apakah suatu persalinan lancar karena si ibu tenang, ataukah si ibu tenang karena persalinan lancar.
b.      Apakah seorang wanita merasa nyeri dan ketakutan karena persalinan yang sulit, ataukah persalinan yang sulit karena ia cemas, nyeri dan takut.
c.       Kesimpulan : “Ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan seseorang sakit atau nyeri dalam persalinan, dan ketakutan berpengaruh tidak baik terhadap his dan lancarnya pembukaan serviks.
Dalam faktor penolong (dokter, bidan, dan paramedis lainnya) yaitu adanya kerja sama, pengertian dan kepercayaan antara penolong dengan wanita yang akan bersalin perlu dibina dengan baik. Ayah pun harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini. Di sini, peran suami terhadap ibu yang sedang mengandung dan setelah melahirkan juga amat besar. Ibu hamil harus mendapatkan dukungan yang sebesar-besarnya dari suami. Dukungan suami ini bisa ditunjukkan dengan berbagai cara, seperti memberi ketenangan kepada istri, membantu sebagian pekerjaan istri atau sekadar memberi pijatan ringan bila istri merasa pegal.
Diharapkan, dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari depresi yang dapat berakibat sama terhadap anak yang di kandungnya. Pada saat bayi yang ditunggu sudah lahir, peran suami yang sekarang menjadi seorang ayah tentu diharapkan menjadi semakin aktif. Ayah dan ibu harus berbagi tugas dalam mengasuh dan merawat si kecil. Jangan sampai semua perawatan bayi diserahkan ke ibu. Ini bisa membuat ibu depresi karena fisiknya belum pulih setelah melahirkan, ditambah kelelahan baru dalam merawat si buah hati.

2.      Kehamilan dengan Penyakit Gangguan Jiwa
a.      Depresi
1)      Pengertian Depresi
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang merasa tidak berdaya,tidak bersemangat, tidak ada gairah hidup yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulasi tertentu, pengurangan aktifitas fisik ataupun mental dan kesukaran dalam berkarir serta menganalisa.
Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama seperti halnya pada depresi yang terjadi pada orang awam secara umum, dimana pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Dalam hal ini perubahan hormonal pada saat kehamilan akan mempengaruhi kimiawi otak itu sendiri, yang nantinya akan sangat berhubungan erat dengan kejadian depresi dan kecemasan selama kehamilan. Depresi biasanya muncul pada 1 dari 4 wanita yang sedang hamil dan hal ini bukan sesuatu yang istimewa. Pada sebagian dari mereka yang mempunyai riwayat depresi, hal ini dapat muncul kembali akibat dipicu oleh kesulitan hidup yang melanda selama kehamilan dan nantinya akan menyebabkan timbulnya gejala depresi selama kehamilan. Penyakit ini sering tidak disadari karena mereka menganggap kejadian ini merupakan hal yang lumrah, padahal jika tidak ditangani dengan baik dapat mempengaruhi bayi yang dikandungnya.
Tiffani Field PhD dari Universitas of Miami Medical School mengungkapkan, adanya pengaruh antara ibu yang depresi dan anak yang dilahirkannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 20 tahun, dia menemukan bahwa ibu yang mengalami depresi berat akibat perubahan mood atau perubahan fisik selama kehamilan, akan melahirkan anak yang memiliki kadar hormon stres tinggi. Selain itu, aktivitas otak yang peka terhadap depresi dan perubahan suasana hati, menunjukkan sedikit ekspresi dan mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur.
Kepercayaan wanita terhadap dokter atau bidan yang mendampinginya selama persalinan, merupakan faktor yang sangat penting bagi kelancaran persalinan dan dapat mengurangi komplikasi. Penggunaan analgetik dan anastesi diperbolehkan jika ada indikasi tertentu. Kehadiran dokter sering lebih berharga dari pada analgetik (Speck, 1954).
2)      Penyebab Depresi
Penyebab depresi biasanya dikarenakan adanya perubahan hormon pada ibu hamil secara keseluruhan sehingga sering merasa kesal, jenuh atau sedih. Selain itu, keadaan fisik yang berubah saat hamil sering kali menimbulkan depresi bagi para ibu. Menjelang usia kehamilan tertentu, ibu mengalami kesulitan tidur. Ini tentu menyebabkan si ibu keesokan harinya akan merasa amat letih, ada lingkaran hitam di mata, dan kulit muka menjadi kusam.
Penyebab depresi pada ibu hamil bisa dipicu oleh adanya masalah-masalah pada kandungan seperti kandungan lemah, sering muntah pada awal kandungan, dan masalah-masalah lain yang bisa menyebabkan depresi. Ibu akan terus-menerus mengkhawatirkan keadaan anak dan ini akan membuat dia merasa tertekan. Ibu dan anak yang mengalami depresi harus mendapatkan pertolongan para profesional. Diperlukan konsultasi dengan dokter anak dan psikolog anak. Makin cepat pertolongan diberikan, makin besar kemungkinan anak akan tumbuh normal.
Ibu yang mengalami depresi akan mengalami beberapa gejala berikut ini selama kurang lebih 2 minggu, seperti:
a)      Adanya perasaan sedih
b)      Kesulitan dalam berkonsentrasi
c)      Tidur yang terlalu lama atau sedikit
d)     Hilangnya minat dalam melakukan aktivitas yang biasa digemari
e)      Putus asa, cemas
f)       Timbul perasaan tidak berharga dan bersalah
g)      Adanya perubahan dalam kebiasaan makan
3)      Dampak Depresi
Menurut hasil studi di USA, Perempuan yang mengalami depresi selama awal kehamilan lebih mungkin untuk menghadapi kelahiran sebelum masanya.
Depresi yang tidak ditangani sedini mungkin, akan memiliki dampak buruk bagi Ibu dan bayi yang dikandungnya. Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi di kandungan, yaitu:
a)      Timbulnya gangguan pada janin yang masih di dalam kandungan
b)      Munculnya gangguan kesehatan pada mental anak nantinya
Menurut Tiffani Field, Ph. D dari Universitas of Miami Medical School, berdasarkan penelitian yang sudah ia lakukan selama 20 tahun, dia menemukan anak yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami depresi berat selama kehamilan akan memiliki kadar hormon stres tinggi, aktivitas otak yang peka terhadap depresi, menunjukkan sedikit ekspresi, dan mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur.
Yang berbahaya bila gejala depresi pada bayi baru lahir tidak segera ditangani, anak berkembang menjadi anak yang tidak bahagia. Mereka sulit belajar berjalan, berta badan kurang, dan tidak responsif terhadap orang lain. Bila keadaan ini tetap tidak tertanggulangi, anak akan tumbuh menjadi balita yang depresi. Saat mulai sekolah mereka mengalami masalah tingkah laku, seperti agresif dan mudah stres.
4)      Cara Penanganan Depresi
 Ibu yang mengalami depresi harus mendapatkan pertolongan para profesional. Karena saat ini mereka adalah tempat yang paling tepat untuk berkonsultasi, mereka nanti akan memberikan solusi yang terbaik untuk ibu dan janin yang ada di dalam kandungan. 
Ada beberapa cara dalam melakukan terapi dan konsultasi dengan dokter kandungan anda seperti dengan metode support group atau psikoterapi yang dapat dilakukan secara rutin dan berkala atau dengan obat-obatan. Jika gejala depresi yang ditunjukkan sangat berat maka dokter kandungan mungkin akan meresepkan beberapa obat untuk mengatasinya dan tentunya aman untuk mereka yang sedang mengandung. Jika karena sesuatu hal sang ibu tidak merasa nyaman untuk mendiskusikannya dengan dokter atau terapis maka teman dekatnya dapat diajak berbicara untuk bertukar pendapat.
Selain itu, harus disadari bahwa orang yang diajak berbicara tersebut sangat bisa mengerti apa yang sang ibu hamil rasakan. Jangan pernah untuk melawan depresi ini seorang diri, karena pada saat-saat tersebut sang ibu hamil sangat membutuhkan seseorang untuk diajak berbagi untuk mengatasi depresi yang dirasakan.
Yang penting, upaya penyembuhan ini harus dilakukan pada ibu dan bayi. Jangan hanya bayi yang diterapi, sementara ibu dibiarkan makin terpuruk dalam depresi atau sebaliknya. Ibu dan bayi harus bekerja sama untuk mengatasi depresinya. Ayah juga harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini.
Peran ayah terhadap Ibu yang sedang mengandung dan setelah melahirkan amat besar. Ibu hamil harus mendapat dukungan yang sebesar-besarnya dari suami. Dukungan suami ini dapat ditunjukan dengan berbagai cara seperti memberi ketenangan pada istri, membantu sebagian pekerjaan istri atau bahkan sekedar memberi pijitan ringan bila istri merasa pegal. Diharapkan dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari depresi.
5)      Penatalaksanaan
a)      Harus kita hadapi dengan sikap serius dan mengerti
b)      Hendaknya jangan menghibur, memberi harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau, karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.
c)      Untuk mengatasi dengan cepat, gunakan obat-obat penenang.
d)     Beberapa cara dalam melakukan terapi dan konsultasi dengan dokter kandungan seperti dengan metode support group atau psikoterapi yang dapat dilakukan secara rutin.



b.      Psikosa
1)      Pengertian Psikosa
Psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas, pada umumnya gejalanya tidak mampu melakukan partisipasi sosial. Sering ada gangguan bicara, kehilangan orientasi terhadap lingkungan. Aspek sosialnya membahayakan orang lain dan diri sendiri perlu perawatan RS.
Suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
2)      Jenis-jenis Psikosa
a)      Skizophrenia
b)      Paranoid
Paranoid di lain pihak adalah jenis yang sudah lebih lanjut ditandai dengan halusinasi persepsi palsu dan kecurigaan yang sangat kuat, pola berpikir makin kacau dan tingkah laku makin tidak normal.
Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
a)      Psikosa fungsional
Faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau penglaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang.
b)      Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.
3)      Gejala dan Akibat Psikosa
Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hidup perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi.


a)      Triwulan I
-          Cemas, takut, panik, gusar
-          Benci pada suami
-          Menolak kehamilan
-          Mengidam
b)      Triwulan II
-          Kehamilan nyata
-          Adaptasi dengan kenyataan :
-          Perut bertambah besar
-          Terasa gerakan janin
c)      Triwulan III
-          Timbul gejolak baru menghadapi persalinan
-          Perasaan bertanggung jawab
-          Golongan ibu yang mungkin merasa takut
-          Ibu yang mempunyai riwayat/pengalaman buruk pada persalinan yang lalu
-          Multipara agak berumur
-          Primigravida yang mendengar tentang pengalaman ngeri dan menakutkan dari teman-teman lain.
Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik :
a)      Perasan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
b)      Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan
c)      Regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yang berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
d)     Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa kebesaran
e)      Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.
Pada penderita psikosa sering ada gangguan bicara, kehilangan orientasi terhadap lingkungan. Aspek sosialnya membahayakan orang lain dan diri sendiri perlu perawatan RS.
Gangguan jiwa yang dapat terjadi pada kehamilan antara lain :
a)      Gangguan afektif pada kehamilan
b)      Gangguan bipolar
c)      Skizofrenia
d)     Gangguan cemas menyeluruh
e)      Gangguan panik
f)       Gangguan obsesif konvulsif
4)      Penyebab Psikosa
a)      Internal
Perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil.
b)      Eksternal
-          Kehamilan tak diinginkan
-          Kehamilan berisiko
-          Jarak kehamilan yang terlalu dekat
-          Riwayat keguguran
-          Riw. Obstetri buruk
5)      Penatalaksanaan
Perjalanan penyakit bervariasi dan bergantung pada jenis penyebab penyakit.  Bagi mereka dengan psikosis manik-depresif dan skizoafektif, waktu pemulihan adalah sekitar 6 bulan (Sneddon, 1992).  Yang paling mengalami gangguan fungsi pada saat pemeriksaan lanjutan adalah mereka yang menderita skizofrenia.  Para wanita ini sebaiknya dirujuk ke psikiater.  Keparahan psikosis postpartum mengharuskan diberikannya terapi farmakologis dan pada sebagian besar kasus dilakukan tindakan rawat inap.  Wanita yang mengalami psikosis biasanya mengalami kesulitan merawat bayinya.
Penatalaksanaan umum yang biasa diberikan pada penderita gangguan jiwa psikosa meliputi :
a)      Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
b)      Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia.
c)      Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
d)     Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
e)      Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap, klien tidak tahan terlalu diisolasi.
f)       Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu
6)      Terapi Gangguan Jiwa Psikosa
Saat ini tersedia sejumlah besar obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa (Kuller dkk., 1996).  Sebagian wanita hamil yang memerlukan farmakoterapi telah menderita penyakit jiwa berat, misalnya gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor berulang.  Wanita lain yang memerlukan terapi adalah mereka yang mengalami gangguan emosi yang berkembang selama kehamilan meliputi :
a)      Anti depresan
Depresi berat memerlukan terapi dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melabihi risikonya.  Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, imipramin, dan nortriptilin sering digunakan untuk gangguan-gangguan depresif.  Efek samping pada ibu adalah hipotensi ortostatik dan konstipasi.  Sedasi juga sering terjadi, sehingga obat golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang berkaitan dengan depresi.  Inhibitor Monoamin Oksidase (MAOI) adalah antidepresan yang sangat efektif yang semakin jarang digunakan karena menyebabkan hipotensi ortostatik.  Pengalaman dengan inibitor selektif ambilan ulang serotonin (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors / SSRI), termasuk fluoksetin dan sertralin, menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi primer bagi sebagian besar penyakit depresi.  Obat-obat ini tidak menimbulkan hipotensi ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada antidepresan lain.
b)      Antipsikotik
Wanita dengan sindrom-sindrom kejiwaan yang berat seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif, atau gangguan bipolar sangat mungkin memerlukan terapi antipsikotik selama kehamilan.  Antipsikotik tipikal adalah golongan antagonis dopamine.  Klozapin adalah satu-satunya antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang berbeda tetapi tidak diketahui.  Potensi dan efek samping berbagai antipsikotik berbeda-beda.  Obat-obat yang berpotensi lebih rendah, klorpromazin dan tioridazin, memiliki efek antikolinergik yang lebih besar serta bersifat sedatif.
c)      Litium
Keamanan litium selama kehamilan masih diperbebatkan.  Selain kekhawatiran tantang teratogenesitas, juga perlu dipertimbangkan indeks terapetiknya yang sempit.  Pernah dilaporkan toksisitas litium pada neonatus yang mendapat ASI.
d)     Benzidiazepin
Obat golongan ini mungkin diperlukan selama kehamilan bagi wanita dengan gangguan cemas yang parah atau untuk pasien psikotik yang agitatif atau mengamuk. Diazepam mungkin menyebabkan depresi neurologis berkepanjangan pada neonatus apabila pemberian dilakukan dekat dengan kelahiran.
e)      Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy / ECT)
Terapi dengan kejutan listrik untuk depresi selama kehamilan kadang-kadang diperlukan pada pasien dengan gangguan mood mayor yang parah dan tidak berespon terhadap terapi farmakologis.  Hasil diperoleh dengan menjalani 11 kali terapi dari umur kehamilan 23-31 minggu.  Mereka menggunakan tiamilal dan suksinilkolin, intubasi, dan ventilasi bantuan setiap kali terapi.  Mereka mendapatkan bahwa kadar epinefrin, norepinefrin, dan dopamine plasma meningkat 2-3 kali lipat dalam beberapa menit kejutan listrik.  Walaupun demikian, rekaman frekuensi denyut jantung janin serta frekuensi jantung, tekanan darah, dan saturasi oksigen ibu tetap normal.  Miller (1994) mengkaji 300 laporan kasus terapi kejut listrik selama kehamilan mendapatkan bahwa penyulit terjadi pada 10%.  Penyulit-penyulit tersebut antara lain adalah aritmia transien jinak pada bayi, perdarahan pervaginam ringan, nyeri abdomen, dan kontraksi uterus yang swasirna.  Wanita yang kurang dipersiapkan juga berisiko lebih besar mengalami aspirasi, kompresi aortokava, dan alkalosis respiratorik.  Langkah-langkah pengkajian penting adalah pengkajian servik, penghentian obat antikolinergik yang tidak esensial, pemantauan frekuensi denyut jantung janin dan uterus, hidrasi intravena, pemberian antasida cair, dan pasien dobaringkan miring kiri.  Selama prosedur, hindari hiperventilasi berlebihan dan jalan napas harus dilindungi.
c.       Psikonerosa
1)      Pengertian Psikoneorosa
Psikoneurosis atau psikoneurosa adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanlah suatu penyakit, tetapi masih dapat disebut normal, hal tersebut muncul dikarenakan ketegangan pribadi yang terus menerus terjadi sebagai akibat konflik yang berkepanjangan dan belum dapat mengatasi konflik yang tidak kunjung reda yang pada taraf terakhir menjadi neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi). Ada kalanya penyakit ini baru timbul setelah lama penyebabnya terjadi atau sama sekali tidak ingat lagi, atau telah diendapkan dalam alam ketidaksadaran. Untuk menyembuhkan penyakit digunakan tehnik wawancara yang lazim disebut psikoterapi.
Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. Menurut Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143),  Neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.
Neurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.
Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut.
a)      Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
b)      Neurosis terjadi pada sebagian aspek kepribadian.
c)      Neurosis dapat dikenali gejala-gejala yang menyertainya dengan ciri khas kecemasan.
d)     Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan melakukan aktivitas sehari-hari.
2)      Jenis-jenis, Gejala, Penyebab dan penatalaksanaan Neurosis
Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis, 1980 : 258).
Para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980 : 257-258) :
a)      Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
-          Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan. Gejala-gejala neurosis cemas :
§  Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.
§  Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu,dst.
-          Faktor penyebab neurosis cemas
Menurut Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.
Sebab-sebab anxiety secara umum :
§  Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubu-tubi
§  Repressi terhadap macam-macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna
§  Kecenderungan harga diri yang terhalang.
§  Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga menimbulkan banyak konflik batin.
-          Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas, yaitu :
§  Psikoterapi individual
§  Psikoterapi kelompok
§  Psikoterapi analitik
§  Sosioterapi
§  Terapi seni kreatif
§  Terapi kerja
§  Terapi perilaku
§  Farmakoterapi
b)     Histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita.
-          Gejala histeria
Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
-          Jenis-jenis histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.
§  Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.
§  Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian ganda.
-          Faktor penyebab histeria
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gangguan jiwa. Sebab-sebab hysteria:
§  Ada prediposisi pembawaan berupa system syaraf yang lemah.
§  Tekanan-tekanan mental yang disebabkan oleh, kesusahan, kekecawaan, syok, dan pengalaman-pengalamn traumatis/luka jiwa.nya sugesti diri yag buruk dan melemahkan mental.
§  Oleh kelemahan-kelemahan diri, individu berusaha menguasai keadaan, lalu mentiranisasi lingkungan dengan tingkah lakunya yang dibuat-buat.
§  Kebiasaan hidup dan disiplin-disiplin yang keliru, sehingga mengakibatkan control pribadi yang lemah dan integrasi kepribadian yang miskin, sangat kekanak-kanakan.
§  Sering atau selalu menggunakan escape mechanism dan defence mechanism, sehingga mengakibatkan malajustment, dan semakin banyak timbul kesulitan.
§  Kondidi fisik yang buruk, misalnya sakit-sakitan, lemah, lelah, fungsi-fungsi organic yang lemah, gangguan pikiran, dan badaniah.
-          Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan histeria yaitu:
§  Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer);
§  Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud);
§  Psikoterapi suportif.
§  Farmakoterapi.
c)      Neurosis fobik
-          Gejala-gejala neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat, dst. Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
§  Hematophobia : takut melihat darah
§  Hydrophobia : takut pada air
§  Pyrophibia : takut pada api
§  Acrophobia : takut berada di tempat yang tinggi
-          Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidaksadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa.
-          Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah:
§  Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
§  Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak menyenangkan.
§  Terapi kelompok.
§  Manipulasi lingkungan.
d)     Neurosis obsesif-kompulsif
-          Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain ;
§  Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.
§  Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.
§  Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
§  Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.
-          Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D., 2000 : 116-117).
§  Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
§  Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil).
-          Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
§  Psikoterapi suportif;
§  Penjelasan dan pendidikan;
§  Terapi perilaku.
e)      Neurosis depresif
-          Gejala-gejala neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada perasaan dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri.
Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :
§  Gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
§  Gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya, dst.
-          Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns (1988 : 6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan” mental, depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif pula. Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya.
-          Terapi untuk penderita neurosis depresif
Untuk menyembuhkan depresi, Burns (1988 : 5) telah mengembangkan teknik terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan dengan prinsip sebagai berikut.
§  Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran atau pemikiran yang bersangkutan.
§  Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran telah dikuasai oleh kekeliruan yang mendalam.
§  Bahwa pemikiran negatif menyebabkan kekacauan emosional.
§  Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang telah menyebabkan terjadinya kekacauan emosional.
f)       Neurasthenia
-          Gejala-gejala neurasthenia
Neurasthenia disebut juga penyakit payah. Gejala utama :
§  Gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun
§  Hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan
§  Kemampuan berpikir menurun.
§  Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejala-gejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.
-          Faktor penyebab neurasthenia
Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah Daradjat, 1983 : 34), yaitu sebagai berikut :
§  Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan.
§  Terhalanginya keinginan-keinginan.
§  Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan
-          Terapi untuk penderita neurasthenia
Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat dilakukan dengan teknik terapi sebagai berikut.
§  Psikoterapi supportif;
§  Terapi olah raga;
§  Farmakoterapi.
g)      Psikotenis
Gejala penyakit ini ialah kelesuan mental, phobia, takut berdiri di tempat yang tinggi, takut akan tempat yang sempit, takut mati. Selain phobia timbul obsesi (meningkatnya suatu ide yang sulit dilupakan) yang disertai compulsion (kecenderungan untuk melakukan sesuatau tanpa dapat dicegah). Seseorang yang mempunyai obsesi selalu mencuci tangannya karena selalu merasa penuh kuman. Dengan mencuci tangan dia merasa puas, sedang bila dia tidak mencuci tangan dia akan penuh kegelisahan. Salah satu jenis compulsion ialah cleptomani (kecenderungan mencuri). Sebab-sebab psikotenis :
-          Represi terhadap pengalaman-pengalaman traumatis yang sangat menakutkan pada masa silam.
-          Disertai rasa malu atau berdosa, yang kemudian ditekan kuat-kuat dalam ketidaksadaran, dalam usahanya untuk melupakan insiden tersebut, sehingga muncul gejala phobia, obsesi, dan kompulsif.
-          Ada konflik antar untuk berani melawan rasa taku-takut yang mengerut, yang dicobanya menekan kuat-kuat dalam alam tidak sadar.
h)     Neurastania
Penyakit ini ditandai oleh kelelahan yang terus menerus, wajah murung, nafsu makan berkurang, sulit tidur (insomania).
1.      Risau disebabkan oleh kekurangan kerja/kesibukan. Kelelahan dan kelemahan yang ekstrem disebabkan oleh kebanyakan kerja.
2.      Banyak menderita ketegangan emosional karena konflik-konflik internal, kesusahan, dan frustasi-frustasi.
3.      Disebabkan oleh perasaan interior, akibat dari kegagalan-kegagalan di masa lampau dan disusuli dengan tingkah laku yang agresif.
4.      Faktor-faktor herediter diperkirakan juga menjadi sebabnya, akn tetapi tidak teramat penting artinya.
i)        Hipokondria
Adalah kondisi kecemasan yang kronis, dimana pasien selalu merasakan ketakutan yang patologis terhadap terhadap kesehatan sendiri. individu yang bersangkutan merasa yakin betul bahwa dirinya mengidap suatu penyakit yang kronis. Setiap simpton kesakitan yang sekecil-kecilnya, dirasakannya sebagai suatu bencana hebat dan merupakan tragedy hidup yang dianggap bisa menyebabkan kematiannya. Semua itu disebabkan oleh banyaknya konflik-konflik intrapsikis yang sudah lama dan amat parah.
Kesehatan emosi berkaitan erat dengan kesehatan dan kondisi jiwa seseorang. Kesehatan emosi juga berkaitan dengan kondisi fisik seseorang apakah ia memiliki kondisi tubuh yang fit, bebas tekanan (stres dan depresi), mental yang kuat dan sebagainya. Keadaan tubuh atau fisik yang kuat saja tidak cukup untuk mencegah adanya gangguan emosi pada seseorang. Dalam hal ini asupan gizi turut mempengaruhi untuk tetap menjaga kebugaran sehingga tidak hanya kesehatan fisik yang didapat tetapi juga kesehatan jiwa.
Sebaliknya kesehatan emosi juga dapat mempengaruhi kondisi tubuh. Jika keadaan jiwanya tidak stabil, yang disebabkan stress atau depresi, maka fisiknya juga dapat menjadi lemah. Karena jiwa, perasaan, dan emosi seseorang sangat mempengaruhi keadaan fisik orang tersebut.
Cara untuk mengatasi kelabilan dari kesehatan emosi ini dapat dilakukan dengan cara memakan makanan yang sehat yang disertai asupan gizi yang cukup bagi tubuh, melakukan olah raga secara teratur, dan istirahat yang proporsional. Rekreasi atau liburan ke suatu tempat yang relatif menyenangkan dapat juga menjadi salah satu cara untuk mengembalikan kesehatan dan menekan stress.
Freud berpendapat bahwa psikoneurosis pada dasarnya adalah psiogenik. Freud mengemukakan lima interpretasi yang berbeda mengenai penyebab tingkah laku neurotik:
§  Psikoneurosis adalah akibat dari trauma-trauma yang pertama-tama bersifat seksual
§  Psikoneurosis akibat komplek oedipus yang tidak terpecahkan
§  Psikoneurosis sebagai akibat dari konflik antara dorongan id dan penyensoran moral dari superego
§  Reaksi-reaksi emosional yang ditimbulkan oleh lingkungan yang sejak awal menolak individu sebagai faktor-faktor yang mempercepat psikoneurosis
§  Penyebab psikoneurosis tidak hanya satu, melainkan banyak dan kemudian freud memusatkan perhatiannya pada uraian mengenai reaksi-reaksi neurotik.



MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN ATENATAL CARE PATOLOGI
PADA Ny.”P” GI P0 A0 DENGAN MASALAH DEPRESI RINGAN
DI PUSKESMAS X
Tanggal 22 Februari 2011


No.Medrec        : 027
Tgl.Masuk        :  22 Februari 2011
Tgl.Pengkajian : 22 Februari 2011, Jam 10.00 WIB
Nama Pengkaji :

LANGKAH 1 IDENTIFIKASI DATA DASAR
A.    Identitas Istri/Suami
Nama                        : Ny.”P”/Tn.”R”
Umur                        : 18 Tahun/ 20 Tahun
Agama                      : Islam/Islam
Pendidikan               : SMA / SMA
Pekerjaan                  : IRT / Petani
Alamat                     : Jln. Cut Nyadien, Sambuli.
Lama menikah          : 1 tahun

B.     Data Biologis/Fisiologis
1.      Alasan datang ke puskesmas   : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya.
2.      Keluhan utama                        : Ibu mengeluh susah mengendalikan perasaannya.
3.      Keluhan menyertai                  : Ibu mengeluh susah tidur
4.      Riwayat keluhan utama           :
a.    Timbul sejak                       : 1 minggu yang lalu, umur kehamilan 8 minggu 6 hari
b.    Sifat keluhan                      : Hilang Timbul
c.    Pengaruh keluhan terhadap aktifitas          : Mengganggu Aktifitas
d.   Usaha Ibu dalam mengatasi keluhan          : Istrahat dengan berbaring
5.      Riwayat Kehamilan Sekarang G1P0Ac
a.    HPHT                                 : 28-12-2010
b.    TP                                       : 05-10-2011   
c.    Gerakan Janin                     : belum jelas
d.   Keluhan saat hamil muda   : tidak ada
e.    Pemeriksaan Kehamilan yang lalu               : tidak ada
6.      Imunisasi TT                           : belum diberikan
7.      Riwayat Haid
a.    Merarche                             : 14 tahun
b.    Siklus                                  : 28-30 hari
c.    Lamanya                             : 5-7 hari
d.   Banyaknya                          : 2-3 kali/hari
e.    Dismerore                           : tidak ada



8.      Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil ke
Thn/Tgl Partus
Jenis Partus
Penolong
Penyulit kehamilan
Anak
Nifas

Jk
BB (kg)
PB (cm)
ASI
Penyulit


I
Kehamilan sekarang


9.      Riwayat Ginekologi
a.    Infertilitas                           : tidak mengalami
b.    Massa                                  : tidak ada
c.    Penyakit                              : tidak ada
d.   Operasi                               : tidak pernah
10.  Riwayat Keluarga Berencana
a.    Kontrasepsi yang lalu         : belum pernah menggunakan Alat Kontrasepsi.
b.    Keluhan                              : tidak ada
c.    Lamanya Pemakaian           : tidak ada Pemakaian kontrasepsi
d.   Alasan Berhenti                  : tidak ada
11.  Riwayat Penyakit Yang Lalu
a.    Asma                                  : tidak pernah menderita penyakit Asma
b.    TBC                                    : tidak pernah menderita penyakit TBC
c.    Hepatitis B                         : tidak pernah menderita penyakit Hepatitis B
d.   Jantung                               : tidak pernah menderita penyakit jantung
e.    Hipertensi                           : tidak pernah menderita hipertensi
f.     Diabetes Melitus                 : tidak pernah menderita Diabetes Melitus
g.    Penyakit yang lain              : Ibu pernah mengalami penyakit yang lain seperti malaria, demam, sakit perut.
12.  Pola Nutrisi
a.    Kebiasaan makan sehari-hari : Nasi, sayur, ikan, susu, buah
b.    Pola makan tidak teratur
c.    Kebutuhan cairan
1)      Air putih                      : 7-8 gelas/hari
2)      Susu                             : 1-2 gelas/hari
d.   Perubahan selama hamil     : pola makan yang tidak teratur
e.    Nafsu makan ibu berkurang
f.     Makanan Pantangan           : Tidak ada
g.    Masalah                              : Pola makanan yang tidak teratur dan berkurang.
13.  Pola Eliminasi
a.    BAK (Buang Air Kecil)
1)      Kebiasaan BAK sehari-hari     : 4-5 kali/hari
2)      Frekuensi selama hamil           : 4-5 kali/hari
3)      Warna selama hamil                : khas Amoniak
4)      Bau selama hamil                    : tidak ada masalah
5)      Perubahan selama hamil          : tidak ada perubahan
6)      Masalah                                   : tidak ada
b.    BAB (Buang Air Besar)
1)      Kebiasaan BAB sehari-hari     : 3 kali/hari
2)      Frekuensi selama hamil           : ± 1 kali/hari
3)      Konsistensi                              : lunak
4)      Masalah                                   : tidak teratur
5)      Perubahan Selama Hamil        : BAB tidak teratur
14.  Pola Istirahat
a.    Kebiasaan Istirahat Sebelum Hamil
1)      Malam                                     : 8 jam  (21.00:05.00) WIB
2)      Siang                                       : 2 jam (13.00:15.00) WIB
b.    Pola  Istrahat Sekarang
1)      Malam                                     : tidak teratur
2)      Siang                                       : tidak teratur
c.    Masalah                                          : Waktu tidur yang kurang
d.   Perubahan selama hamil                 : Pola istrahat yang tidak teratur
15.  Kebutuhan kebersihan diri (personal hygine)
a.    Mandi 3 kali sehari menggunakan sabun mandi
b.    Rambut dibersihkan setiap 2 kali seminggu menggunakan shampo
c.    Gigi/mulut dibersihkan setiap habis makan dan sebelum tidur malam menggunakan pasta gigi
d.   Kuku kaki/kuku tangan dibersihkan setiap kali panjang
e.    Genetelia/anus dibersihkan setiap kali selesai BAK/BAB dan pada saat mandi
f.     Pakaian  diganti pada saat selesai mandi atau setiap kali kotor
g.    Selama masa hamil tidak ada perubahan
16.  Data sosial
a.
Dukungan suami
:
Suami selalu memberikan dukungan kepada istrinya karena suaminya sangat menantikan kelahiran anak pertamanya serta suami sangat senang dengan kehamilan ini.
b.
Dukungan keluarga
:
Orang tua, Mertua dan kerabat lainya sangat mendukung, baik fisik maupun mental serta sangat senang dengan kehamilan ini
c.
Masalah
:
Tidak ada masalah sosial pada kehamilan ini.
C.    Pemeriksaan fisik
1.    Kesadaran                   : composmentis
2.    Keadaan                      : lemas
3.    Berat Badan                : 42 kg
4.    Tinggi badan               : 148 cm
5.    Lila                              : 23 cm
6.    Tanda – tanda Vital    :

a.    TD              : 110/80 mmHg
b.    N                 : 82X/menit
c.    P                 : 22 x/menit
d.   S                 : 36,5 0C


7.    Kepala
a.    Rambut panjang, lurus, berwarna hitam kemerah-merahan
b.    Tidak ada kerontokan pada rambut
c.    Tidak ada ketombe pada kulit kepala
d.   Tidak ada benjolan pada kepala
8.    Wajah
a.    Expresi wajah tampak cemas, sedih
b.    Tidak ada Cloasma gravidarum
c.    Tidak ada oedema
9.    Mata
a.    Simetris kiri dan kanan
b.    Konjungtiva pucat
c.    Sklera putih
d.   Penglihatan jelas atau masih dalam keadaan normal
10.  Hidung
a.    Simetris kiri dan kanan
b.    Tidak ada polip
c.    Tidak ada epitaksis
d.   Tidak ada pengeluaran sekret
11.  Mulut
a.    Bibir tampak lembab
b.    Tidak ada sariawan
c.    Gigi masih utuh
e.    Tidak ada masalah selama kehamilan ini
12.  Telinga
a.    Simetris kiri dan kanan
b.   Daun telinga terbentuk sempurna
c.    Tidak ada pengeluaran sekret
d.   Pendengaran normal kiri dan kanan
13.  Leher
a.    Tidak ada pembesaran pada vena jugularis
b.    Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid
14.  Payudara
a.    Simetris kiri dan kanan
b.   Puting susu menonjol kiri dan kanan
b.   Areola tampak hiperpigmentasi
c.    Tidak ada benjolan
15.  Abdomen
a.    Inspeksi
1)      Berbentuk bulat
2)      b.Tidak ada bekas luka operasi
3)      Terdapat linea fusca dan striae lividae
b.   Palpasi
Tidak dilakukan Pemeriksaan
c.    Auskultasi
Tidak dilakukan pemeriksaan
16.  Geritalia Luar dan Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan
17.  Ekstremitas
a.    Tangan dan kaki simetris kiri dan kanan
b.    Warna kuku tangan dan kaki berwarna merah muda
c.    Refleks patella (+)
d.   Tidak ada oedema
e.    Tidak ada varises
18.  Data penunjang
a.    Pemeriksaan Urine              : Tidak dilakukan
b.    Pemeriksaan darah              : Tidak dilakukan

LANGKAH II           INTERPRESTASI DATA / IDENTIFIKASI DIAGNOSA
Diagnosa         :
G1P0Ao, umur kehamilan 8 minggu 6 hari, keadaan Ibu dan Janin baik dengan masalah depresi ringan.
Dasar               : G1P0Ao
Ds                    :  Ibu hamil yang pertama kali
Do                               :  Tonus otot perut tegang, terdapat linea fusca (coklat) dan striae lividae
Analisis dan Interprestasi
1.      Ibu hamil yang pertama kali atau biasa disebut primigravida, namun dimana pada perbedaan antara primigravida dan multigravida, pada otot perut primigravida teraba tegang  karena belum pernah terenggang sebelumnya. (Manuaba, 1998)
2.      Terdapat striae lividae pada primigravida yang warnanya membiru yang timbul sebagai akibat tingginya termore FSH oleh pengaruh termore progesteron dan estrogen. (Wiknjosastro, 2007)
3.      Terdapat linea fusca (coklat) hiperpygmantasi yang terjadi pada perut primigravida yang disebabkan oleh pengaruh Melaphone Stimulating Hormon (MSH) yang meningkat, dimana MSH salah satu hormon yang dikeluarkan oleh lobus anterior posterior. (Wiknjosastro, 2007)
Dasar               : Umur kehamilan 8 minggu 6 hari
Ds                    : Ibu dengan HPHT 28-12-2010
Do                   : TP 05-10-2011, TFU belum teraba
Analisis dan Interprestasi
1.      Dari HPHT 28-12-2010 sampai tanggal pengkajian 22-2-2011 terhitung umur kehamilan 8 minggu 6 hari.
2.      Pada kehamilan 8 minggu 6 hari maka tinggi Fundus uteri (TFU) belum bisa dipastikan dimana TFU dipergeruti oeh pertumbuhan janin dalam kandungan. (Obstetri Ginekologi, Dr.Fat Thesno)
Dasar               : Keadaan Umum ibu baik
Do                   : -
Ds                    : keadaan umum Ibu baik

TD     : 110/80 mmHg
N       : 82 x/menit
P        : 22 x/menit
S        : 36,5 0C
BB     : 42 kg
TB     : 148 cm

Analisis dan interprestasi
Keadaan umum sangat mempengaruhi prognose persalinan (Wiknjosastro, 2007)
Dasar               : Masalah Depresi Ringan
Do                   : ibu merasakan susah tidur, cepat lelah,
Analisis dan interprestasi
Tiffani Field PhD dari University of Miami Medical School mengungkapkan, adanya pengaruh antara ibu yang depresi dan anak yang dilahirkannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 20 tahun, dia menemukan bahwa ibu yang mengalami depresi berat akibat perubahan mood atau perubahan fisik selama kehamilan, akan melahirkan anak yang memiliki kadar hormon stres tinggi. Selain itu, aktivitas otak yang peka terhadap depresi dan perubahan suasana hati, menunjukkan sedikit ekspresi dan mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur. (http://khanzima.wordpress.com/2010/10/20/asuhan-kebidanan-patologis-pada-kehamilan-dengan-depresi/)

LANGKAH  III  IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi depresi berat atau psikosis

LANGKAH  IV  EVALUASITINDAKAN SEGERA/KOLABORASI
Kolaborasi dengan psikiater

LANGKAH  V  RENCANA ASUHAN KEBIDANAN / INTERVENSI
Tujuan :
1.      Keadaan Umum Ibu dan janin baik
2.      TTV dalam batas normal
3.      Memotivasi ibu untuk menerima kehamilan sewajarnya serta melakukuan aktivitas yang meningkatkan status kesehatan ibu dan janinnya serta membantu berfikir positif tentang kehamilanya.
4.      Mendeteksi dini adanya tanda bahaya kehamilan dan mencegah terjadinya komplikasi kehamilan.
Kriteria Keberhasilan:
1.      Keadaan Umum ibu dan janin baik
2.      TTV dalam batas normal
TD normal                        : 180/70 mmHg - 130/90 mmHg
N normal                          : 80x/menit- 90x/menit
S normal                           : 36,5 ◦c – 37,5 ◦c
D normal                          : 18 x/menit – 24 x/menit
3.      Respon positif dari ibu dan keluarga terhadap hasil pemeriksaan
4.      Ibu dapat beraktifitas seperti biasa tanpa rasa takut yang berlebihan.


Rencana Asuhan :
1.      Berikan senyum, sapa, salam
Rasional : terjalin komunikasi yang baik antara bidan dan ibu
2.      Lakukan informed consent kepada ibu
Rasional: informed consent yang dilakukan agar ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan.
3.      Observasi Tanda-Tanda Vital.
Rasional : memantau TTV dapat mengetahui keadaan umum ibu.
4.      Berikan penjelasan pada ibu tentang hasil pemeriksan.
Rasional : menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan agar ibu tidak khawatir dan merasa senang dapat mengetahui perkembangan kehamilannya.
5.      Anjurkan ibu untuk  ibu minum obat yang diberikan (Tablet fe).
Rasional : tablet fe mencegah terjadinya anemi pada ibu.
6.      Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.
Rasional: makanan yang bergizi dibutuhkan untuk kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
7.      Anjurkan pada ibu untuk menghindari pekerjaan yang berat.
Rasional: pekerjaan yang berat dapat membahayakan ibu dan janin.
8.      Anjurkan ibu untuk istrahat yang cukup.
Rasional: isttrahat dapat mengurangi beban kerja jantung yang meningkat selama kehamilan.
9.      Berikan ibu support mental dengan meyakinkan ibu untuk tidak terlalu banyak pikiran dengan mengalihkan pada kegiatan bersama keluarga serta beritahu ibu untuk menceritakan semua hal yang dirasakan pada orang terdekat ibu.
Rasional: dengan support mental yang diberikan ibu ntidak merasa terpuruk dengan banyaknya pikiran yang membuat ibu sering merasa kesal, jenuh, sedih, dan takut yang dapat menyebabkan depresi.
10.  Anjurkan ibu untuk mengikuti kegiatan yang dapat merelaksasikan pikiran dan hati seperti yoga atau pijat refleksi.
Rasional: kegiatan yoga dan pijat refleksi dapat mengurangi dan mencegah rasa cemas dan takut yang timbul pada ibu.
11.  Kenalkan ibu tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, oedema pada wajah dan tangan, keluar air-air dari jualan lahir, hypertensi, hyperemesis, nyeri perut yang hebat, ketuban pecah dini, penurunan pergerakan janin, perdarahan disertai atau tanpa rasa nyeri.
Rasional: mengantisipasi terjadinnya tanda bahaya kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin.
12.  Anjurkan ibu untuk segera ke Pusat Pelayanan Kesehatan jika pada ibu terdapat salah satu tanda bahaya kehamilan.
Rasional: jika terjadi salah satu tanda bahaya kehamilan pada ibu segera ke Pusat Pelayanan kesehatan terdekat agar tidak terjadi komplikasi pada kehamilan ibu serta ibu dan janin dapat terselamatkan.
13.  Anjurkan ibu untuk ANC secara teratur(trimerster I: min.1x pemeriksaan, trimester II: min. 1x pemeriksaan, dan trimester III: min. 2x pemeriksaan)
Rasional: mendeteksi secara dini adanya kelainan terhadap ibu dan janin.

LANGKAH  VI  IMPLEMENTASI
Tanggal 22-2-2011, Pukul :12.00 WIB
1.      Memberikan senyum, sapa, salam.
Ibu menerima dan merespon baik.
2.      Melakukan informed consent kepada ibu.
Ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan oleh petugas kesehatan.
3.      Mengobservarasi Tanda-Tanda vital.
TTV:
TD : 110/80 mmHg, N : 82 x/menit, P : 22 x/menit, S : 36,5 0C
4.      Memberikan penjelasan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
Ibu merasa senang mengetahui kehamilannya dalam keadaan normal.
5.      Menganjurkan pada ibu untuk minum obat yang diberikan (tablet fe).
Ibu bersedia minum obat sesuai dengan takaran yang diberikan secara teratur 1x1 sehari.
6.      Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi.
Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi 4 sehat 5 sempurnaseperti karbohidrat, sayuran hijau, lauk pauk, buah-buahan dan susu.
7.      Menganjurkan ibu untuk menghindari pekerjaan yang berat
Ibu bersedia menghindari dan tidak melakukan pekerjaan yang berat.
8.      Menganjurkan ibu untuk istrahat yang cukup.
Ibu bersedia mengurangi aktivitas sehari-hari agar bisa istrahat yang cukup.
9.      Memberikan ibu support mental dengan meyakinkan ibu untuk tidak terlalu banyak pikiran dengan mengalihkan pada kegiatan bersama keluarga serta beritahu ibu untuk menceritakan semua hal yang dirasakan pada orang terdekat ibu.
Ibu bersedia melakukan kegiatan bersama-sama keluarganya dan menceritakan semua perasaannya kepada orang terdekat yaitu suami.
10.  Menganjurkan ibu untuk mengikuti kegiatan yang dapat merelaksasikan pikiran dan hati seperti yoga atau pijat refleksi.
Ibu bersedia mengikuti kegiatan yoga atau pijat refleksi.
11.  Mengenalkan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan, seperti :
a.    Sakit kepala yang hebat dan penglihatan kabur
b.    Oedema pada wajah dan ekstremitas
c.    Keluar air-air dari jalan lahir
d.   Terdapat penurnan gerakan janin
e.    Pendarahan disertai atau tanpa rasa nyeri
f.     Hypertensi, hyperemesis
g.    Ketuban pecah dini
h.    Nyeri perut yang hebat
Ibu mengerti semua penjelasan bidan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.
12.  Menganjurkan ibu untuk segera ke Pusat Pelayanan Kesehatan terdekat jika menemukan salah satu tanda bahaya pada ibu.
Ibu bersedia agar segera ke Pusat Pelayanan Kesehatan terdekat jika menemukan salah satu tanda bahaya kehamilan.
13.  Menganjurkan pada ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur.
a.    Trimester I       : min. 1x
b.    Trimester II     : min. 1x
c.    Trimester III    : min. 2x
Ibu bersedia memeriksakan kehamilannya secara teratur.

LANGKAH  VII  EVALUASI
Tanggal 22-2-2011. Pukul 13.10 WIB
1.      TTV dalam batas normal
TD :110/80 mmHg
P :22x/menit
N : 82x/menit
S   :36,5
2.      Ibu megerti, mengerti dan bersedia melaksanakan semua yang telah di anjurkan oleh petugas kesehatan (bidan).
3.      Ibu bersedia segera ke pusat pelayanan kesehatan jika mengalami salah satu tanda bahaya kehamilan.
4.      Dengan adanya masalah yang dialami oleh ibu yaitu depresi ringan, kebanyakan pada ibu hamil mengalaminya terutama pada kehamilan pertama dan ibu mulai beradaptasi dengan masalah yang dialaminya agar mencegah dan mengurangi potensi terjadinya depresi.