MATERI
1.
Deteksi Dini
Terhadap Kelainan, Komplikasi Dan Penyakit Pada Ibu Hamil
Yang dimaksud
dengan deteksi dini merupakan upaya pemberian informasi kepada klien yang
berpotensi terhadap suatu masalah (penyakit/komplikasi) untuk menyiagakan dalam
mengambil tindakan antisipasi atau mengurangi resiko dalam kondisi dan situasi
tersebut.
Prinsip deteksi
dini terhadap kelainan, komplikasi dan penyakit pada masa kehamilan, persalinan
dan nifas adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dan
bertindak seorang bidan dalam memberikan informasi terkait dengan resiko
ataupun masalah (penyakit, kelainan ataupun komplikasi).
Pemeriksaan dan
pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan secara teratur. Hal ini
bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak
selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak
yang sehat. Selain itu juga untuk mendeteksi dini adanya kelainan, komplikasi
dan penyakit yang biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga hal tersebut dapat
dicegah ataupun diobati. Dengan demikian maka angka morbiditas dan mortalitas
ibu dan bayi dapat berkurang.
a. Pemeriksaan
Kehamilan Dini (Early ANC Detection)
Idealnya wanita
yang merasa hamil bersedia untuk memeriksakan diri ketika haidnya terlambat
sekurang-kurangnya 1 bulan. Dengan demikian, jika terdapat kelainan pada
kehamilannya tersebut akan lekas diketahui dan segera dapat diatasi. Oleh
karena itu, setiap wanita hamil sebaiknya melakukan kunjungan antenatal
sedikitnya 1 kali pada trimester 1 (sebelum minggu ke 14).
Tujuan
pemeriksaan dini pada awal kehamilan adalah :
1) Kemungkinan
hamil
2) Menetukan usia
kehamilan
3) Melakukan
deteksi adanya faktor resiko dan komplikasi pada kehamilan
4) Perencanaan
penyuluhan dan pengobatan yang diperlukan
5) Melakukan
rujukan dan kolaborasi bila kehamilan mengalami komplikasi dan faktor resiko
yang memungkinakan komplikasi terjadi
Faktor resiko
yang berhubungan dengan kehamilan, yaitu :
1) Perdarahan
pervaginam
2) Hipertensi
(kenaiakan sistole 30 mmHg & diastole 15 mmHg)
3) Kenaikan atau
penurunan BB > 13 kg atau < 9 kg selama kehamilan atau kenaikan < ½
kg/minggu pada triwulan akhir kehamilan
4) Oedema
(terutama pada wajah dan kelopak mata)
5) Pusing dan
pandangan berkunang-kunang
6) Kehamilan ganda
(kembar)
7) IUFD
8) Usia kehamilan
< 37 minggu atau > 42 minggu
9) Ibu hamil
dengan penyakit menahun
10) Primigravida
dengan penurunan kepala belum masuk PAP pada akhir kehamilan
11) Proteinuria
(++)
12) Muntah
berlebihan
13) Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu banyak penyulit
Faktor resiko
lain yang berada di luar kehamilan, meliputi ;
1) Usia ibu <
20 tahun atau > 35 tahun
2) Pendidikan ibu
rendah
3) Paritas > 5
4) Mempunyai
riwayat penyakit menahun / infeksi
5) Jarak antara 2
kehamilan < 2 tahun
6) Riwayat
kematian janin/bayi/anak > 1
7) Persalinan
preterm
b. Kontak Dini Kehamilan Trimester I
Deteksi dini
terhadap tanda bahaya kehamilan dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan,
dengan penilaian sebagai berikut :
1)
Pada trimester pertama 1x dengan kriteria tanda bahaya
yaitu :adanya anemia, penyakit keturunan, infeksi dan degeneratif, perdarahan
(abortus, KET, mola hidatidosa), HEG, kelainan genetik janin (jika memiliki
riwayat atau resiko)
2)
Pada trimester kedua 1x dengan kriteria tanda bahaya
yaitu : perdarahan, pre eklampsia dan eklampsia, gangguan pertumbuhan janin.
3)
Pada trimester ketiga 2 x dengan kriteria tanda bahaya
yaitu : adanya kehamilan ganda, perdarahan prvaginam (plasenta previa, solusio
plasenta)
c. Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu.
Pelayanan ANC
yang diberikan petugas kesehatan kepada setiap ibu hamil berbeda-beda
tergantung dari kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya. Misalnya
persetujuan ANC yang diberikan terhadap ibu hamil dengan hipertensi tentunya
akan berbeda dengan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan varises.
Pada ibu hamil dengan hipertensi sebaiknya dilakukan pemantauan tekanan darah, urin, dan kondisi janin setiap minggunya. Anjurkan kepada ibu untuk mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu dikonsultasikan kepada ahli. Selain itu anjurkan ibu pula untuk cukup istirahat menjauhi emosi dan jangan bekerja terlalu berat. Pada pola nutrisi sebaiknya ibu dianjurkan untuk diet tinggi protein rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah garam. Hal ini bertujuan untuk mencegah pertambahan berat badan yang agresif.
Pada ibu hamil dengan hipertensi sebaiknya dilakukan pemantauan tekanan darah, urin, dan kondisi janin setiap minggunya. Anjurkan kepada ibu untuk mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu dikonsultasikan kepada ahli. Selain itu anjurkan ibu pula untuk cukup istirahat menjauhi emosi dan jangan bekerja terlalu berat. Pada pola nutrisi sebaiknya ibu dianjurkan untuk diet tinggi protein rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah garam. Hal ini bertujuan untuk mencegah pertambahan berat badan yang agresif.
Pengawasan
terhadap janin harus lebih teliti, di samping pemeriksaan biasa, dapat
dilakukan pemeriksaan monitor janin lainnya seperti elektrokardiografi fetal,
ukuran biparietal (USG), Penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin,
dan sebagainya.
Pengakhiran kehamilan baik yang muda maupun yang sudah cukup bulan harus dipikirkan bila ada tanda-tanda hipertensi ganas (tekanan darah 200/120 atau pre-eklamsi berat). Apalagi bila janin telah meninggal dalam kandungan pengakhiran kehamilan ini sebaikanya dirundingkan antar disiplin : dengan ahli penyakit dalam ; apakah ada ancaman terhadap jiwa ibu.
Pengakhiran kehamilan baik yang muda maupun yang sudah cukup bulan harus dipikirkan bila ada tanda-tanda hipertensi ganas (tekanan darah 200/120 atau pre-eklamsi berat). Apalagi bila janin telah meninggal dalam kandungan pengakhiran kehamilan ini sebaikanya dirundingkan antar disiplin : dengan ahli penyakit dalam ; apakah ada ancaman terhadap jiwa ibu.
Sedangkan pada
ibu hamil dengan varises pelayanan ANC yang diberikan antara lain :
1) Anjuran ibu
untuk jangan berdiri atau duduk terlalu lama dan jangan memakai ikat pinggang
terlalu kencang.
2) Anjurkan kepada
ibu supaya jalan-jalan dan senam hamil untuk memperlancar peredaran darah.
3) Anjurkan ibu
untuk memakai kaos kaki atau pembalut tungkai elastis.
4) Dapat diberikan
obat-obatan : Venosan, Glyvenol, Venoruton, dan Varemoid.
d. Skrining untuk deteksi dini.
Skrining untuk
deteksi dini meliputi :
1) Pemeriksaan
yang dilakukan pada kehamilan dini, yaitu :
a) Anamnesa
Anamnesa adalah
tanya jawab antara penderita dan pemeriksa. Dari anamnesa ini banyak keterangan
yang diperoleh guna membantu menegakkan diagnosa dan prognosa kehamilan, antara
lain :
-
Anamnesa Sosial (biodata dan latar belakang sosial)
-
Anamnesa Keluarga
-
Anamnesa Medik
-
Anamnesa Haid
-
Anamnesa Kebidanan
b) Pemeriksaan
Umum
-
Tinggi badan
Pada wanita
hamil yang pertama kali memeriksakan perlu diukur tinggi badannya. Seorang
wanita hamil yang terlalu pendek, yang tinggi badannya kurang dari 145 cm
tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar persalinan berlangsung kurang
lancar. Perbandingan tinggi dan berat badan memberi gambaran mengenai keadaan
gizi dan balita.
-
Berat badan
Pada tiap
pemeriksaan wanita hamil baik yang pertama kali atau ulangan, berat badan perlu
ditimbang. Kenaikan berat badan yang mendadak dapat merupakan tanda bahaya
komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi. Dalam trimester I berat badan wanita
hamil biasanya belum naik bahkan biasanya menurunkarena kekurangan nafsu makan.
Dalam trimester terakhit terutama karena pertumbuhan janin dan uri berat badan
naik sehingga pada akhir kehamilan berat badan wanita hamil bertambah kurang
lebih 11 kg dibanding sebelum hamil. Pada trimester terakhir berat badan kurang
lebih 0.5 kg seminggu, bila penambahan berat badan tiap minggu lebih dari 0.5
kg harus diperhatikan kemungkinan preeklampsi.
-
Tanda-tanda vital
Dalam keadaan
normal tekanan darah daloam kehamilan trimester terakhir sistolik tidak
melebihi 140 mmHg, dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Bila terdapat tekanan
darah melebihi diatas maka kemungkinan adanya preeklampsi.
-
Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan inspeksi. Pemeriksaan ini meliputi
seluruh bagian kepala dan leher. Jika pada pemeriiksaan mata sklera ikterik dan
konjungtiva anemis maka kemungkinan anemia.
-
Pemeriksaan payudara
Pada wanita
hamil payudara terlihat besar dan tegang serta sedikit nyeri. Hal ini karena
pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
Pemeriksan payudara dengan cara palpasi meliputi bentuk dan ukuran payudara,
putting susu menonjol atau tidak, adanya retraksi, masa dan pembesaran pembuluh
limfe.
-
Pemeriksaan jantung, paru dan organ dalam tubuh lainnya
-
Pemeriksaan abdominal
Pemeriksaan
abdominal dilakukan dengan palpasi. Dari pemeriksaan ini diperoleh mengenai
ukuran dan bentuk uterus.
-
Pemeriksan genetalia
Untuk memeriksa
genetalia biasanya dengan pemeriksaan ginekologi. Pada pemeriksaan ini vulva,
vagina dan porsio diperiksa dan dilihat inspekulo.
-
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui adanya varises dan oedema.
c) Pemeriksaan laboratorium
Test
laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksan ini ditujukan untuk
memeriksa golongan darah, Hb, protein urine, dan glukosa urine. Pemeriksaan
urine pada awal kehamilan bertujuan untuk mengetahui adanya kehamilan. Selain
itu pemeriksaan urin juga bertujuan untuk mengetahui adanya protein urine dan
glukosa urine. Protein dalam urine merupakan hasil kontaminasi dair vagina atau
dari infeksi saluran kencing atau penyakit ginjal. Pada saat hamil jika
dihubungkan dengan hipertensi dan oedem, hal ini akan menjadi tanda serius dari
preeklampsi. Untuk glukosa urin berhubungan dengan diabetes.
2) Pemeriksaan
Penunjang - USG
USG merupakan
suatu media diagnostik dengan menggunakan gelombang ultrasonik untuk
mempelajari struktur jaringan berdasarkan gambaran ecko dari gelombang
ultrasonik. Pemeriksaaan USG saat ini dipandang sebagai metode pemeriksaan yang
aman.
Pemeriksaan USG
pada kehamilan normal usia 5 minggu struktur kantong gestasi intrauterin dapat
dideteksi dimana diameternya sudah mencapai 5-10 mm. Jika dihubungkan dengan
kadar HCG pada saat itu kadarnya sudah mencapai 6000-6500 mlU/ ml. Dari
kenyataan ini bisa juga diartikan bahwa kadar HCG yang lebih dari 6500 mlU/ ml
tidak dijumpai adanya kantong gestasi intrauterin, maka kemungkinan kehamilan
ektopik.
Gambaran USG
kehamilan ektopik sangat bervariasi, tergantung pada usia kehamilan, ada
tidaknya gangguan kehamiulan (ruptura, abortus) serta banyak dan lamanya
perdarahan intra abdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya
bisa ditegakkan jika terlihat kantong gestasi berisi janin hidup yang letaknya
di luar kavum uteri.
Pada kehamilan
7 minggu diameter kantong gestasi telah mencapai 25 mm. Panjang embrio mencapai
10 mm dan menjadi lebih mudah dilihat. Struiuktur kepala sudah dapat dibedakan
dari badan. Selain denyut jantuing mungkin juga dapat dideteksi adanya gerakan
embrio yang dapat dirangsang dengan melakukan perkusi pada dinding perut. Jika
tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti yang telah disebutkkan maka kemungkinan
terjadi miss abortion. Jika dijumpai lebih dari 1 embrioyang menunjukkan
tanda-tanda kehidupan maka kemungkinan kehamilan multipel.
Pada kehamilan
8 minggu kantong gestasi telah berdiameter 30 mm. Struktur embrio dapat dilihat
lebih jelas lagi. Sering kali terlihat kuning telur dalam (yolk salk)
berupa struktur vasikuler berdiameter kira-kira 5 mm yang letaknya diluar
selaput amnion. Jika tidak dijumpai adanya struktur embrio dan kantong kuning
telur maka kemungkinan kehamilan anembrionik.
2.
Deteksi Dini Penyulit Persalinan
Pemanfaatan
Partograf Pada Setiap Persalinan Kala I Aktif
Partograf
merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan
pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk
membuat keputusan klinik selama kala I persalinan.
Kegunaan utama
dari partograf adalah :
a.
Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan
dengan memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam.
b.
Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan
mendeteksi dini persalinan lama.
Partograf
adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Partograf harus
digunakan :
a. Untuk semua ibu
dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan.
Partograf harus digunakan tanpa ataupun adanya penyulit.
b. Selama
persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll)
c. Secara rutin
oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama
persalinan dan kelahiran (spesialis obgin, bidan, dokter umum, residen dan
mahasiswa kedokteran)
Bagian-bagian
dari partograf :
Partograf
berisi ruang untuk pencatatan hasil pemeriksaan yang dilakukan selama kala I
persalinan termasuk :
a. Kemajuan Persalinan
1) Pembukaan
serviks (setiap 4 jam)
2) Penurunan
kepala janin (setiap 4 jam)
3) Kontraksi
uterus (setiap 30 menit)
b. Keadaan Janin
1) DJJ (setiap 30
menit)
2) Warna dan
jumlah air ketuban (setiap PD)
3) Molase tulang
kepala janin (setiap PD)
c. Keadaan Ibu
1) Nadi (setiap 30
menit)
2) Tekanan darah,
suhu (setiap 4 jam)
3) Urin : volume
dan protein (setiap 2-4 jam)
4) Obat-obatan dan
cairan IV
Tabel 1.
Penilaian pada partograf yang menggunakan tanda/simbol
khusus.
Temuan
|
Penilaian
|
Tanda
|
DJJ
|
x/menit
|
|
Ketuban
|
Selaput Utuh
Selaput pecah, air ketuban Jernih
Selaput pecah, air ketuban bercampur Mekoneum
Selaput pecah, air ketuban bercampur Darah
Selaput pecah, dan tidak ada air ketuban (Kering)
|
U
J
M
D
K
|
Molase
|
Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura mudah
dipalpasi.
Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi
masih bisa dipisahkan
Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
|
0
1
2
3
|
Pembukaan serviks
|
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
|
X
|
Penurunan kepala janin
|
0/5 = jika kepala janin tidak teraba dari luar atau
seluruhnya sudah melalui simfisis pubis.
1/5 = jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di
atas simfisis pubis.
2/5 = jika hanya 2 dari 5 jari bagian kepala janin teraba
di atas simfisis pubis. Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam
saluran panggul (bulatnya kepala tidak dapat diraba dan kepala janin tidak
dapat digerakkan).
3/5 = jika hanya 3 dari 5 jari bagian kepala janin teraba
diatas simfisi pubis.
4/5 = jika sebagian besar kepala janin berada di atas
simfisis pubis.
5/5 = jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas
simfisis pubis.
|
O
|
Kontraksi uterus
(dalam 10 menit)
|
Kurang dari 20 detik
Antara 20 – 40 detik
Lebih dari 40 detik
|
|
Nadi
|
|
|
Tekanan darah
|
mmHg
|
ô
|
Tabel 2.
Masalah dan Penyulit pada Kala I persalinan
No
|
Temuan-temuan
Anamnesis dan/atau Pemeriksaan
|
1
|
Perdarahan
pervaginam selain dari lendir bercampur darah (“show”)
|
2
|
Kurang
dari 37 minggu (persalinan kurang bulan)
|
3
|
Ketuban
pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental
|
4
|
Ketuban
pecah bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda-tanda gawat janin
|
5
|
Ketuban
telah pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang
bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
|
6
|
Tanda-tanda
atau gejala-gejala infeksi: temperatur tinggi > 38oC,
menggigil, nyeri abdomen, cairan ketuban yang berbau
|
7
|
Tekanan
darah > 160/100 dan/atau terdapat protein dalam urin
|
8
|
Tinggi
fundus 40 cm atau lebih
|
9
|
DJJ <
100 atau > 180 x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit.
|
10
|
Primipara
dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5
|
11
|
Presentasi
bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll)
|
12
|
Presentasi
ganda/majemuk (adanya bagian janin, seperti lengan atau tangan, bersamaan
dengan presentasi belakang kepala)
|
13
|
Tali
pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)
|
14
|
Tanda
dan gejala syok:
-
Nadi
cepat, lemah (lebih dari 110 x/menit)
-
Tekanan
darahnya rendah (sistolik kurang dari 90 mmhg)
-
Pucat
-
Berkeringat
atau kulit lembab, dingin
-
Napas
cepat (lebih dari 30 x/menit
-
Cemas,
bingung atau tidak sadar
-
Produksi
urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
|
15
|
Tanda
dan gejala persalinan dengan fase laten yang memanjang:
-
Pembukaan
serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam
-
Kontraksi
teratur (lebih dari 2 dalam 10 menit)
|
16
|
Tanda
dan gejala belum inpartu:
-
< 2 x
kontraksi dalam 10 menit, berlangsung kurang dari 20 detik
-
Tidak
ada perubahan serviks dalam waktu 1 sampai 2 jam
|
17
|
Tanda
dan gejala partus lama:
-
Pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada
-
Pembukaan
serviks kurang dari 1 cm per jam
-
< 2 x
kontraksi dalam waktu 10 menit, masing-masing berlangsung kurang dari 40
detik
|
Tabel 3.
Parameter Monitoring Persalinan (Partograf)
Parameter
|
Temuan
abnormal
|
Tekanan darah
|
> 140/90 dengan sedikitnya satu
tanda/gejala pre-eklampsia
|
Temperatur
|
> 38oC
|
Nadi
|
> 100 x/menit
|
DJJ
|
< 100 atau > 180 x/menit
|
Kontraksi
|
< 3 dalam 10 menit, berlangsung
< 40 detik, ketukan di palpasi lemah
|
Serviks
|
Partograf melewati garis waspada
pada fase aktif
|
Cairan amnion
|
Mekonium, darah, bau
|
Urin
|
Volume sedikit dan pekat
|
3. Deteksi
Dini Komplikasi Masa Nifas
a. Pengertian
Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.
b. Tujuan
Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik
maupun psikologis.
2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif,
deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi
serta perawatan bayi sehari-hari
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5) Mendapatkan kesehatan emosi.
c. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi
tiga tahapan, yaitu :
1) Puerperium dini
Suatu masa kepulihan
dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Suatu masa dimana
kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu
selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
d. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional
pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa
nifas, dengan tujuan untuk :
1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2) Melakukan pencegahan terhadap
kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang
terjadi pada masa nifas.
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
e. Asuhan Yang Diberikan Sewaktu Melakukan Kunjungan
Masa Nifas :
1) Asuhan 6-8 jam post partum
a) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia
uteri
b) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan
serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang
cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
f) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi
g) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan,
maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
2) Asuhan 6 hari post partum
a) Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal,
uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak
ada perdarahan abnormal
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan
c) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan
cukup cairan
e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar
serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui
f) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru
lahir sehari-hari, pemberian ASI ekslusif, imunisasi.
3) Asuhan 2 minggu post partum
Asuhan pada 2 minggu post
partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
4) Asuhan 6 minggu post partum
a) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu
selama masa nifas
b) Memberikan konseling KB secara dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar