A. SEJARAH
KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan masyarakat
tidak terlepas dari dua tokoh Yunani yaitu Asclepius & Higeia.
1. Asclepius
(Pendekatan Kuratif)
a. Sasaran
à
individual, kontak dengan pasien sekali saja, jarak antara petugas & pasien
cenderung jauh.
b. Bersifat
reaktif
c. Secara
partial
2. Higeia
(Pendekatan Preventif)
a. Sasaran
à
masyarakat, masalahnya adalah masalah masyarakat dan hubungan antara petugas
dengan masyarakat bersifat kemitraan.
b. Bersifat
proaktif
c. Secara
holistik
B. PERIODE-PERIODE
PERKEMBANGAN KESMAS
1. Periode
sebelum ilmu pengetahuan
a. Telah
ditemukan dokumen-dokumen tertulis tentang pembuangan air limbah, pengaturan
air minum
b. Telah
dibuat sumur, karena air sungai sudah kotor dan terasa tidak enak
c. Abad
ke-7 diindia terjadi endemi kolera
d. Abad
ke-14 terjadi wabah pes diindia dan cina.
2. Periode
ilmu pengetahuan
Bangkitnya ilmu
pengetahuan pada akhir abad ke-18 mempunyai dampak yang luas terhadap aspek
kehidupan manusia. Beberapa pelopor kesehatan modern :
a. Hipocrates
(460-370 SM) dikenal sebagai bapak kedokteran
b. Anthony
van Leeuwenhoek (1632 -1723), penemu mikroskop
c. John
snow (1813 – 1912), Bapak epidemiologi dan menemukan penyakit kolera disebabkan
oleh kuman kolera melalui air
d. Louis
pasteur (1827 – 1912) menemukan vaksin untuk mencegah cacar
e. Joseph
Lister penemu asam karbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruangan operasi
f. William
Marton –> ether anastesi
g. Robert
Koch (1843 – 1910), penemu kuman TBC.
C. PERKEMBANGAN
KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
Abad Ke-16 –
Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera. Dengan
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Tahun 1807 –
Pemerintahan Jendral Daendels, melakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek
persalinan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi, tetapi tidak
berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih.
Tahun 1888 – Berdiri
pusat laboratorium kedokteran di Bandung, kemudian berkembang pada tahun-tahun
berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini
menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan
sanitasi.
Tahun 1925 –
Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangkan daerah
percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di
Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan.
Tahun 1927 – STOVIA
(sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran
dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah
dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga
(dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia
Tahun 1930 –
Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan
Tahun 1935 – Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
Tahun 1935 – Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
Tahun 1951 – Diperkenalkannya
konsep Bandung (Bandung Plan) oleh dr.Y.
Leimena dan dr Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya
bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak
dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan
inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan
kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari
Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun
1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.
Tahun 1952 –
Pelatihan intensif dukun bayi
Tahun 1956 –
Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan/model
pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah
model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.
Tahun 1967 – Seminar
membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan
masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem
Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.
Tahun 1968 – Rapat
Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem
pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah
(Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas
disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam
wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.
Tahun 1969 : Sistem
Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B
(dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1,
dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah
Kabupaten di tiap Propinsi.
Tahun 1979 Tidak
dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang
dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik,
rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti
manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya
Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Tahun 1984 Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi)
Tahun 1984 Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi)
Awal tahun 1990-an
Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran
serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Kesehatan
masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16.
Telah dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat
ditakuti masyarakat pada waktu itu. Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu
tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yaitu
diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung
Plan) tahun 1951 oleh Dr. Y. Leimena & Dr. Patah selanjutnya dikenal
dengan istilah Patah – Leimena. Isinya bahwa pelayanan kesehatan masyarakat,
aspek kuratif dan aspek preventif tidak boleh dipisahkan baik di Rumah Sakit
maupun di Puskesmas. Tahun 1956 oleh Dr. Y. Sulianti didirikan proyek Bekasi
(tepatnya lemah abang) sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi
pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat
pelatihan tenaga kesehatan. Konsep ini merupakan model atau konsep keterpaduan
antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program.
Pada
tahun 1967, diadakan seminar yang merumuskan program kesehatan masyarakat
terpadu. Dibuat konsep Puskesmas oleh dr. Ahmad Dipodilogo yang mengacu pada
konsep Bandung dan Bekasi.
Pada
tahun 1968, dilaksanakan Rakernas yang menetapkan Puskesmas merupakan sistem
pelayanan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah menjadi Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyarakat.
Tahun
1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan dengan berkembangnya program paket
terpadu kesehatan dan keluarga berencana (Posyandu).
D. DEFENISI
KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan masyarakat
menurut Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui “Usaha-usaha
Pengorganisasian Masyarakat” untuk :
1. Perbaikan
sanitasi lingkungan
2. Pemberantasan
penyakit-penyakit menular
3. Pendidikan
untuk kebersihan perorangan
4. Pengorganisasian
pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
5. Pengembangan
rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang
layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan
Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat.
E. RUANG
LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT
Disiplin ilmu yang
mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup :
1. Ilmu
biologi
2. Ilmu
kedokteran
3. Ilmu
kimia
4. Fisika
5. Ilmu
Lingkungan
6. Sosiologi
7. Antropologi
(ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat)
8. Psikologi
9. Ilmu
pendidikan
Oleh karena itu ilmu
kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain sbb :
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain sbb :
1. Epidemiologi.
2. Biostatistik/Statistik
Kesehatan.
3. Kesehatan
Lingkungan.
4. Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
5. Administrasi
Kesehatan Masyarakat.
6. Gizi
Masyarakat.
7. Kesehatan
Kerja.
F. FAKTOR
– FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
Menurut Hendrick L.
Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu:
faktor
1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Keturunan
4. Pelayanan
Kesehatan.
Dari ke 4 faktor di
atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor
lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat
berkaitan dan saling mempengaruhi.
Perilaku sehat akan
menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya
penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat
dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit
jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain lain.
Perilaku / kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita
dari penyakit saluran cerna seperti mencret-mencret dan lainnya.
Saat ini pemerintah
telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan
kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring
lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit rumah
sakit baru di setiap kabupaten / kota.
Upaya meningkatkan
akses ke fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat secara langsung juga
dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) bagi
masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi dengan program
pemerintah lainnya seperti Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib Belajar
dan lain lain.
Untuk menjamin agar
fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang efektif bagi
masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk pelayanan di
rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan akreditasi rumah
sakit.
Ke 4 faktor yang
Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat di atas tidak berdiri sendiri
sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus
dilaksanakan secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang
dilaksanakan harus bersifat komprehensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan
harus mencakup upaya preventif / promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dengan berbagai
upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat regulasi, dan
pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan untuk meningkatkan Derajat Kesehatan
Masyarakat
G. TANTANGAN
KESEHATAN MASYARAKAT
1.
Tugas kesehatan masyarakat lebih sulit dibandingkan
kedokteran karena obyek dari kesehatan masyarakat lebih luas
2.
Sangat luasnya aspek sehat karena banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan
3.
Menangani orang sehat yang jumlahnya sangat besar
dibuktikan dengan hasil data 80% (untuk negara berkembang) dan 85% (untuk
negara maju)
4.
Usaha keras untuk menyadarkan masyarakat agar mereka mampu
& mau untuk menjaga kesehatan karena menjaga kesehatan lebih sulit
dari pada mengobati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar