PENDAHULUAN
Selama pemeriksaan antenatal, bidan
akan membantu pasien jika ia mengalami tanda-tanda bahaya dan akan
mendeteksinya. Hal ini, penting bagi bidan untuk memeriksa tanda-tanda bahaya
yang mungkin akan dialami ibu dan janin.
Dalam melakukan asuhan kehamilan,
terdapat Pelayanan standar minimal yang diperoleh untuk ibu hamil yang harus
mencakup “ 14 T ”
-
Timbang berat badan
-
Ukur Tekanan darah
-
Ukur Tinggi Fundus Uteri
-
Pemberian imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) lengkap
-
Pemberian Tablet zat besi,
minimal 90 tablet selama kehamilan (fe 60 mg, asam folat 500 ug).
-
Tes terhadap penyakit menular
seksual
-
Temu wicara dalam rangka
persiapan rujukan.
-
Nilai Status Gizi (Lila)
-
Tentukan presentasi & djj
-
Tes lab
-
Tata lakana kasus
-
P’berian terapi yodium u/endemis
-
P’berian terapi anti malaria u/
endemis
-
Pemeliharaan tk. Kebugaran
-
A.
DETEKSI DINI KOMPLIKASI IBU DAN JANIN
Tanda bahaya kehamilan adalah suatu kehamilan yang memiliki suatu tanda
bahaya atau risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya),
akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan
(Tiran, 2007)
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah tanda-tanda yang terjadi pada seorang
Ibu hamil yang merupakan suatu pertanda telah terjadinya suatu masalah yang
serius pada Ibu atau janin yang dikandungnya, tanda-tanda bahaya ini dapat
terjadi pada awal kehamilan. Sedangkan menurut Uswhaya (2009), Tanda-tanda
bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam
keadaan bahaya, meliputi :
1.
Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Masa
Kehamilan Trimester I
Trimester I adalah usia kehamilan 1- 3 bulan atau kehamilan berusia 0 - 12
minggu ,salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis
adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit
yang mungkin terjadi selama hamil muda. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I
meliputi:
a.
Perdarahan
pervaginam / Perdarahan dari jalan lahir
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Perdarahan
pervaginam dalam kehamilan adalah cukup normal. Pada masa awal kehamilan, ibu
akan mengalami perdarahan yang sedikit (spotting)
di sekitar waktu terlambat haidnya.
Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan normal, perdarahan kecil
dalam kehamilan adalah pertanda dari “Friabel
cervik”.
Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya
infeksi. Jika terjadi perdarahan yang lebih (tidak normal) yang menimbulkan
rasa sakit pada ibu.Perdarahan ini bisa berarti aborsi, kehamilan molar atau
kehamilan ektopik.
Macam macam perdarahan pervaginam
1)
Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan
berat janin kurang dari 500 gram. Tanda-tandanya : perdarahan dengan nyeri
abdomen, rasa mulas atau rasa nyeri. Terkadang disertai syok
2)
Kehamilan
ektopik
Kehamilan di mana implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium atau di luar rahim. Tanda-tandanya : perdarahan berwarna coklat tua
dan umumnya sedikit, nyeri perut, uterus terasa lembek.
3)
Molahydatidosa
(Hamil Anggur)
Kehamilan abnormal di mana hampir seluruh vili korialisnya mengalami
perubahan hidrofik.Tanda-tandanya :perdarahan berulang, nyeri
perut, tidak teraba bagian janin, tidak terdengar DJJ janin
b.
Mual Muntah
Berlebihan
1)
Pengertian
Mual (nausea) dan muntah (emesis
gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan
trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap
saat dan malam hari.
Gejala - gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan
40-60 % multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala gejala ini menjadi
lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum
jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang
berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun
demikian gejala mual muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.
Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan
inilah disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis
menentukan berat ringanya penyakit. (Sarwono, 2005).
2)
Penanganan Umum
Mual muntah dapat diatasi dengan:
a)
Makan sedikit
tapi sering
b)
Hindari makanan
yang sulit dicerna dan berlemak
c)
Jaga masukan cairan,
karena cairan lebih mudah ditolelir dari pada makanan padat
d)
Selingi makanan
berkuah dengan makanan kering. Makan hanya makanan kering pada satu waktu
makan, kemudian makanan berkuah pada waktu berikutnya
e)
Hindari hal hal
yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi
f)
Istirahat cukup
g)
Hindari hal-hal
yang membuat Anda berkeringat atau kepanasan, yang dapat memicu rasa mual
(Curtis, 2000)
3)
Komplikasi
Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainnya
adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah
ketika penderita muntah. (Rochjati, 2002)
c.
Sakit Kepala
Yang Hebat
1)
Pengertian
Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan
yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius
dalam kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan
bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Hal ini merupakan gejala
dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal,
stroke, koagulopati dan kematian. (Uswhaya, 2009)
Sakit kepala sering dirasakan pada awal kehamilan dan umumnya disebabkan
oleh peregangan pembuluh darah diotak akibat hormon kehamilan, khususnya hormon
progesteron. Jika ibu hamil merasa lelah, pusing atau tertekan atau pandangan
mata bermasalah, sakit kepala akan lebih sering terjadi atau makin parah, jika
sebelumnya menderita migrain kondisi ini dapat semakin bermasalah selama 3
sampai 4 bulan pertama kehamilan.
2)
Penanganan Umum
a)
Jika ibu tidak
sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan
fasilitas tindakan gawat daruratan.
b)
Segera lakukan
observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, dan
pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien
dan keluarganya. (Saifuddin, 2002)
3)
Komplikasi
Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan gejala pre-eklampsia, suatu
penyakit yang terjadi hanya pada wanita hamil, dan jika tidak diatasi dapat
menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.(Irma, 2002)
d.
Nyeri Perut
yang Hebat
1)
Pengertian
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala
utama pada kehamilan ektopik atau abortus (Saifuddin, 2002). Nyeri abdomen yang
tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen
yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat,
menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti
apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan
preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta,
infeksi saluran kemih atau infeksi lain.
2)
Penanganan umum
a)
Lakukan segera
pemeriksaan umum meliputi tanda vital (nadi, tensi, respirasi, suhu)
b)
Jika dicurigai
syok, mulai pengobatan sekalipun gejala syok tidak jelas, waspada dan evaluasi
ketat karena keadaan dapat memburuk dengan cepat.
c)
Jika ada syok
segera terapi dengan baik (Saifuddin, 2002)
3)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat antara lain:
kehamilan ektopik, pre-eklampsia, persalinan premature, solusio plasenta, abortus,
ruptur uteri imminens (Irma, 2008)
e.
Selaput Kelopak
Mata Pucat/ Anemia
1)
Pengertian
Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak wanita hamil.
Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel sel ini tidak
memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi. Anemia sering
terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat kira kira 50% selama
kehamilan.
Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih
cepat dari pada sel- selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit
(volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam darah). Penurunan ini dapat
mengakibatkan anemia.
2)
Penanganan
Anemia dapat ditangani dengan minum tablet zat besi dan istirahat cukup.
(Curtis, 2000)
3)
Komplikasi
Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin
sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester I yaitu anemia dapat menyebabkan
terjadinya missed abortion, kelainan kongenital, abortus/keguguran (Ayurai,
2009).
4)
Pengaruh anemia
terhadap kehamilan.
a)
Bahaya selama
kehamilan
-
Dapat terjadi
abortus
-
Persalinan
prematuritas
-
Hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim
-
Mudah terjadi
infeksiaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
-
Mola hidatidosa
-
Hiperemesis
gravidarum
-
Perdarahan
antepertum
-
Ketuban Pecah
Dini (KPD)
b)
Bahaya saat
persalinan
-
Gangguan his,
kekuatan mengejan
-
Kala pertama
dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlanta
-
Kala ke dua
berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan.
-
Kala uri
diikuti retensio plasenta, dan perdarahan pospartum karena atonia uteri.
-
Kala empat
dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri
c)
Pada kala nifas
-
Terjadi
subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
-
Memudahkan
infeksi puerperium
-
Pengeluaran ASI
berkurang
-
Terjadi
dekompensasi koris mendadak setelah persalinan
-
Anemia kala
nipas
-
Mudah terjadi
infeksi mamae
d)
Bahaya terhadap
janin
-
Abortus
-
Terjadi
kematian intrauteri
-
Persalinan
prematuritas tinggi
-
Berat badan
lahir rendah
-
Kelahiran
dengan anemia
-
Dapat terjadi
cacat bawaan
-
Bayi mudah
mendapat infeksi sampai kematian perinatal
-
Intligensia
f.
Demam Tinggi
Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam kehamilan
merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi
dalam kehamilan.
1)
Penanganan Umum
Demam tinggi dapat ditangani dengan: istirahat baring, minum banyak,
kompres untuk menurunkan suhu. (Saiffudin, 2002)
2)
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara lain:
sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi saluran kemih
atas). (Saifuddin, 2002)
2.
Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Pada
Masa Kehamilan Trimester II
Trimester II adalah usia kehamilan
4-6 bulan atau kehamilan berusia 13-28 minggu. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester
II meliputi:
a.
Bengkak Pada
Wajah, Kaki dan Tangan
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam
jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering
ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan
diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau
meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak
dan cenderung meluas.
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang
setelah beristirahat atau meletakkan kaki lebih tinggi. Bengkak bisa
menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan tidak hilang
setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa
merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre eklamsia.Sistem kerja ginjal
yang tidak optimal pada wanita hamil mempengaruhi system kerja tubuh sehingga
menghasilkan kelebihan cairan. Ini dapat terlihat setelah kelahiran, ketika
pergelangan kaki yang bengkak secara temporer semakin parah. Ini dikarenakan
jaringan tambahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
selama dalam kandungan tidak lagi dibutuhkan dan akan dibuang setelah
sebelumnya diproses oleh ginjal menjadi urin. Oleh karena ginjal belum mampu
bekerja secara optimal, kelebihan cairan yang menempuk dihasilkan disekitar
pembuluh darah hingga ginjal mampu memprosesnya lebih lanjut.
Terkadang bengkak membuat kulit di kaki di bagian bawah
meregang, terlihat mengkilat, tegang dan sangat tidak nyaman.Kram kaki sering
terjadi di malam hari ketika tidur. Kram dihubungankan dengan kadar garam dalam
tubuh dan perubahan sirkulasi. Pengobatan cina menganggap kram ada hubungannya
dengan kekurangan energi pada darah dan ginjal.
1)
Penanganan Umum
a)
Istirahat cukup
b)
Mengatur diet,
yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan mengurangi
makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak
c)
Kalau keadaan
memburuk namun memungkinkan dokter akan mempertimbangkan untuk segera
melahirkan bayi demi keselamatan ibu dan bayi (Hendrayani, 2009).
2)
Komplikasi
Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan
dengan tanda tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka,
tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada
pemeriksaan urin dan laboratorium (Rochjati, 2003).
b.
Keluar Air
Ketuban Sebelum Waktunya
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu,
ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm
sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
1)
Penanganan Umum
a)
Konfirmasi usia
kehamilan, kalau ada dengan USG
b)
Dilakukan
pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna,bau) dan membedakan dengan urin.
c)
Jika ibu
mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan,
pemeriksaan dalam secara digital.
d)
Mengobservasi
tidak ada infeksi
e)
Mengobservasi
tanda tanda inpartu (Saifuddin, 2002)
2)
Komplikasi
a)
Perdarahan
pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
b)
Tanda tanda
infeksi (demam, cairan vagina berbau)
c)
Jika terdapat
his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm (Saifuddin, 2002)
c.
Perdarahan
hebat
Perdarahan Masif atau hebat pada kehamilan muda.
d.
Pusing Yang
hebat
e.
Gerakan bayi
berkurang
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa
ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya
akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.
Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika
ibu makan dan minum dengan baik. Apabila ibu tidak merasakan gerakan bayi
seperti biasa, hal ini merupakan suatu risiko tanda bahaya. Bayi kurang
bergerak seperti biasa dapat dikarenakan oleh aktivitas ibu yang terlalu
berlebihan, keadaan psikologis ibu maupun kecelakaan sehingga aktivitas bayi di
dalam rahim tidak seperti biasanya.
3.
Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Pada
Masa Kehamilan Trimester III
Trimester III adalah usia kehamilan 7-9 bulan atau kehamilan berusia 29-42
minggu. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II meliputi:
a.
Penglihatan
Kabur Penglihatan menjadi kabur atau berbayang
Dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga
terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi
sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala,
kejang), dan gangguan penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur,
dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan
yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan
kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia
merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah
pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme
pembuluh darah). (Uswhaaja, 2009)
1)
Penanganan Umum
a)
Jika tidak
sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan
menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b)
Segera
dilakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda tanda vital sambil
menanyakan riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau
keluarganya.(Saifuddin, 2002)
2)
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan antala lain:
a)
Kejang
b)
Eklamsia
b.
Gerakan Janin
Berkurang
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 29 minggu atau selama
persalinan.
1)
Penanganan Umum
a)
Memberikan
dukungan emosional pada ibu
b)
Menilai denyut
jantung janin (DJJ):
c)
Bila ibu
mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang
d)
Bila DJJ tidak
terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan stetoskop Doppler.
(Saifuddin, 2002)
2)
Komplikasi
Komplikasi yang timbul adalah IUFD dan fetal distress.
c.
Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya
gejala gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin
berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang
dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia.
1)
Penanganan
a)
Baringkan pada
sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi secret, muntahan, atau darah
b)
Bebaskan jalan nafas
c)
Hindari
jatuhnya pasien dari tempat tidur
d)
Lakukan
pengawasan ketat (Saifuddin, 2002)
2)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi,
proteinuria (Saifuddin, 2002)
d.
Demam Tinggi
e.
Bengkak pada
wajah, kaki dan tanggan
B.
DETEKSI DINI
PERSALINAN, KOMPLIKASI DAN PENYULIT MASA PERSALINAN
1. Deteksi Dini Pada Kala I
a.
Insersia Uteri
Tanda dan gejala:
1)
His tidak adekuat
2)
< 2 kali dalam 10 menit
3)
< 20 detik
Manajemen:
1)
Memberikan nutrisi cukup pada ibu
2)
Mobilisasi/ubah posisi
3)
Upayakan kandung kemih kosong/rectum kosong
4)
Rangsang putting susu
b.
Denyut jantung janin
Tanda dan gejala:
1)
< 120 kali dalam 1 menit
2)
> 160 kali dalam 1 menit
Manajemen:
1)
Beri oksigen
2)
Baringkan ibu miring ke kiri
3)
Pantau DJJ tiap 15 menit
4)
Bila dalam 1 jam tidak normal, rujuk
c.
Dilatasi serviks
Tanda dan gejala:
1)
Fase laten > 8 jam
2)
Dilatasi serviksdi kanan garis waspada dalam partograf
Manajemen: Rujuk
d.
Cairan ketuban
Tanda dan gejala:
1)
Bercampur mekonium
2)
Air ketuban hijau kental
Manajemen : Rujuk dengan ibu
miring kiri
e.
Tekanan darah
Tanda dan gejala:
1)
Bila TD naik hingga >160/110 mmHg
2)
Pusing hebat
3)
Mata berkunang-kunang
4)
Kejang
Manajemen:
1)
Infuse cairan RL
2)
Rujuk
f.
Ring bandle
Tanda dan gejala:
1)
Nyeri hebat pada bagian perut bagian bawah
2)
Kontraksi hipotinik
3)
Muncul tanda-tanda pre-syok
4)
Fetal distress
Manajemen :
1)
Infuse cairan RL
2)
Rujuk
g.
Suhu
Tanda dan gejala : Suhu > 38°C
Manajemen:
1)
Istirahat baring
2)
Minum yang banyak
3)
Kompres untuk menurunkan suhu
4)
Bila dalam 4 jam suhu tidak turun, beri antibiotic dan
rujuk
h.
Nadi
Tanda dan gejala:
1)
>100 x/menit
2)
Urine pekat
3)
Suhu > 38°C
Manajemen:
1)
Beri minum banyak/cukup
2)
Pantau 2 jam
3)
Bila tidak ada perbaikan beri antibiotic, pasang infus RL
4)
Rujuk
2. Deteksi Dini Pada Kala II
a.
Tali pusat membumbung
Tanda dan gejala : Teraba tali pusat saat pemeriksaan dalam
Manajemen :
1)
Bila DJJ ( + ), rujuk dengan posisi terlentang dan kepala
janin ditahan oleh 2 jari penolong dari dalam vagina
2)
Ibu dengan posisi sujud bokong lebih tinggi dari kepala
3)
Bila DJJ( - ), beritahu ibu/keluarga tentang kondisinya
dan penatalaksanaannya sesuai kala II
b.
Perubahan DJJ
Tanda dan gejala:
1)
Takikardi ( >160 dalam 10 menit)
2)
Bradikardi ( < 100 dalam 10 menit)
Manajemen:
1)
Pantau DJJ tiap 15 menit
2)
Beri
3)
Ubah posisi ibu dengan miring ke kiri
4)
Periksa adanya prolapsus tali pusat
5)
Pastikan lamanya persalinan yang diharapkan
6)
Bila tidak ada perubahan, segera rujuk
c.
Kelelahan maternal
Tanda dan gejala:
1)
Ibu tampak lemas
2)
Dehidrasi
3)
Suhu dana nadi meningkat
Manajemen:
1)
Pencegahan adalah cara yang terbaik
2)
Koreksi ketidak seimbangan cairan elektrolit
3)
Rujuk bila keadaan menurun
3. Deteksi Dini Pada Kala III
a.
Tidak adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
b.
Plasenta tidak lepas dalam 15 menit setelah bayi lahir
dan diberi oksitosin
c.
Uterus tidak berkontraksi
d.
Perdarahan yang abnormal
C.
DETEKSI DINI
KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS
1.
Jadwal
Kunjungan Di Rumah
Ibu nifas
sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skirining
yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, serta memberikan pelayanan
keluarga berencana.
Namun
dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya
ibu mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan
nifas kecuali bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan
pertolongan persalinan datang melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari
faktor lingkungan dan keluarga juga berpengaruh dimana biasanya ibu setelah
melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian sendiri tanpa ada yang menemani
sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan anggota
keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas.
Asuhan
post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.
Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat
berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan yang
dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu
dan bayi di rumah pada pelaksanaannya bisa cukup umur, sehingga bidan akan
memberi banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis
untuk meningkatkan suatu pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.
a.
Perencanaan Kunjungan Rumah
1)
Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari
24-48 jam setelah kepulangan klien ke rumah
2)
Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai
kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama
anggota keluarga.
3)
Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
b.
Keamanan Merupakan Hal Yang
Harus Dipikirkan Oleh Bidan
Tindakan kewaspadaan ini dapat
meliputi:
1)
Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah
klien
2)
Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat
perhatikan keadaan disekitar lingkungan rumah klien
3)
Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk
kunjungan
4)
Beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan
selesai (Ambar, 2009).
Kesehatan
ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena
seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu
sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat.
Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia.
Jadwal
kunjungan rumah paling sedikit dilakukan 4 x, yaitu diantaranya :
a.
Kunjungan 1 (6-8 jam setelah
persalinan)
Kunjungan
pertama dilakukan 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu melahirkan
dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin
keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra
dari bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal
pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan
kunjungan tersebut ialah :
1)
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2)
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
3)
Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk
memberikan ASI secara ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting
dan perawatan puting
4)
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
5)
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
jika perdarahan berlanjut
6)
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
7)
Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah
yang semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi
cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik
8)
Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri
penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus
9)
Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu
10)
Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara
ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan
11) Bidan
memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan
rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani, 2009)
b.
Kunjungan 2 (6 hari setelah
persalinan)
Kunjungan
kedua dilakukan setelah enam hari pasca salin dimana ibu sudah bisa melakukan
aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala.
Tujuan dari dilakukannya
kunjungan yang kedua yaitu :
1)
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
2)
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
3)
Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari
.
4)
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
5)
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat
6)
Diet : makanan seimbang, banyak mengandung protein, serat
dan air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah konstipasi kebutuhan kalori
untuk laktasi, zat besi, vitamin A.
7)
Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu
dan perineum.
8)
Senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada
kondisi ibu.
9)
Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.
10)
Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues.
11)
Keluarga berencana melanjutkan hubungan seksual setelah
selesai masa nifas.
c.
Kunjungan 3 ( 2-4 minggu
setelah persalinan)
Kunjungan
ke tiga dilakukan setelah 2 minggu pasca dimana untuk teknis pemeriksaannya
sama persis dengan pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. Untuk lebih jelasnya
tujuan daripada kunjungan yang ketiga yaitu :
1)
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
2)
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat
3)
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
4)
Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari
.
5)
Gizi : zat besi/ folat, makanan yang bergizi
6)
Menentukan dan menyediakan metode dan alat KB
7)
Senam : rencana senam lebih kuat dan menyeluruh setelah
otot abdomen kembali normal
8)
Keterampilan membesarkan dan membina anak
9)
Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu
10)
Rencana untuk chek-up bayi serta imunisasi
d.
Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah
persalinan)
Untuk
kunjungan yang ke empat lebih difokuskan pada penyulit dan juga keadaan
laktasinya. Lebih jelasnya tujuan dari kunjungan ke empat yaitu :
1)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau ibu hadapi
2)
Tali pusat harus tetap kencang
3)
Perhatikan kondisi umum bayi
4)
Memberikan konseling mengenai imunisasi, senam nifas
serta KB secara dini
Tindakan yang baik untuk asuhan
masa nifas normal pada ibu di rumah yaitu:
1)
Kebersihan Diri
a)
Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b)
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah di
sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Beri nasehat pada ibu untuk membersihkan diri setiap kali
selesai buang air kecil atau besar.
c)
Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d)
Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e)
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2)
Istirahat
a)
Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan.
b)
Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah
tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat
selagi bayi tidur.
c)
Menjelaskan kepada ibu bahwa kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam berbagai hal sperti;
-
Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
-
Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
-
Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri
3)
Latihan
a)
Mendiskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut
dan panggul kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
b)
Menjelaskan bahwa latihan-latihan tertentu beberapa menit
setiap hari dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dan
panggul kembali normal, seperti:
-
Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu
hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
-
Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai
dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali
hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
-
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap
gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu
ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
4)
Gizi
Pendidikan untuk Ibu menyusui harus:
a)
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b)
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup.
c)
Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui)
d)
Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e)
Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
5)
Perawatan Payudara
Perawatan payudara untuk ibu postpartum dirumah yaitu :
a)
Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
b)
Mengenakan BH yang menyokong payudara.
c)
Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI
yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d)
Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24
jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e)
Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
-
Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hanagat selama 5 menit.
-
Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau
gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
-
Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara
sehingga putting susu menjadi lunak.
-
Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat
menghisap seluruh ASI keluakan dengan tangan.
-
Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
-
Payudara dikeringkan.
6)
Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja
ibu siap. Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7)
Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan
dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas
kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada
mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak
menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama
menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid
pertamakembali. Untuk mencegah terjadinya kehamilan baru.
Resiko cara ini adalah 2% kehamilan. Meskipun beberapa metode KB mengandung
resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah
haid lagi. Sebelum menggunakan metode KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan
dahulu kepada ibu:
a)
Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektifitasnya
b)
Kelebihan/ keuntungan
c)
Kekurangannya
d)
Efek samping
e)
Bagaimana menggunakan metode ini.
f)
Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca
salin yang menyusui Jika seorang ibu telah memiliki metode KB tertentu, ada
baiknya untuk bertemu dengannya lagi.
DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS
PENDAHULUAN
|
Asuhan
kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab dalam memberikan pelayanan kebidanan pada pasien yang mempunyai kebutuhan
atau masalah dalam bidang kesehatan, ibu
pada masa hamil, nifas dan bayi baru
lahir serta keluarga berencana. Pada periode masa nifas bidan dituntut
untuk memberikan asuhan kebidanan terhadap perubahan fisik dan psikologis ibu, dimana asuhan fisik lebih mudah diberikan
karena dapat dilihat dan dinilai secara langsung, apabia terjadi ketidaknormalan bidan langsung
bisa mendeteksi dan memberikan intervensi, sedangkan pemberian asuhan terhadap emosi dan
psikologi ibu membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang lebih dari bidan. Untuk
mencapai hasil yang optimal dibutuhkan kerjasama yang baik antara bidan dan
keluarga.
ISI
|
1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi
500ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa masalah mengenai definisi
ini:
a. Perkiraan kehilangan darah biasanya
tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang
hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion
atau dengan urine, darah juga tersebar
pada spon, handuk dan kain di dalam
ember dan lantai.
b. Volume darah yang hilang juga
bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan
kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang
akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun
dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
c. Perdarahan dapat terjadi dengan
lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali
sampai terjadi syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal
tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin
karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat
atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk
mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
Beberapa bakteri dapat menyebabkan
infeksi setelah persalinan, Infeksi masa
nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan
komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu
penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa
Uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri
pada payudara atau adanya disuria.
3.
Sakit Kepala,
Nyeri Epigastrik, Penglihatan
Kabur
Gejala-gejala ini merupakan
tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum, bila disertai dengan tekanan darah yang
tinggi.
4.
Pembengkakan di Wajah atau Ekstrenitas.
Ini berhubungan dengan no 3.
5.
Demam,
Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih
Pada masa nifas dini sensitifitas
kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat
trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan
kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh epiosomi yang lebar, laserasi, hematom dinding vagina.
6.
Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas,
dan Terasa Sakit.
Disebabkan oleh payudara yang tidak
disusu secara adekuat, putting susu yang
lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat, anemia.
7.
Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama
Kelelahan yang amat berat setelah
persalinan dapat mengganggu nafsu makan, sehingga ibu tidak ingin makan sampai
kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat, susu,
kopi atau teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah
makanan yang sifatnya ringan, karena alat pencernaan perlu istirahat guna
memulihkan keadaanya kembali.
8.
Rasa sakit, merah,
lunak dan pembengkakan di kaki
Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada
vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi.
9.
Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya
dan dirinya sendiri
Penyebabnya adalah kekecewaan emosional bercampur rasa
takut yang dialami kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas, kelelahan
akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya untuk merawat
bayinya setelah meninggalkan rumah sakit,
ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi
PENUTUP
|
Kesimpulan
Peranan
bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan asuan yang konsisten,
ramah dan memberikan dukungan pada
setiap ibu dalam proses penyembuhannya dari stress fisik akibat persalinan dan
meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya. Dalam proses
penyesuaian ini, dituntut kontribusi
bidan dalam melaksanakan kompetensi, keterampilan dan sensitivitas terhadap
ebutuhan dan harapan setiap ibu dan keluarga. Bidan harus dapat merencanakan
asuhan yang akan diberikan pada ibu sesuai dengan kebutuhan ibu tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar