1. Latar Belakang
Hamil merupakan proses yang tidak
dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita. Kehamilan merupakan kejadian
alamiah yang terjadi akibat bertemunya sel ovum dan sperma sehingga terjadi
pembuahan. Adanya makhluk asing/ janin di dalam rahim wanita mengakibatkan
rahim dan tubuh tersebut menyesuaikan diri dengan keadaan yang dibutuhkan
janin. Selain terjadi perubahan fisik, bentuk organ tubuh dan fungsi organ
tubuh, juga terjadi perubahan psikologis pada wanita. Begitu juga saat setelah
proses persalinan, keadaan dimana bayi tersebut telah lahir. Bermacam-macam
respon yang dimunculkan oleh ibu.
Pada umumnya kehamilan merupakan
suatu proses yang sangat didamba-dambakan bagi pasangan suami istri. Namun bagi
ibu yang tidak menginginkan kehamilannya, kehamilan menjadi beban tersendiri
bahkan hingga kearah ingin mengakhiri kehamilannya.. Wanita yang tidak dapat
mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi
tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan
jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Jika telah
sampai di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan khusus.
Kehamilan seharusnya menjadi masa
yang paling bahagia bagi seorang wanita, tetapi ada sebagian wanita yang malah
menganggap kehamilan sebagai masa kebingungan, sengsara, sedih, stres dan
depresi. Sekitar 10 – 20% wanita berusaha untuk melawan gejala depresi dan
seperempat sampai setengahnya terkena depresi yang berat. Pada suatu studi
terhadap 360 ibu hamil, maka 10% dari mereka mengalami depresi saat kehamilan
dan hanya 6,8% yang mengalami depresi pasca kehamilan.
Wanita hamil mengalami perubahan
jiwa dalam kehamilan, yang biasanya tidak seberapa berat dan kemudian hilang
dengan sendirinya. Adakalanya diperlukan perhatian khusus atau pengobatan. Jika
terjadi penyakit jiwa (psikosis) dalam kehamilan. Ini tidak mengherankan karena
ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikoneurosis. Penderita sembuh setelah
anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikutnya biasanya penyakitnya
timbul lagi. Eklamsia dan infeksi dapat pula disertai atau disusul oleh
psikoneurosis. Selain itu psikoneurosis dapat menjadi lebih berat dalam
kehamilan.
Peran tenaga kesehatan disini
sangatlah penting untuk memotivasi dan memberikan pengobatan karena kehamilan
merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga mencoba mengakhiri
kehamilan termasuk dalam tindakan pembunuhan.
Masalah kehamilan merupakan episode
dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari
seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap
bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian
lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya.
Perubahan kondisi fisik dan
emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup
dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi,
kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam
kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis,
mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Dukungan psikologik dan perhatian
akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan,
pengorbanan, kasih sayang dan empati). Pada wanita hamil dan dari aspek teknis
dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyeleraian persalinan
normal, akselerasi, kendali nyeri dan asuhan neonatal.
Tiga faktor utama dalam persalinan
yaitu faktor Passage, Passenger dan Power, serta faktor lainnya yaitu faktor
psikis dan penolong. Dalam faktor psikis, seseorang wanita memerlukan kematangan
fisik, emosional, psikoseksual serta psikososial sebelum menikah dan hamil.
Perasaan cemas, takut dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang dalam
menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas. Reas (1946) mencoba merangkum
keadaan ini sebagai berikut :
a.
Apakah suatu persalinan lancar karena si ibu tenang,
ataukah si ibu tenang karena persalinan lancar.
b.
Apakah seorang wanita merasa nyeri dan ketakutan
karena persalinan yang sulit, ataukah persalinan yang sulit karena ia cemas,
nyeri dan takut.
c.
Kesimpulan : “Ketakutan merupakan faktor utama yang
menyebabkan seseorang sakit atau nyeri dalam persalinan, dan ketakutan
berpengaruh tidak baik terhadap his dan lancarnya pembukaan serviks.
Dalam faktor penolong (dokter, bidan, dan paramedis lainnya) yaitu adanya
kerja sama, pengertian dan kepercayaan antara penolong dengan wanita yang akan
bersalin perlu dibina dengan baik. Ayah pun harus berperan aktif dalam membantu
penyembuhan orang-orang terdekat ini. Di sini, peran suami terhadap ibu yang
sedang mengandung dan setelah melahirkan juga amat besar. Ibu hamil harus
mendapatkan dukungan yang sebesar-besarnya dari suami. Dukungan suami ini bisa
ditunjukkan dengan berbagai cara, seperti memberi ketenangan kepada istri,
membantu sebagian pekerjaan istri atau sekadar memberi pijatan ringan bila
istri merasa pegal.
Diharapkan, dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa
kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari depresi yang dapat berakibat
sama terhadap anak yang di kandungnya. Pada saat bayi yang ditunggu sudah
lahir, peran suami yang sekarang menjadi seorang ayah tentu diharapkan menjadi
semakin aktif. Ayah dan ibu harus berbagi tugas dalam mengasuh dan merawat si
kecil. Jangan sampai semua perawatan bayi diserahkan ke ibu. Ini bisa membuat ibu
depresi karena fisiknya belum pulih setelah melahirkan, ditambah kelelahan baru
dalam merawat si buah hati.
2. Kehamilan dengan Penyakit Gangguan Jiwa
a. Depresi
1) Pengertian Depresi
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung
dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan
dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala
psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas,
tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Depresi adalah keadaan
patah hati atau putus asa yang merasa tidak berdaya,tidak bersemangat, tidak
ada gairah hidup yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulasi
tertentu, pengurangan aktifitas fisik ataupun mental dan kesukaran dalam
berkarir serta menganalisa.
Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama seperti halnya pada depresi yang terjadi pada orang
awam secara umum, dimana pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi
pada otak. Dalam hal ini perubahan hormonal pada saat kehamilan
akan mempengaruhi kimiawi otak itu sendiri, yang nantinya akan sangat
berhubungan erat dengan kejadian depresi dan kecemasan selama kehamilan. Depresi
biasanya muncul pada 1 dari 4 wanita yang sedang hamil dan hal ini bukan
sesuatu yang istimewa. Pada sebagian dari mereka yang mempunyai riwayat
depresi, hal ini dapat muncul kembali akibat dipicu oleh kesulitan hidup yang
melanda selama kehamilan dan nantinya akan menyebabkan timbulnya gejala depresi
selama kehamilan. Penyakit ini sering tidak disadari karena mereka menganggap
kejadian ini merupakan hal yang lumrah, padahal jika tidak ditangani dengan
baik dapat mempengaruhi bayi yang dikandungnya.
Tiffani Field PhD dari Universitas of
Miami Medical School mengungkapkan, adanya pengaruh antara ibu yang depresi
dan anak yang dilahirkannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 20
tahun, dia menemukan bahwa ibu yang mengalami depresi berat akibat perubahan
mood atau perubahan fisik selama kehamilan, akan melahirkan anak yang memiliki
kadar hormon stres tinggi. Selain itu, aktivitas otak yang peka terhadap
depresi dan perubahan suasana hati, menunjukkan sedikit ekspresi dan mengalami
gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur.
Kepercayaan wanita terhadap dokter atau bidan yang mendampinginya selama
persalinan, merupakan faktor yang sangat penting bagi kelancaran persalinan dan
dapat mengurangi komplikasi. Penggunaan analgetik dan anastesi diperbolehkan
jika ada indikasi tertentu. Kehadiran dokter sering lebih berharga dari pada
analgetik (Speck, 1954).
2) Penyebab Depresi
Penyebab depresi biasanya dikarenakan adanya perubahan
hormon pada ibu hamil secara keseluruhan sehingga sering merasa kesal, jenuh
atau sedih. Selain itu, keadaan fisik yang berubah saat hamil sering kali
menimbulkan depresi bagi para ibu. Menjelang usia kehamilan tertentu, ibu
mengalami kesulitan tidur. Ini tentu menyebabkan si ibu keesokan harinya akan
merasa amat letih, ada lingkaran hitam di mata, dan kulit muka menjadi kusam.
Penyebab depresi pada ibu hamil bisa dipicu oleh adanya masalah-masalah
pada kandungan seperti kandungan lemah, sering muntah pada awal kandungan, dan
masalah-masalah lain yang bisa menyebabkan depresi. Ibu akan terus-menerus
mengkhawatirkan keadaan anak dan ini akan membuat dia merasa tertekan. Ibu dan
anak yang mengalami depresi harus mendapatkan pertolongan para profesional.
Diperlukan konsultasi dengan dokter anak dan psikolog anak. Makin cepat
pertolongan diberikan, makin besar kemungkinan anak akan tumbuh normal.
Ibu yang
mengalami depresi akan mengalami beberapa gejala berikut ini selama kurang
lebih 2 minggu, seperti:
a)
Adanya perasaan sedih
b)
Kesulitan dalam berkonsentrasi
c)
Tidur yang terlalu lama atau sedikit
d)
Hilangnya minat dalam melakukan aktivitas yang biasa
digemari
e)
Putus asa, cemas
f)
Timbul perasaan tidak berharga dan bersalah
g)
Adanya perubahan dalam kebiasaan makan
3) Dampak Depresi
Menurut
hasil studi di USA, Perempuan yang mengalami depresi selama awal kehamilan
lebih mungkin untuk menghadapi kelahiran sebelum masanya.
Depresi yang
tidak ditangani sedini mungkin, akan memiliki dampak buruk bagi Ibu dan bayi
yang dikandungnya. Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi di
kandungan, yaitu:
a)
Timbulnya gangguan pada janin yang masih di dalam
kandungan
b)
Munculnya gangguan kesehatan pada mental anak nantinya
Menurut Tiffani Field, Ph. D dari Universitas
of Miami Medical School, berdasarkan penelitian yang sudah ia lakukan
selama 20 tahun, dia menemukan anak yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami
depresi berat selama kehamilan akan memiliki kadar hormon stres tinggi,
aktivitas otak yang peka terhadap depresi, menunjukkan sedikit ekspresi, dan
mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur.
Yang berbahaya bila gejala depresi pada bayi baru lahir tidak segera
ditangani, anak berkembang menjadi anak yang tidak bahagia. Mereka sulit
belajar berjalan, berta badan kurang, dan tidak responsif terhadap orang lain.
Bila keadaan ini tetap tidak tertanggulangi, anak akan tumbuh menjadi balita
yang depresi. Saat mulai sekolah mereka mengalami masalah tingkah laku, seperti
agresif dan mudah stres.
4) Cara Penanganan Depresi
Ibu yang mengalami depresi harus mendapatkan pertolongan para
profesional. Karena saat ini mereka adalah tempat yang paling tepat untuk
berkonsultasi, mereka nanti akan memberikan solusi yang terbaik untuk ibu dan
janin yang ada di dalam kandungan.
Ada beberapa cara dalam melakukan terapi dan konsultasi dengan dokter
kandungan anda seperti dengan metode support
group atau psikoterapi yang dapat dilakukan secara rutin dan berkala atau
dengan obat-obatan. Jika gejala depresi yang ditunjukkan sangat berat maka
dokter kandungan mungkin akan meresepkan beberapa obat untuk mengatasinya dan
tentunya aman untuk mereka yang sedang mengandung. Jika karena sesuatu hal sang
ibu tidak merasa nyaman untuk mendiskusikannya dengan dokter atau terapis maka
teman dekatnya dapat diajak berbicara untuk bertukar pendapat.
Selain itu, harus disadari bahwa orang yang diajak berbicara tersebut
sangat bisa mengerti apa yang sang ibu hamil rasakan. Jangan pernah untuk
melawan depresi ini seorang diri, karena pada saat-saat tersebut sang ibu hamil
sangat membutuhkan seseorang untuk diajak berbagi untuk mengatasi depresi yang
dirasakan.
Yang penting, upaya penyembuhan ini harus dilakukan pada ibu dan bayi.
Jangan hanya bayi yang diterapi, sementara ibu dibiarkan makin terpuruk dalam
depresi atau sebaliknya. Ibu dan bayi harus bekerja sama untuk mengatasi
depresinya. Ayah juga harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan
orang-orang terdekat ini.
Peran ayah terhadap Ibu yang sedang mengandung dan setelah melahirkan amat
besar. Ibu hamil harus mendapat dukungan yang sebesar-besarnya dari suami.
Dukungan suami ini dapat ditunjukan dengan berbagai cara seperti memberi ketenangan
pada istri, membantu sebagian pekerjaan istri atau bahkan sekedar memberi
pijitan ringan bila istri merasa pegal. Diharapkan dengan dukungan total dari
suami, istri dapat melewati masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh
dari depresi.
5) Penatalaksanaan
a)
Harus kita hadapi dengan sikap serius dan mengerti
b)
Hendaknya jangan menghibur, memberi harapan palsu,
bersikap optimis dan bergurau, karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan
rendah diri.
c)
Untuk mengatasi dengan cepat, gunakan obat-obat penenang.
d)
Beberapa cara dalam melakukan terapi dan konsultasi
dengan dokter kandungan seperti dengan metode support group atau psikoterapi yang dapat dilakukan secara rutin.
b. Psikosa
1) Pengertian Psikosa
Psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam
kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas, pada umumnya
gejalanya tidak mampu melakukan partisipasi sosial. Sering ada gangguan bicara,
kehilangan orientasi terhadap lingkungan. Aspek sosialnya membahayakan orang
lain dan diri sendiri perlu perawatan RS.
Suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini dapat
digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena
penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan
kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi,
menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian
rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat
terganggu.
2) Jenis-jenis Psikosa
a)
Skizophrenia
b)
Paranoid
Paranoid di lain pihak adalah jenis yang sudah lebih
lanjut ditandai dengan halusinasi persepsi palsu dan kecurigaan yang sangat
kuat, pola berpikir makin kacau dan tingkah laku makin tidak normal.
Psikosa
umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
a)
Psikosa fungsional
Faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan,
disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga
disebabkan oleh perkembangan atau penglaman yang terjadi selama sejarah
kehidupan seseorang.
b)
Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek
tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal
yang berkembang dalam jiwa seseorang.
3) Gejala dan Akibat Psikosa
Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hidup perasaan tidak sesuai ,
berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi.
a)
Triwulan I
-
Cemas, takut, panik, gusar
-
Benci pada suami
-
Menolak kehamilan
-
Mengidam
b)
Triwulan II
-
Kehamilan nyata
-
Adaptasi dengan kenyataan :
-
Perut bertambah besar
-
Terasa gerakan janin
c)
Triwulan III
-
Timbul gejolak baru menghadapi persalinan
-
Perasaan bertanggung jawab
-
Golongan ibu yang mungkin merasa takut
-
Ibu yang mempunyai riwayat/pengalaman buruk pada
persalinan yang lalu
-
Multipara agak berumur
-
Primigravida yang mendengar tentang pengalaman ngeri
dan menakutkan dari teman-teman lain.
Menninger
telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola
psikotik :
a)
Perasan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
b)
Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak
terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan
c)
Regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku,
isi pikiran yang berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
d)
Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan,
kecendrungan membela diri atau rasa kebesaran
e)
Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan
halusinasi.
Pada
penderita psikosa sering ada gangguan bicara, kehilangan orientasi terhadap
lingkungan. Aspek sosialnya membahayakan orang lain dan diri sendiri perlu
perawatan RS.
Gangguan
jiwa yang dapat terjadi pada kehamilan antara lain :
a)
Gangguan afektif pada kehamilan
b)
Gangguan bipolar
c)
Skizofrenia
d)
Gangguan cemas menyeluruh
e)
Gangguan panik
f)
Gangguan obsesif konvulsif
4) Penyebab Psikosa
a)
Internal
Perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil.
b)
Eksternal
-
Kehamilan tak diinginkan
-
Kehamilan berisiko
-
Jarak kehamilan yang terlalu dekat
-
Riwayat keguguran
-
Riw. Obstetri buruk
5) Penatalaksanaan
Perjalanan penyakit bervariasi dan bergantung pada
jenis penyebab penyakit. Bagi mereka dengan psikosis manik-depresif dan
skizoafektif, waktu pemulihan adalah sekitar 6 bulan (Sneddon, 1992).
Yang paling mengalami gangguan fungsi pada saat pemeriksaan lanjutan adalah
mereka yang menderita skizofrenia. Para wanita ini sebaiknya dirujuk ke
psikiater. Keparahan psikosis postpartum mengharuskan diberikannya terapi
farmakologis dan pada sebagian besar kasus dilakukan tindakan rawat inap.
Wanita yang mengalami psikosis biasanya mengalami kesulitan merawat bayinya.
Penatalaksanaan umum yang biasa diberikan pada
penderita gangguan jiwa psikosa meliputi :
a)
Pengobatan
etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak
terjadi kerusakan otak yang menetap.
b)
Peredaran
darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi
stimulansia.
c)
Pemberian
cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan
sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong,
tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang,
tetapi bertambah gelisah.
d)
Klien harus
dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya
sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun
untuk orang lain.
e)
Dicoba
menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan
kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang
yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap, klien tidak
tahan terlalu diisolasi.
f)
Terdapat
gejala psikiatrik bila sangat mengganggu
6) Terapi Gangguan Jiwa Psikosa
Saat ini tersedia sejumlah besar obat psikotropika
untuk mengatasi gangguan jiwa (Kuller dkk., 1996). Sebagian wanita hamil
yang memerlukan farmakoterapi telah menderita penyakit jiwa berat, misalnya
gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor
berulang. Wanita lain yang memerlukan terapi adalah mereka yang mengalami
gangguan emosi yang berkembang selama kehamilan meliputi :
a)
Anti depresan
Depresi berat memerlukan terapi dan pada sebagian
besar kasus, manfaat terapi melabihi risikonya. Antidepresan trisiklik
seperti amitriptilin, doksepin, imipramin, dan nortriptilin sering digunakan
untuk gangguan-gangguan depresif. Efek samping pada ibu adalah hipotensi
ortostatik dan konstipasi. Sedasi juga sering terjadi, sehingga obat
golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang berkaitan dengan
depresi. Inhibitor Monoamin Oksidase (MAOI) adalah antidepresan yang
sangat efektif yang semakin jarang digunakan karena menyebabkan hipotensi
ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif ambilan ulang serotonin (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors
/ SSRI), termasuk fluoksetin dan sertralin, menyebabkan obat golongan ini
menjadi terapi primer bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obat ini
tidak menimbulkan hipotensi ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai
daripada antidepresan lain.
b)
Antipsikotik
Wanita dengan sindrom-sindrom kejiwaan yang berat
seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif, atau gangguan bipolar sangat
mungkin memerlukan terapi antipsikotik selama kehamilan. Antipsikotik
tipikal adalah golongan antagonis dopamine. Klozapin adalah satu-satunya
antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang berbeda
tetapi tidak diketahui. Potensi dan efek samping berbagai antipsikotik
berbeda-beda. Obat-obat yang berpotensi lebih rendah, klorpromazin dan tioridazin,
memiliki efek antikolinergik yang lebih besar serta bersifat sedatif.
c)
Litium
Keamanan litium selama kehamilan masih
diperbebatkan. Selain kekhawatiran tantang teratogenesitas, juga perlu
dipertimbangkan indeks terapetiknya yang sempit. Pernah dilaporkan toksisitas
litium pada neonatus yang mendapat ASI.
d)
Benzidiazepin
Obat golongan ini mungkin diperlukan selama kehamilan
bagi wanita dengan gangguan cemas yang parah atau untuk pasien psikotik yang
agitatif atau mengamuk. Diazepam mungkin menyebabkan depresi neurologis
berkepanjangan pada neonatus apabila pemberian dilakukan dekat dengan
kelahiran.
e)
Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy / ECT)
Terapi dengan kejutan listrik untuk depresi selama
kehamilan kadang-kadang diperlukan pada pasien dengan gangguan mood mayor yang
parah dan tidak berespon terhadap terapi farmakologis. Hasil diperoleh
dengan menjalani 11 kali terapi dari umur kehamilan 23-31 minggu. Mereka
menggunakan tiamilal dan suksinilkolin, intubasi, dan ventilasi bantuan setiap
kali terapi. Mereka mendapatkan bahwa kadar epinefrin, norepinefrin, dan
dopamine plasma meningkat 2-3 kali lipat dalam beberapa menit kejutan
listrik. Walaupun demikian, rekaman frekuensi denyut jantung janin serta
frekuensi jantung, tekanan darah, dan saturasi oksigen ibu tetap normal.
Miller (1994) mengkaji 300 laporan kasus terapi kejut listrik selama kehamilan
mendapatkan bahwa penyulit terjadi pada 10%. Penyulit-penyulit tersebut
antara lain adalah aritmia transien jinak pada bayi, perdarahan pervaginam ringan,
nyeri abdomen, dan kontraksi uterus yang swasirna. Wanita yang kurang
dipersiapkan juga berisiko lebih besar mengalami aspirasi, kompresi aortokava,
dan alkalosis respiratorik. Langkah-langkah pengkajian penting adalah
pengkajian servik, penghentian obat antikolinergik yang tidak esensial,
pemantauan frekuensi denyut jantung janin dan uterus, hidrasi intravena,
pemberian antasida cair, dan pasien dobaringkan miring kiri. Selama
prosedur, hindari hiperventilasi berlebihan dan jalan napas harus dilindungi.
c. Psikonerosa
1) Pengertian Psikoneorosa
Psikoneurosis atau psikoneurosa adalah gangguan yang
terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian
kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas
sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanlah suatu penyakit, tetapi masih
dapat disebut normal, hal tersebut muncul dikarenakan ketegangan pribadi yang
terus menerus terjadi sebagai akibat konflik yang berkepanjangan dan belum
dapat mengatasi konflik yang tidak kunjung reda yang pada taraf terakhir
menjadi neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang
ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian
terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi). Ada kalanya penyakit ini baru
timbul setelah lama penyebabnya terjadi atau sama sekali tidak ingat lagi, atau
telah diendapkan dalam alam ketidaksadaran. Untuk menyembuhkan penyakit
digunakan tehnik wawancara yang lazim disebut psikoterapi.
Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan
gangguan jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. Menurut
Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143), Neurosis adalah gangguan yang terjadi
hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih
bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar,
dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis
adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian
kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan :
keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan
emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik,
dst.
Neurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah
suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan
suatu konflik tidak sadar.
Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat
diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut.
a)
Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
b)
Neurosis terjadi pada sebagian aspek kepribadian.
c)
Neurosis dapat dikenali gejala-gejala yang
menyertainya dengan ciri khas kecemasan.
d)
Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan
melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Jenis-jenis, Gejala, Penyebab dan penatalaksanaan Neurosis
Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan
bermacam-macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan
atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis
neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang
ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang
dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis,
1980 : 258).
Para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai
berikut (W.F. Maramis, 1980 : 257-258) :
a) Neurosis
cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
-
Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan
kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala
tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan. Gejala-gejala
neurosis cemas :
§ Gejala
somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti
mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.
§ Gejala
psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak
mampu,dst.
-
Faktor penyebab neurosis cemas
Menurut
Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara
psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan
yang dipendam.
Sebab-sebab anxiety secara umum :
§ Ketakutan
dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan
yang bertubu-tubi
§ Repressi
terhadap macam-macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung
secara sempurna
§ Kecenderungan
harga diri yang terhalang.
§ Dorongan-dorongan
seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga menimbulkan banyak
konflik batin.
-
Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan
dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang
lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya
dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi yang dapat
dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas, yaitu :
§ Psikoterapi
individual
§ Psikoterapi
kelompok
§ Psikoterapi
analitik
§ Sosioterapi
§ Terapi seni
kreatif
§ Terapi kerja
§ Terapi perilaku
§ Farmakoterapi
b) Histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan
reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan
diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis
ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita.
-
Gejala histeria
Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara
tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi
emosional yang hebat.
-
Jenis-jenis histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi
atau histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.
§ Histeria
minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau
dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional
susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh,
kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.
§ Histeria
mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang
yang alami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi
kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut
berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme,
fugue, dan kepribadian ganda.
-
Faktor penyebab histeria
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena
pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau
ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau
menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak
dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar
(uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk
gangguan jiwa. Sebab-sebab hysteria:
§ Ada
prediposisi pembawaan berupa system syaraf yang lemah.
§ Tekanan-tekanan
mental yang disebabkan oleh, kesusahan, kekecawaan, syok, dan
pengalaman-pengalamn traumatis/luka jiwa.nya sugesti diri yag buruk dan
melemahkan mental.
§ Oleh
kelemahan-kelemahan diri, individu berusaha menguasai keadaan, lalu
mentiranisasi lingkungan dengan tingkah lakunya yang dibuat-buat.
§ Kebiasaan
hidup dan disiplin-disiplin yang keliru, sehingga mengakibatkan control pribadi
yang lemah dan integrasi kepribadian yang miskin, sangat kekanak-kanakan.
§ Sering atau
selalu menggunakan escape mechanism dan defence mechanism, sehingga
mengakibatkan malajustment, dan semakin banyak timbul kesulitan.
§ Kondidi
fisik yang buruk, misalnya sakit-sakitan, lemah, lelah, fungsi-fungsi organic
yang lemah, gangguan pikiran, dan badaniah.
-
Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk
menyembuhkan histeria yaitu:
§
Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph
Breuer);
§
Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund
Freud);
§
Psikoterapi suportif.
§
Farmakoterapi.
c) Neurosis
fobik
-
Gejala-gejala neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala
utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap
suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti
akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat, dst. Ada bermacam-macam
fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan
tersebut, misalnya :
§
Hematophobia : takut melihat darah
§
Hydrophobia : takut pada air
§
Pyrophibia : takut pada api
§
Acrophobia : takut berada di tempat yang tinggi
-
Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis
fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat
berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan
bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam
ketidaksadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul
bila ada rangsangan serupa.
-
Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan
sama sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi
pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif baru dialami proses
penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk penderita
neurosis fobik adalah:
§
Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita
memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
§
Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap
kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak menyenangkan.
§
Terapi kelompok.
§
Manipulasi lingkungan.
d) Neurosis
obsesif-kompulsif
-
Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak
ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada
dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun
sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain ;
§
Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri
meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.
§
Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk
membakar sesuatu.
§
Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk
bepergian.
§
Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan
secara terus menerus.
-
Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor
sebagai berikut (Yulia D., 2000 : 116-117).
§
Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau
dialihkan.
§
Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa
lalu (masa kecil).
-
Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
§
Psikoterapi suportif;
§
Penjelasan dan pendidikan;
§
Terapi perilaku.
e) Neurosis
depresif
-
Gejala-gejala neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang
utama pada perasaan dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa
harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri.
Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :
§
Gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
§
Gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa,
insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya, dst.
-
Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan
oleh David D. Burns (1988 : 6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi
akurat tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan” mental,
depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari
adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan
suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif pula. Burns berpendapat bahwa
persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu
memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan
bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan
bertentangan dengan realitas sebenarnya.
-
Terapi untuk penderita neurosis depresif
Untuk menyembuhkan depresi, Burns (1988 : 5) telah
mengembangkan teknik terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang
dilakukan dengan prinsip sebagai berikut.
§ Bahwa semua
rasa murung disebabkan oleh kesadaran atau pemikiran yang bersangkutan.
§ Jika depresi
sedang terjadi maka berarti pemikiran telah dikuasai oleh kekeliruan yang
mendalam.
§ Bahwa
pemikiran negatif menyebabkan kekacauan emosional.
§ Terapi
kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang telah
menyebabkan terjadinya kekacauan emosional.
f) Neurasthenia
-
Gejala-gejala neurasthenia
Neurasthenia disebut juga penyakit payah. Gejala utama
:
§ Gangguan ini
adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun
§ Hanya
mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan
§ Kemampuan
berpikir menurun.
§ Di samping
gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejala-gejala tambahan, yaitu
insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.
-
Faktor penyebab neurasthenia
Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor
(Zakiah Daradjat, 1983 : 34), yaitu sebagai berikut :
§ Terlalu lama
menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan.
§ Terhalanginya
keinginan-keinginan.
§ Sering gagal
dalam menghadapi persaingan-persaingan
-
Terapi untuk penderita neurasthenia
Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia
dapat dilakukan dengan teknik terapi sebagai berikut.
§
Psikoterapi supportif;
§
Terapi olah raga;
§
Farmakoterapi.
g) Psikotenis
Gejala penyakit ini ialah kelesuan mental, phobia,
takut berdiri di tempat yang tinggi, takut akan tempat yang sempit, takut mati.
Selain phobia timbul obsesi (meningkatnya suatu ide yang sulit dilupakan) yang
disertai compulsion (kecenderungan untuk melakukan sesuatau tanpa dapat
dicegah). Seseorang yang mempunyai obsesi selalu mencuci tangannya karena selalu
merasa penuh kuman. Dengan mencuci tangan dia merasa puas, sedang bila dia
tidak mencuci tangan dia akan penuh kegelisahan. Salah satu jenis compulsion
ialah cleptomani (kecenderungan mencuri). Sebab-sebab psikotenis :
-
Represi terhadap pengalaman-pengalaman traumatis yang
sangat menakutkan pada masa silam.
-
Disertai rasa malu atau berdosa, yang kemudian ditekan
kuat-kuat dalam ketidaksadaran, dalam usahanya untuk melupakan insiden
tersebut, sehingga muncul gejala phobia, obsesi, dan kompulsif.
-
Ada konflik antar untuk berani melawan rasa taku-takut
yang mengerut, yang dicobanya menekan kuat-kuat dalam alam tidak sadar.
h) Neurastania
Penyakit ini ditandai oleh kelelahan yang terus
menerus, wajah murung, nafsu makan berkurang, sulit tidur (insomania).
1.
Risau disebabkan oleh kekurangan kerja/kesibukan.
Kelelahan dan kelemahan yang ekstrem disebabkan oleh kebanyakan kerja.
2.
Banyak menderita ketegangan emosional karena
konflik-konflik internal, kesusahan, dan frustasi-frustasi.
3.
Disebabkan oleh perasaan interior, akibat dari
kegagalan-kegagalan di masa lampau dan disusuli dengan tingkah laku yang
agresif.
4.
Faktor-faktor herediter diperkirakan juga menjadi
sebabnya, akn tetapi tidak teramat penting artinya.
i)
Hipokondria
Adalah kondisi kecemasan yang
kronis, dimana pasien selalu merasakan ketakutan yang patologis terhadap
terhadap kesehatan sendiri. individu yang bersangkutan merasa yakin betul bahwa
dirinya mengidap suatu penyakit yang kronis. Setiap simpton kesakitan yang
sekecil-kecilnya, dirasakannya sebagai suatu bencana hebat dan merupakan
tragedy hidup yang dianggap bisa menyebabkan kematiannya. Semua itu disebabkan
oleh banyaknya konflik-konflik intrapsikis yang sudah lama dan amat parah.
Kesehatan emosi berkaitan erat
dengan kesehatan dan kondisi jiwa seseorang. Kesehatan emosi juga berkaitan
dengan kondisi fisik seseorang apakah ia memiliki kondisi tubuh yang fit, bebas
tekanan (stres dan depresi), mental yang kuat dan sebagainya. Keadaan tubuh
atau fisik yang kuat saja tidak cukup untuk mencegah adanya gangguan emosi pada
seseorang. Dalam hal ini asupan gizi turut mempengaruhi untuk tetap menjaga
kebugaran sehingga tidak hanya kesehatan fisik yang didapat tetapi juga
kesehatan jiwa.
Sebaliknya kesehatan emosi juga
dapat mempengaruhi kondisi tubuh. Jika keadaan jiwanya tidak stabil, yang
disebabkan stress atau depresi, maka fisiknya juga dapat menjadi lemah. Karena
jiwa, perasaan, dan emosi seseorang sangat mempengaruhi keadaan fisik orang
tersebut.
Cara untuk mengatasi kelabilan dari kesehatan emosi ini dapat dilakukan
dengan cara memakan makanan yang sehat yang disertai asupan gizi yang cukup
bagi tubuh, melakukan olah raga secara teratur, dan istirahat yang
proporsional. Rekreasi atau liburan ke suatu tempat yang relatif menyenangkan
dapat juga menjadi salah satu cara untuk mengembalikan kesehatan dan menekan
stress.
Freud
berpendapat bahwa psikoneurosis pada dasarnya adalah psiogenik. Freud
mengemukakan lima interpretasi yang berbeda mengenai penyebab tingkah laku
neurotik:
§ Psikoneurosis
adalah akibat dari trauma-trauma yang pertama-tama bersifat seksual
§ Psikoneurosis
akibat komplek oedipus yang tidak terpecahkan
§ Psikoneurosis
sebagai akibat dari konflik antara dorongan id dan penyensoran moral dari
superego
§ Reaksi-reaksi
emosional yang ditimbulkan oleh lingkungan yang sejak awal menolak individu
sebagai faktor-faktor yang mempercepat psikoneurosis
§ Penyebab
psikoneurosis tidak hanya satu, melainkan banyak dan kemudian freud memusatkan
perhatiannya pada uraian mengenai reaksi-reaksi neurotik.
MANAJEMEN
ASUHAN KEBIDANAN ATENATAL CARE
PATOLOGI
PADA
Ny.”P” GI P0 A0 DENGAN MASALAH DEPRESI RINGAN
DI
PUSKESMAS X
Tanggal
22 Februari 2011
No.Medrec : 027
Tgl.Masuk :
22 Februari 2011
Tgl.Pengkajian
: 22 Februari 2011, Jam 10.00 WIB
Nama
Pengkaji :
LANGKAH 1 IDENTIFIKASI
DATA DASAR
A. Identitas
Istri/Suami
Nama : Ny.”P”/Tn.”R”
Umur : 18 Tahun/ 20 Tahun
Agama : Islam/Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Petani
Alamat : Jln. Cut Nyadien,
Sambuli.
Lama
menikah : 1 tahun
B.
Data
Biologis/Fisiologis
1. Alasan
datang ke puskesmas : Ibu ingin
memeriksakan kehamilannya.
2. Keluhan
utama : Ibu
mengeluh susah mengendalikan perasaannya.
3. Keluhan
menyertai : Ibu mengeluh
susah tidur
4. Riwayat
keluhan utama :
a. Timbul
sejak : 1 minggu
yang lalu, umur kehamilan 8 minggu 6 hari
b. Sifat
keluhan : Hilang
Timbul
c. Pengaruh
keluhan terhadap aktifitas : Mengganggu
Aktifitas
d. Usaha
Ibu dalam mengatasi keluhan :
Istrahat dengan berbaring
5. Riwayat
Kehamilan Sekarang G1P0Ac
a.
HPHT :
28-12-2010
b.
TP :
05-10-2011
c.
Gerakan Janin : belum jelas
d.
Keluhan saat hamil muda : tidak ada
e.
Pemeriksaan Kehamilan yang lalu : tidak ada
6.
Imunisasi TT : belum diberikan
7.
Riwayat Haid
a. Merarche : 14 tahun
b. Siklus : 28-30 hari
c. Lamanya : 5-7 hari
d. Banyaknya : 2-3 kali/hari
e. Dismerore : tidak ada
8. Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil ke
|
Thn/Tgl Partus
|
Jenis Partus
|
Penolong
|
Penyulit kehamilan
|
Anak
|
Nifas
|
||||
Jk
|
BB (kg)
|
PB (cm)
|
ASI
|
Penyulit
|
||||||
I
|
Kehamilan sekarang
|
9. Riwayat
Ginekologi
a. Infertilitas :
tidak mengalami
b. Massa :
tidak ada
c. Penyakit :
tidak ada
d. Operasi :
tidak pernah
10. Riwayat
Keluarga Berencana
a.
Kontrasepsi yang lalu : belum pernah menggunakan Alat
Kontrasepsi.
b.
Keluhan :
tidak ada
c.
Lamanya Pemakaian : tidak ada Pemakaian kontrasepsi
d.
Alasan Berhenti : tidak ada
11. Riwayat
Penyakit Yang Lalu
a. Asma : tidak pernah
menderita penyakit Asma
b. TBC : tidak
pernah menderita penyakit TBC
c. Hepatitis
B :
tidak pernah menderita penyakit Hepatitis B
d. Jantung : tidak pernah
menderita penyakit jantung
e. Hipertensi : tidak pernah
menderita hipertensi
f. Diabetes
Melitus : tidak pernah
menderita Diabetes Melitus
g. Penyakit
yang lain : Ibu pernah
mengalami penyakit yang lain seperti malaria, demam, sakit perut.
12. Pola
Nutrisi
a. Kebiasaan
makan sehari-hari : Nasi, sayur, ikan, susu, buah
b. Pola
makan tidak teratur
c. Kebutuhan
cairan
1) Air
putih : 7-8
gelas/hari
2) Susu : 1-2 gelas/hari
d. Perubahan
selama hamil : pola makan yang tidak
teratur
e. Nafsu
makan ibu berkurang
f. Makanan
Pantangan : Tidak ada
g. Masalah : Pola makanan yang tidak teratur dan berkurang.
13. Pola
Eliminasi
a. BAK
(Buang Air Kecil)
1) Kebiasaan
BAK sehari-hari : 4-5 kali/hari
2) Frekuensi
selama hamil : 4-5 kali/hari
3) Warna
selama hamil : khas Amoniak
4) Bau
selama hamil : tidak ada masalah
5) Perubahan
selama hamil : tidak ada
perubahan
6) Masalah : tidak ada
b. BAB
(Buang Air Besar)
1) Kebiasaan
BAB sehari-hari : 3 kali/hari
2)
Frekuensi selama hamil : ± 1 kali/hari
3) Konsistensi :
lunak
4) Masalah :
tidak teratur
5) Perubahan
Selama Hamil : BAB tidak teratur
14. Pola
Istirahat
a. Kebiasaan
Istirahat Sebelum Hamil
1) Malam :
8 jam (21.00:05.00) WIB
2) Siang :
2 jam (13.00:15.00) WIB
b. Pola Istrahat Sekarang
1) Malam : tidak
teratur
2) Siang :
tidak teratur
c. Masalah :
Waktu tidur yang kurang
d. Perubahan
selama hamil : Pola istrahat yang tidak teratur
15. Kebutuhan
kebersihan diri (personal hygine)
a. Mandi
3 kali sehari menggunakan sabun mandi
b. Rambut
dibersihkan setiap 2 kali seminggu menggunakan shampo
c. Gigi/mulut
dibersihkan setiap habis makan dan sebelum tidur malam menggunakan pasta gigi
d. Kuku
kaki/kuku tangan dibersihkan setiap kali panjang
e. Genetelia/anus
dibersihkan setiap kali selesai BAK/BAB dan pada saat mandi
f. Pakaian diganti pada saat selesai mandi atau setiap
kali kotor
g. Selama
masa hamil tidak ada perubahan
16. Data
sosial
a.
|
Dukungan suami
|
:
|
Suami selalu
memberikan dukungan kepada istrinya karena suaminya sangat menantikan
kelahiran anak pertamanya serta suami sangat senang dengan kehamilan ini.
|
b.
|
Dukungan
keluarga
|
:
|
Orang tua,
Mertua dan kerabat lainya sangat mendukung, baik fisik maupun mental serta
sangat senang dengan kehamilan ini
|
c.
|
Masalah
|
:
|
Tidak
ada masalah sosial pada kehamilan ini.
|
C.
Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran : composmentis
2. Keadaan :
lemas
3. Berat
Badan :
42 kg
4. Tinggi
badan :
148 cm
5. Lila :
23 cm
6. Tanda
– tanda Vital :
a. TD :
110/80 mmHg
b. N : 82X/menit
c. P : 22 x/menit
d. S : 36,5 0C
7. Kepala
a. Rambut
panjang, lurus, berwarna hitam kemerah-merahan
b. Tidak
ada kerontokan pada rambut
c. Tidak
ada ketombe pada kulit kepala
d. Tidak
ada benjolan pada kepala
8. Wajah
a. Expresi
wajah tampak cemas, sedih
b. Tidak
ada Cloasma gravidarum
c. Tidak
ada oedema
9. Mata
a. Simetris
kiri dan kanan
b. Konjungtiva
pucat
c. Sklera
putih
d. Penglihatan
jelas atau masih dalam keadaan normal
10. Hidung
a. Simetris
kiri dan kanan
b. Tidak
ada polip
c. Tidak
ada epitaksis
d. Tidak
ada pengeluaran sekret
11. Mulut
a. Bibir
tampak lembab
b. Tidak
ada sariawan
c. Gigi
masih utuh
e. Tidak
ada masalah selama kehamilan ini
12. Telinga
a. Simetris
kiri dan kanan
b. Daun
telinga terbentuk sempurna
c. Tidak
ada pengeluaran sekret
d. Pendengaran
normal kiri dan kanan
13. Leher
a. Tidak
ada pembesaran pada vena jugularis
b. Tidak
ada pembesaran pada kelenjar tyroid
14. Payudara
a. Simetris
kiri dan kanan
b. Puting
susu menonjol kiri dan kanan
b. Areola
tampak hiperpigmentasi
c. Tidak
ada benjolan
15. Abdomen
a. Inspeksi
1) Berbentuk
bulat
2) b.Tidak
ada bekas luka operasi
3) Terdapat
linea fusca dan striae lividae
b. Palpasi
Tidak dilakukan Pemeriksaan
c. Auskultasi
Tidak dilakukan pemeriksaan
16. Geritalia
Luar dan Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan
17. Ekstremitas
a. Tangan
dan kaki simetris kiri dan kanan
b. Warna
kuku tangan dan kaki berwarna merah muda
c. Refleks
patella (+)
d. Tidak
ada oedema
e. Tidak
ada varises
18. Data
penunjang
a. Pemeriksaan
Urine : Tidak dilakukan
b. Pemeriksaan
darah :
Tidak dilakukan
LANGKAH II INTERPRESTASI DATA / IDENTIFIKASI
DIAGNOSA
Diagnosa :
G1P0Ao,
umur kehamilan 8 minggu 6 hari, keadaan Ibu dan Janin baik dengan masalah
depresi ringan.
Dasar : G1P0Ao
Ds : Ibu hamil yang pertama kali
Do : Tonus otot perut tegang, terdapat linea fusca
(coklat) dan striae lividae
Analisis dan
Interprestasi
1. Ibu
hamil yang pertama kali atau biasa disebut primigravida, namun dimana pada
perbedaan antara primigravida dan multigravida, pada otot perut primigravida
teraba tegang karena belum pernah terenggang
sebelumnya. (Manuaba, 1998)
2. Terdapat
striae lividae pada primigravida yang warnanya membiru yang timbul sebagai
akibat tingginya termore FSH oleh pengaruh termore progesteron dan estrogen. (Wiknjosastro,
2007)
3. Terdapat
linea fusca (coklat) hiperpygmantasi yang terjadi pada perut primigravida yang
disebabkan oleh pengaruh Melaphone Stimulating Hormon (MSH) yang meningkat,
dimana MSH salah satu hormon yang dikeluarkan oleh lobus anterior posterior.
(Wiknjosastro, 2007)
Dasar :
Umur kehamilan 8 minggu 6 hari
Ds :
Ibu dengan HPHT 28-12-2010
Do :
TP 05-10-2011, TFU belum teraba
Analisis dan
Interprestasi
1. Dari
HPHT 28-12-2010 sampai tanggal pengkajian 22-2-2011 terhitung umur kehamilan 8
minggu 6 hari.
2. Pada
kehamilan 8 minggu 6 hari maka tinggi Fundus uteri (TFU) belum bisa dipastikan
dimana TFU dipergeruti oeh pertumbuhan janin dalam kandungan. (Obstetri
Ginekologi, Dr.Fat Thesno)
Dasar : Keadaan Umum ibu baik
Do : -
Ds : keadaan umum Ibu baik
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,5 0C
BB : 42 kg
TB : 148 cm
Analisis
dan interprestasi
Keadaan umum sangat
mempengaruhi prognose persalinan (Wiknjosastro, 2007)
Dasar : Masalah Depresi Ringan
Do : ibu merasakan susah tidur,
cepat lelah,
Analisis dan
interprestasi
Tiffani Field PhD dari University of Miami Medical School
mengungkapkan, adanya pengaruh antara ibu yang depresi dan anak yang
dilahirkannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 20 tahun, dia
menemukan bahwa ibu yang mengalami depresi berat akibat perubahan mood atau
perubahan fisik selama kehamilan, akan melahirkan anak yang memiliki kadar
hormon stres tinggi. Selain itu, aktivitas otak yang peka terhadap depresi dan
perubahan suasana hati, menunjukkan sedikit ekspresi dan mengalami gejala
depresi lain, seperti sulit makan dan tidur. (http://khanzima.wordpress.com/2010/10/20/asuhan-kebidanan-patologis-pada-kehamilan-dengan-depresi/)
LANGKAH III
IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi
depresi berat atau psikosis
LANGKAH IV
EVALUASITINDAKAN SEGERA/KOLABORASI
Kolaborasi dengan
psikiater
LANGKAH
V
RENCANA ASUHAN KEBIDANAN / INTERVENSI
Tujuan :
1. Keadaan
Umum Ibu dan janin baik
2. TTV
dalam batas normal
3. Memotivasi
ibu untuk menerima kehamilan sewajarnya serta melakukuan aktivitas yang
meningkatkan status kesehatan ibu dan janinnya serta membantu berfikir positif
tentang kehamilanya.
4. Mendeteksi
dini adanya tanda bahaya kehamilan dan mencegah terjadinya komplikasi
kehamilan.
Kriteria
Keberhasilan:
1. Keadaan
Umum ibu dan janin baik
2. TTV
dalam batas normal
TD normal :
180/70 mmHg - 130/90 mmHg
N normal :
80x/menit- 90x/menit
S normal :
36,5 ◦c – 37,5 ◦c
D normal :
18 x/menit – 24 x/menit
3. Respon
positif dari ibu dan keluarga terhadap hasil pemeriksaan
4. Ibu
dapat beraktifitas seperti biasa tanpa rasa takut yang berlebihan.
Rencana
Asuhan :
1. Berikan
senyum, sapa, salam
Rasional : terjalin komunikasi yang baik antara
bidan dan ibu
2. Lakukan
informed consent kepada ibu
Rasional: informed consent yang dilakukan agar ibu mengetahui tindakan yang
akan dilakukan.
3.
Observasi Tanda-Tanda Vital.
Rasional : memantau TTV dapat
mengetahui keadaan umum ibu.
4. Berikan
penjelasan pada ibu tentang hasil pemeriksan.
Rasional : menjelaskan pada ibu tentang hasil
pemeriksaan agar ibu tidak khawatir dan merasa senang dapat mengetahui
perkembangan kehamilannya.
5. Anjurkan
ibu untuk ibu minum obat yang diberikan
(Tablet fe).
Rasional : tablet fe mencegah terjadinya anemi pada
ibu.
6. Anjurkan
ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.
Rasional: makanan yang bergizi
dibutuhkan untuk kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
7.
Anjurkan pada ibu untuk menghindari
pekerjaan yang berat.
Rasional: pekerjaan yang berat
dapat membahayakan ibu dan janin.
8.
Anjurkan ibu untuk istrahat yang cukup.
Rasional: isttrahat dapat
mengurangi beban kerja jantung yang meningkat selama kehamilan.
9.
Berikan ibu support mental dengan
meyakinkan ibu untuk tidak terlalu banyak pikiran dengan mengalihkan pada
kegiatan bersama keluarga serta beritahu ibu untuk menceritakan semua hal yang
dirasakan pada orang terdekat ibu.
Rasional: dengan support mental
yang diberikan ibu ntidak merasa terpuruk dengan banyaknya pikiran yang membuat
ibu sering merasa kesal, jenuh, sedih, dan takut yang dapat menyebabkan
depresi.
10. Anjurkan
ibu untuk mengikuti kegiatan yang dapat merelaksasikan pikiran dan hati seperti
yoga atau pijat refleksi.
Rasional: kegiatan yoga dan pijat
refleksi dapat mengurangi dan mencegah rasa cemas dan takut yang timbul pada
ibu.
11. Kenalkan
ibu tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur,
oedema pada wajah dan tangan, keluar air-air dari jualan lahir, hypertensi,
hyperemesis, nyeri perut yang hebat, ketuban pecah dini, penurunan pergerakan
janin, perdarahan disertai atau tanpa rasa nyeri.
Rasional: mengantisipasi
terjadinnya tanda bahaya kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan
janin.
12. Anjurkan
ibu untuk segera ke Pusat Pelayanan Kesehatan jika pada ibu terdapat salah satu
tanda bahaya kehamilan.
Rasional: jika terjadi salah satu
tanda bahaya kehamilan pada ibu segera ke Pusat Pelayanan kesehatan terdekat
agar tidak terjadi komplikasi pada kehamilan ibu serta ibu dan janin dapat
terselamatkan.
13. Anjurkan
ibu untuk ANC secara teratur(trimerster I: min.1x pemeriksaan, trimester II:
min. 1x pemeriksaan, dan trimester III: min. 2x pemeriksaan)
Rasional: mendeteksi secara dini adanya kelainan
terhadap ibu dan janin.
LANGKAH VI
IMPLEMENTASI
Tanggal
22-2-2011, Pukul :12.00 WIB
1. Memberikan
senyum, sapa, salam.
Ibu menerima dan merespon baik.
2. Melakukan
informed consent kepada ibu.
Ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan oleh
petugas kesehatan.
3. Mengobservarasi
Tanda-Tanda vital.
TTV:
TD : 110/80 mmHg, N : 82 x/menit, P : 22 x/menit, S :
36,5 0C
4. Memberikan
penjelasan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
Ibu merasa senang mengetahui kehamilannya dalam
keadaan normal.
5. Menganjurkan
pada ibu untuk minum obat yang diberikan (tablet fe).
Ibu bersedia minum obat sesuai dengan takaran yang
diberikan secara teratur 1x1 sehari.
6. Menganjurkan
ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi.
Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi
4 sehat 5 sempurnaseperti karbohidrat, sayuran hijau, lauk pauk, buah-buahan
dan susu.
7. Menganjurkan
ibu untuk menghindari pekerjaan yang berat
Ibu bersedia menghindari dan tidak melakukan
pekerjaan yang berat.
8. Menganjurkan
ibu untuk istrahat yang cukup.
Ibu bersedia mengurangi aktivitas sehari-hari agar
bisa istrahat yang cukup.
9.
Memberikan ibu support mental dengan
meyakinkan ibu untuk tidak terlalu banyak pikiran dengan mengalihkan pada
kegiatan bersama keluarga serta beritahu ibu untuk menceritakan semua hal yang
dirasakan pada orang terdekat ibu.
Ibu bersedia melakukan kegiatan
bersama-sama keluarganya dan menceritakan semua perasaannya kepada orang
terdekat yaitu suami.
10. Menganjurkan
ibu untuk mengikuti kegiatan yang dapat merelaksasikan pikiran dan hati seperti
yoga atau pijat refleksi.
Ibu bersedia mengikuti kegiatan
yoga atau pijat refleksi.
11. Mengenalkan
pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan, seperti :
a. Sakit
kepala yang hebat dan penglihatan kabur
b. Oedema
pada wajah dan ekstremitas
c. Keluar
air-air dari jalan lahir
d. Terdapat
penurnan gerakan janin
e. Pendarahan
disertai atau tanpa rasa nyeri
f. Hypertensi,
hyperemesis
g. Ketuban
pecah dini
h. Nyeri
perut yang hebat
Ibu mengerti semua penjelasan bidan tentang
tanda-tanda bahaya kehamilan.
12. Menganjurkan
ibu untuk segera ke Pusat Pelayanan Kesehatan terdekat jika menemukan salah
satu tanda bahaya pada ibu.
Ibu bersedia agar segera ke Pusat Pelayanan
Kesehatan terdekat jika menemukan salah satu tanda bahaya kehamilan.
13. Menganjurkan
pada ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur.
a. Trimester
I : min. 1x
b. Trimester
II : min. 1x
c. Trimester
III : min. 2x
Ibu bersedia memeriksakan kehamilannya secara
teratur.
LANGKAH VII
EVALUASI
Tanggal 22-2-2011. Pukul 13.10 WIB
1. TTV
dalam batas normal
TD
:110/80 mmHg
P
:22x/menit
N
: 82x/menit
S :36,5
2. Ibu
megerti, mengerti dan bersedia melaksanakan semua yang telah di anjurkan oleh
petugas kesehatan (bidan).
3. Ibu
bersedia segera ke pusat pelayanan kesehatan jika mengalami salah satu tanda
bahaya kehamilan.
4. Dengan
adanya masalah yang dialami oleh ibu yaitu depresi ringan, kebanyakan pada ibu
hamil mengalaminya terutama pada kehamilan pertama dan ibu mulai beradaptasi
dengan masalah yang dialaminya agar mencegah dan mengurangi potensi terjadinya
depresi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar