BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perdarahan di luar haid
adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Ada dua macam
perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia. Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak
berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus
sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal
tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma
endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen
eksogen
Beberapa Penyebab Dari perdarahan diluar haid
yaitu Polip serviks, Erosi portio, Ulkus portio, Trauma, dan Polip endometrium
Perdarahan diluar haid dapat terjadi pada setiap umur antara menarche
dan menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan
dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang
dirawat di rumah sakit untuk perdarahan diluar haid berumur diatas 40 tahun,
dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula perdarahan
disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya
dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan
umum
-
Untuk
mengetahui tentang asuhan kebidanan pada perdarahan diluar haid
1.2.2 Tujuan
khusus
-
Untuk
mengetahui beberapa penyebab perdarahan diluar haid
BAB II
TINJAUAN
TEORI
2.1
Pengertian
Perdarahan diluar haid
adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Ada dua macam
perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia
Metroragia
adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid.
Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan
dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah
kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks),
kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen
Menoragia
adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah
kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea.
2.2
Beberapa Penyebab Perdarahan Diluar Haid
2.2.1 Polip
a.
Pengertian
Polip adalah tumor
bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa. Servikal polip adalah
polip yang terdapat dalam kanalis servikalis (Denise tiran:2005 )
b.
Gejala
Polip serviks bias saja dialami seseorang tanpa ia
ketahui kalau ia memiliki polip serviks, leukorea yang susah disembuhkan. Jika
sudah digunakan berbagai macam obat, dan personal hygiene telah dijaga tetapi
leukorea belum juga sembuh maka akan terasa discomfort dalam vagina yaitu
perasaan tidak nyaman dalam vagina, baik sebelum minum air maupun dalam kondisi
biasa, kontak berdarah misalnya; vagina selalu mengeluarkan darah setelah
melakukan hubungan seks, perlu di curigai adanya polip serviks.
c.
Dasar Diagnosis
Berdasarkan keluhan yang dikemukakan, pada
pemeriksaan inspekulum di jumpai:
·
Jaringan bertambah
·
Mudah berdarah
·
Terdapat pada vagina bagian bawah
d.
Penanganan
Polip hanya dipelintir
sampai putus, kemudian tangkainya di kuret. Tindakan dilakukan dalam pembiusan
umum (general anasthesia). Selanjutnya jaringan polip dikirim ke laboratorium
patologi guna memastikan bahwa histologis-nya jinak/sesuai dengan gambaran
jaringan polip serviks. Kemungkinan ganasnya kecil.
2.2.2 Ero
portio
a.
Pengertian
Erosio porsiones (EP)
adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio
serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman
atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia/alat tertentu; umumnya
disebabkan oleh infeksi.
Erosi porsio atau
disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian/seluruh permukaan
epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau
mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks.
Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan
tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari
kanker serviks.
Erosi serviks dapat
dibagi menjadi 3 yaitu:
a
Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
b
Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area serviks
c
Erosi berat : meliputi ≥ 2/3 total area serviks.
b.
Penyebab
1. Level estrogen: : Erosi serviks merupakan respon terhadap
sirkulasi estrogen dalam tubuh :
a.
Dalam
kehamilan: Erosi serviks sangat umum ditemukan dalam kehamilan karena level
estrogen yang tinggi. Erosi serviks dapat menyebabkan perdarahan minimal selama kehamilan,
biasanya saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks. Erosi akan
menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan.
b.
Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB : erosi serviks lebih umum terjadi
pada wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
c.
Pada bayi baru lahir : erosi serviks ditemukan pada 1/3 dari bayi wanita
dan akan menghilang pada masa anak-anak oleh karena respon maternal saat bayi
berada di dalam rahim.
d.
Wanita yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT): karena
penggunaan estrogen pengganti dalam tubuh berupa pil,dan krim.
2.
Infeksi: Teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai
menghilang. Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi
kondisi erosi akan lebih mudah terserang bakteri dan jamur sehingga mudah
terserang infeksi.
3.
Penyebab lain : infeksi kronis di vagina, dan kontrasepsi kimia dapat
mengubah level keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga
dapat disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda
asing di vagina, atau terkena speculum)
c.
Gejala
1 Mayoritas tanpa gejala
2 Perdarahan vagina
abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi) yang terjadi setelah
berhubungan seksual (poscoital), diantara siklus menstruasi, disertai keluarnya
cairan mucus yang jernih/kekuningan, dapat berbau jika disertai infeksi vagina.
3 Erosi serviks
disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat secara
signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika
sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan
perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada
wanita.
d.
Penanganan
1 Memberikan albotyl di
sekitar Erosio pada portio.
2 Melakukan
penatalaksanaan pemberian obat. Lyncopar 3x1 untuk infeksi berat yang
disebabkan oleh bakteri /streptokokus pneomokokus stafilokokus dan infeksi
kulit dan jaringan lunak.
Ferofort 1 x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan. Mefinal 3x1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit.
Ferofort 1 x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan. Mefinal 3x1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit.
2.2.3 Ulcus
portio
a.
Pengertian
Ulkus portio adalah
suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah dengan batas tidak jelas
pada ostium uteri eksternum.
b.
Etiologi
Penggunaan IUD,
pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.
c.
Patofisiologi
Proses terjadinya ulkus
portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang
mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi
dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi koalugasi membaran sel dan terjadilah
erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal
sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah ulkus portio
dan akhir nya menjadi ulkus. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan
reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang
meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi
portio.Dari semua kejadian ulkus portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri
patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim.
d.
Gejala
a. Adanya fluxus
b. Portio terlihat
kemerahan dengan batas tidak jelas
c. Adanya kontak berdarah
d. Portio teraba tidak
rata
e.
Penanganan
1
Membatasi hubungan suami istri
Adanya ulkus porsio membuat porsio mudah sekali
berdarah setiap kali mengalami gesekan sekecil apapun, sehingga sebaiknya
koitus dihindari sampai ulkus sembuh
2
Menjaga kebersihan vagina
Bila kebesihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat
memperburuk kondisi porsio, sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya.
3
Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.
2.2.4 Trauma
a.
Pengertian
Trauma adalah dari
aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis. Pengertian medis
menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan.
Sedangkan dalam
pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat,
tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat
menimbulkan kecederaan.
b.
Gejala
Nyeri vulva dan vagina,
perdarahan dan pembengkakkan merupakan gejala-gejala yang paling khas.
Kemungkinan gejala lainnya adalah kesulitan dalam urinasi dan ambulasi
c.
Penyebab
Trauma yang menyebabkan
perdarahan di luar haid contohnya yang sering terjadi pada akseptor IUD dan
usai berhubungan intim (utamanya pada wanita yang telah menopause) Tempat
perlukaan yang paling sering akibat koitus adalah dinding lateral Vagina,
verniks posterior dan kubah Vagina (setelah histerektomi).
d.
Penanganan
Penanganannya sesuai
dengan penyebabnya , misalnya trauma yang disebabkan translokasi IUD, maka IUD
nya harus dicabut, dan diganti dengan alat kontrasepsi lain.Sedangkan buat para
wanita yang menopause yang mengalami perdarahan setelah koitus, bisa diberi
terapi hormon.
2.2.5 Polip
Endometrium
a.
Pengertian
Polip endometrium merupakan salah satu penyebab
gangguan kesuburan karena dapat mengganggu penempelan embrio di dalam rahim.
Karena itu bila hasil 3 pemeriksaan dasar normal (sperma, sel telur dan saluran
telur) maka perlu dilakukan tindakan untuk mengambil polip di dalam rahim.
Polip endometrium atau
polip uterus adalah massa atau jaringan lunak yang tumbuh pada lapisan dinding
bagian dalam endometrium dan menonjol ke dalam rongga endometrium. Pertumbuhan
sel – sel yang berlebih pada lapisan endometrium (rahim) mengarah pada
pembentukan polip. Besarnya polip endometrium mulai dari beberapa millimeter
hingga beberapa sentimeter yang seukuran bola golf atau lebih besar. Polip
endometrium melekat pada dinding endometrium yang dihubungkan melalui sebuah
tangkai tipis.
Seorang wanita dapat
memiliki polip endometrium satu atau banyak, dan kadang-kadang menonjol melalui
vagina menyebabkan kram dan ketidaknyamanan. Polip endometrium dapat menyebabkan
kram karena mereka melanggar pembukaan leher rahim. Polip ini dapat terjangkit
jika mereka bengkok dan kehilangan semua pasokan darah mereka. Ada kejadian
langka saat ini polip menjadi kanker. Wanita yang telah mengalaminya terkadang
sulit untuk hamil
b.
Gejala
Tidak ada penyebab
pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan mereka dapat dipengaruhi oleh
kadar hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak ada gejala, tetapi beberapa
gejala dapat diidentifikasi terkait dengan pembentukannya, seperti:
a
Sebuah kesenjangan antara perdarahan haid
b
Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan
c
Perdarahan haid yang terlalu berat
d
Rasa sakit atau dismenore (nyeri dengan menstruasi)
c.
Komplikasi dan Faktor Resiko
Polip endometrium biasanya sel jinak, Sekitar 0,5 persen dari polip
endometrium mengandung sel-sel adenokarsinoma. Sel-sel ini akhirnya akan
berkembang menjadi kanker. Polip dapat meningkatkan resiko keguguran pada
wanita yang menjalani fertilisasi in vitro dalam perawatan. Jika mereka berkembang
dekat saluran telur, mereka dapat menjadi penyebab kesulitan dalam menjadi
hamil. Polip rahim biasanya terjadi pada
wanita di usia 40-an dan 50-an. Wanita yang memiliki faktor risiko tinggi
adalah mereka yang mengalami obesitas, memiliki tekanan darah tinggi. dan
memiliki sejarah polip serviks dalam keluarga mereka. Satu dari setiap sepuluh
perempuan dapat memiliki polip endometrium, dan diperkirakan bahwa sekitar 25
persen dari mereka yang mengalami pendarahan vagina abnormal memiliki polip endometrium.
d.
Diagnosa Polip Endometrium
Berikut beberapa tes
dan prosedur untuk menegakkan diagnosa polip endometrium :
·
USG transvaginal
·
Histeroskopi
·
Kuretase
e.
Pengobatan
1.
Waspada. Polip kecil yang tidak menimbulkan gejala dan tanda tidak
membutuhkan pengobatan kecuali beresiko menjadi kanker endometrium
2.
Obat. obat hormon tertentu, termasuk pelepas hormon progestin dan
agonis-gonadotropin, mungkin dapat mengecilkan polip endometrium dan mengurangi
gejala.namun biasanya gejala akan kambuh setelah berhenti minum obat.
3.
Kuretase. Kuretase adalah tindakan untuk mengikis dinding endometrium bagian
dalam dengan menggunakan alat yang berbentuk logam yang ujungnya tajam. Selain
menghilangkan polip, kuretase bertujuan untuk mengumpulkan sampel atau contoh
jaringan untuk diperiksa di laboratorium.
4.
Histerektomi. Jika pemeriksaan lebih dekat menunjukkan bahwa polip endometrium
mengandung sel kanker, operasi untuk mengangkat endometrium (histerektomi)
menjadi perlu untuk dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar