PERINATAL
Masa perinatal yakni
masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah kelahiran yang merupakan masa
dalam proses tumbuh kembang anak khususnya kembang otak.
Mempelajari fisiologi
dan patologi neo ratus tidak akan sempurna kalau tidak mengetahui keadaan yang
terjadi pada kehamilan dan kelahiran. Perkembangan otak yang paling pesat ialah
pada terimeter terakhir kehamilan sampai dengan 6 bulan pasca persalinan,
keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin didalam uterus.
Pengaruh pada
kehamilan dan pengaruh partus mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan
mortalitasnya perinatal.
(Rusepno
Hassan : 2005 : 1036)
PENGERTIAN NEONATUS :
- Neonatus adalah usia bayi 0 hari sampai 28 hari
(Soetjiningsih, 2001 : 17)
- Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia satu bulan
(Hamilton, 2000:217)
1. FISIOLOGI
NEONATUS.
Merupakan
ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus yakni suatu organisme
yang sedang tumbuh yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan
diri dari kehidupan intra uteri ke ekstra unteri.
r Ada 3 faktor
yang mempengaruhi perubahan fungsi ini :
a. Maturasi yang
mempersiapkan tetus untuk transisi dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra
uteri dan berhubungan lebih erat dangan masa gestasi dibandingkan dengan berat
badan lahir.
b. Adaptasi
Diperlukan oleh
Neonatus untuk dapat tetap hidup dalam lingkungan baru yang dibandingkan dengan
leingkungan selama menjadi tetus, kurang menyenangkan.
c. Toleransi
Dimiliki oleh bayi
yang hipoksia, kadar gula yang rendah, tetapi bagi orang dewasa mungkin sudah
fatal tapi pada bayi belum berakibat fatal.
Toleransi
dan adaptasi dibanding terbalik jika dibandingkan dengan maturasi malun matur neonatus, makin baik adaptasinya tetapi
makin kurang toleransinya.
(Rusepno Harun : 2005 : 1037)
r Perbedaan Lingkungan Intra dan Ekstra Uteri
No
|
Keterangan
|
Sebelum lahir
|
Sesudah lahir
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Lingkungan Fisik
Suhu udara
Stimulasi Sensoris
Gizi
Penyedian Oksigen
Pengeluaran hasil metabolisme.
|
Ø Cairan
Ø Pada
umumnya tetap
Ø Terutama
kinestetik atau vibrasi
Ø Tergantung
pada zat-zat gizi yang terdapat dalam darah ibu
Ø Berasal
dari ibu kejanin melalui plasenta
Ø Dikeluarkan
ke sistem peredaran darah
|
Ø Udara
Ø Berubah-ubah
Ø Bermacam-macam
stimuli
Ø Tergantung
pada tersedianya makanan & kemampuan saluran cerna
Ø Berasal
dari paru-paru ke pembuluh darah paru-paru
Ø Dikeluarkan
melalui paru-paru, kulit, ginjal dan saluran cerna.
|
(Dr. SDtj Ningsih :1995 : 5)
r Proses Vital
Neonatus
a.
Respirasi
Selama
dalam uterus janin mendapatkan O2 dari pertukaran gas melalu
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran
gas harus melalui paru bayi
b.
Jantung dan Sirkulasi darah
Pada masa
tetus darah dari plasenta melalui vena, umbilikalis sebagian ke hati, sebagian
ke serambi kiri à ke bilik kiri jantung
dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan
darah dipompa sebagian ke paru sebagian ke duktus artenosus ke aorta setelah
bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteri dalam paru
menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih
besar daripada tekanan jantung kanan sehingga foramen utera menutup.
c.
Traktus digestivus
Pada
Neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang
terdiri Mukopoli sakarida yang disebut mekonium, pengeluaran melonium biasanya
keluar 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya.
Pada bayi
prematur, aktifitas lipase masih kurang bila dibandingkan dengan bayi cukup
bulan.
d.
Hati
Segera
setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokia dan morfologis yakni kenaikan
kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen misalnya enzim hidroginase
udpe dan transferase glikoronil sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan
gejala ikterus fisiologis.
e.
Metabolisme
f.
Produksi Panas
Ada 3 cara
tubuh untuk meninggikan suhu.
1.
Aktivitas otot
2.
Shivering
3.
Non Shivering
g.
Keseimbangan air dam fungsi ginjal
Tubuh bayi
baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar Natrium relatif lebih besar
daripada kalium
c
2. PATOFISIOLOGI
NEONATUS
2.1. Secara normal
ada 3 perubahan besar sesaat setelah lahir
2.1.1. Cairan
didalam alveoli diserap kedalam jaringan paru dan diganti oleh udara. Oksigen
yang terkandung di dalam udara akan terdifusi kedalam pembuluh darah di
sekilling alveoli.
2.1.2. Arteri
Umbilikalis dijepit. Keadaan ini akan
menurunkan tahanan pada sirkulasi placenta dan meningkatkan tekanan darah
sistemik.
2.1.3. Akibat
tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah diparu
akan mengalami rekasi. Keadaan relaksasi bersama dengan peningkatan tekanan
darah pulmonal dan mengurangi aliran darah melalui duktus arteriosus. Oksigen
dari alveoli akan diserap oleh meningkatnya aliran darah paru dan darah yang
kaya oksigen akan kembali ke jantung kiri untuk kemudian dipompakan ke seluruh
tubuh.
Ø Pada saat
kadar oksigen dalam darah meningkat dan pembuluh darah paru relaksasi, duktus
ortriosus dengan cepat menutup.
Ø Aliran darah
dengan segera dipindahkan dari duktus arteriosus ke paru-paru, dimana terjadi
pengambilan oksigen lagi untuk disalurkan keseluruh tubuh.
Ø Setelah
proses transisi ini bayi bernafas dengan udara dan menggunakan paru-paru untuk
mendapatkan oksigen.
Ø Tangisan
pertama dan tarikan nafas dalam merupakan suatu mekanisme yang kuat untuk
menyingkirkan cairan dari jalan nafas.
Ø Oksigen dan
tekanan udara pada paru-paru merupakan rangsangan utama untuk relaksasi
pembuluh darah pulmonal.
Ø Pada saat
oksigen sudah cukup masuk dalam darah, kulit bayi akan berubah dari abu-abu
/biru menjadi kemerahan.
3.
ASUHAN
PADA BAYI BARU LAHIR
Asuhan segera pada
bayi baru lahir ialah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam
pertama setelah persalinan memberikan asuhan segera aman, bersih untuk bayi
baru lahir merupakan bagian esensial asuhan bayi baru lahir.
3.1. Persiapan
alat untuk perawatan bayi
a.
Penghisap lendir
b.
Tabung O2 beserta alatnya untuk
membantu pernafasan bayi.
c.
Alat resistasi untuk pernafasan
d. Obat-obatan
(Vit K, Larutan Gikarbonas Natrikus 7,5%)
e.
Alat pemotong, pengikat dan atiseptik tali
pusat)
f.
Tempat tidur bayi dan inkubator bayi
g.
Stop Watch dan termometer.
(Rustam M;
1998 : 19)
3.2.
Pertolongan
pada waktu bayi lahir
Ø
Mulai melakukan pembersihan lendir pada saat
kepala keluar dengan pembersihan mulut, hidung, mata dengan kaas / kasa steril.
Ø
Jalan lahir dicatatat dengan stopwatch
Ø
Lendir diisap sebersih mungkin sambil bayi
ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari kaki dalam posisi sedikit elestensi
supaya lendir mudah keluar.
Ø
Tali pusat diikat dengan baik dan bekas luka
diberi antiseptik kemudian dijepit dengan klem penjepit plastik / diikat dengan
pita/benang tali pusat.
Ø
Segera setelah lahir, bayi yang sehat akan
menangis, bernafas serta menggerakkan kaki dan tangannya, warna kemerahan.
Ø
Bayi ditimnang
Ø
Diperiksa anus dan genetalianya.
Ø
Bayi diperlihatkan pada ibu, ayah dan
keluarga.
(Rustam
mukthar; 1998 : 120)
3.3.
Penilaian
Bayi Waktu Lahir
Segera setelah lahir, letakkan pada kain yang bersih,
kering lalu sambil kita menikah APGAR SCOREnya untuk mengetahui apakah bayi itu
sehat/mempunyai masalah.
SKOR
|
NILAI
|
||
0
|
1
|
2
|
|
Appearance
(warna kulit)
|
Pucat
|
Badan merah
ekstremitas biru
|
Seluruh tubuh
kemerah-merahan
|
Pulse Rate
(Flex, nadi)
|
Tidak ada
|
< 100
|
> 100
|
Grimace
(Reaksi rangsangan)
|
Telah ada
|
Sedikit
gerakan mimik (grimace)
|
Batuk, bersin
|
Activity
(Tonus otot)
|
Tidak ada
|
Ekstremitas
dalam sedikit flexi
|
Gerakan aktif
|
Respiration
(Pernafasan)
|
Tidak ada
|
Lemah/tidak
teratur
|
Baik/menangis
|
Jumlah Skor :
|
Catatan :
NA I menit lebih /
sama dengan 7 tidak perlu resusitasi
NA I menit 4-6 bag and
masuk ventilation
NA I menit 0-3 lakukan
intubasi
(Prawirohardjo;
2005 : 249)
1. Warna kulit
Bayi
baru lahir harus tampak nerah jambu pada saat dilahirkan dengan ekstremitas
bayi tetap kebiruan selama beberapa jam setelah kelahiran bayi dengan kulit
yang lebih gelap cenderung tampak lebih pucat dibandingkan warna kulit orang
tuanya.
Kemungkinan masalahnya :
r Sianosis
Kebiruan disekitar
mulut dan batang tubuh. Bila bayi tampak sianosis oksigen fasial harus
diberikan dan dokter anak segera dihubungi.
r Bayi yang
sangat pucat
Mungkin mengalami
masalah jantung, anemia, syok saat kelahiran dan perlu diresusitasi.
r Beberapa bayi
mengalami kongesti wajah disebabkan oleh persalinan cepat / lilitan tali pusar
dileher
o
Kongesti wajah : perubahan warna biru kulit
yang dikenal sebagai ruam petekei tampak disekitar wajah
o
Sebagai seorang bidan harus bisa membedakan /
kongesti wajah bisa dikelirukan dengan ruam yang bisa menunjukkan adanya
trombosipenia dan dapat ditemukana pada infeksi kongenital seperti
toksoplasmasis, meningitis dan herpes
(Boston dan Duward, 2001)
Bayi yang sangat merah
Mungkin mengalami
platora (menerima tranfusi plasenta dalam jumlah besar) seperti pada bayi
kembar
Setiap derajat ikterik dalam 24 jam setelah
kelahiran adalah tidak normal dan kemungkinan disebabkan oleh penyakit
hemolitik / infeksi kongenital, hirpes dan lain-lain. Pada akhirnya bayi juga
akan menunjukkan tanda-tanda lain infeksi.
(Hull dan
Jhonston; 2008)
2. RESPIRASI DAN
MENANGIS
Tidak semua bayi baru
lahir memulai pernapasan segera setelah lahir dan tidak juga menangis pada saat
kelahiran, apabila bidan sudah membuat suasana relaks tetapi masih tidak
nyaman, mungkin dengan bayi didekatkan dengan ibunya kontak langsung dengan
kulit bayi biasanya akan relaks dan berhenti menangis, sering membuka matanya
dan dengan sabar kemudian akan menyusu kearah payu darah.
Kemungkinan Masalahnya :
r Bila bayi
lambat memulai respon namun sehat, bidan bisa merangsang bayi dengan mengosok
bayi dengan handuk.
r Bayi yang
kipnea (respirasi > 60/Mna pada bayi aterin) retraksi sterna kemungkinan
menderita infeksi serius. Aspirasi mekanium.
r Bayi yang
sangat berlendir, yang hampir tenggelam dalam sekresi, mememrlukan penghisapan
segera dan kemungkinan mengalami atrena esotagus.
r Tangisan bayi
lahir sehat berbeda-beda namun yang biasanya jelas dengan nada
tinggi/irritabel.
(Vikey
Chapman, 2006 : 390)
3. DENYUT JANTUNG
Pengkajian segera
denyut jantung bayi baru lahir dapat dengan mudah dilakukan dengan meletakkan 2
jari langsung ke dada diatas jantung / dengan memegang dasar puntung tali pusat
dan menghitung denyutan jantung.
r Braki kardi
bisa segera hilang bila tanda lainnyabaik.
r Takikardi
bisa terjadi sebelum kelahiran dan bisa menunjukkan bah bayi mengalami infeksi,
aspirasi metonium / mx jantung
(Vikey
Chapman; 2006 : 391)
4. TONUS OTOT
Bayi baru lahir harus memiliki
tonus otot yang baik’
Kemungkinan Masalahnya :
r Bayi yang
lunglai saat lahir mungkin mengalami asfiksia.
r Tonus Otot
yang buruk bisa juga berhubungan dengan beberapa anomali, Sindrom Down
5. REFLEK /
RESPON
Reflek pada bayi dibagi menjadi 2
:
1) Refleks
Pelindung
a.
Refleks
Morrow
Rangsangan mendadak
yang menyebabkan lengan terangkat keatas dan kebawah, terkejut dan relaksasi
lambat timbulnya saat lahir sampai umur 2 bulan.
b. Refleks Tonus Neek
Respon pada kepala,
lengan, tungkai mengarah kesalh satu sisi relaksasi dengan lambat, timbul saat
lahir sampai umur 3 bulan.
c.
Reflek
Graff
Respon pada bayi yakni dengan
mengenggam setiap benda yang diletakkan kedalam tangan cukup kuat menyebabkan
tubuhnya terangkat
d. Reflek berkedip dan menangis
Saat lahir à akhir
hayat
e.
Reflek
Babynskin
Respon yang dihasilkan
dari rangsangan yang dilakukan pada telapak tangan dan kaki, apabila
disentuh/diberi rangsangan dengan spontan jari-jari akan mengarah / bergerak
kearah rangsangan
2) Reflek Makan
a.
Suckling Reflek
”Reflek Menghisap
Timbul saat lahir -> sampai
umur 6/8 bulan
b.
Rooting Reflek
”Reflek mencari puting susu
Timbul saat lahir à sampai umur 6 bulan
c.
Swallowing Reflek
”Reflek menelan
Timbul saat lahir à sampai akhir hayat
3.4.
IDENTIFIKASI
BAYI
Identifikasi
dilakukan dengan segera setelah bayi baru lahir dengan mengambil tanda pengenal
bayi dari cap jari / telapak kaki. Pada umunya tanda pengenal berupa secarik
kertas putih / berwarna merah / biru yang diisi dengan nama ibu, tanggal dan
jam bayi lahir. Kertas ini dimasukkan kedalam kantong plastik dengan pita yang
akan diikatkan kepergelangan tangan ibu dan bayi, warna dari kantong ini sesuai
dengan jenis kelaminnya sehingga pelepasannya hanya dengan cara digunting. Bila
ibu sadar bayinya diperlihatkannya / pada keluarga.
(Prawiroharjo; 2005 : 250)
3.5.
PENCEGAHAN
KEHILANGAN PANAS
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh
bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, jika tidak dilakukan upaya pencegahan
panas tubuh maka bayi akan mengalami Hipotermi karena sangat beresiko emngalami
kesakitan/kematian. Kehilangan panas dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling
bayi rendah dan upaya mempertahankan. Suhu tubuh bayi tetap hangat tidak
diterapkan secara tepat terutama pada masa stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama
setelah lahir
(Pel. Kshtn Neo. Es; 200
: 6)
3.5.1.
Mekanisme
Kehilangan Panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :
a.
Evaporasi
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir
tubuh bayi tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b.
Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang temperatur
lebih rendah daripada tubuh bayi yang akan menyerap panas tubuh bayi.
c.
Konveksi
Kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin, kehilangan panas yang terjadi koneksi aliran udara dari
kipas angin.
d.
Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh rendah dari suhu tubuh bayi walaupun
tidak bersentuhan secara langsung.
3.5.1.
Mencegah
Kehilangan Panas
1.
Keringkan
bayi dengan seksama
Keringkan bayi dengan handuk/kain
yang telah disiapkan diatas perut ibu dengan cara menyeka tubuh bayi yang juga
merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi melalui pernafannya.
Bayi lahir dengan tubuh basah oelh
air ketuban, aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat
terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya
dapat timbul serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermi.
Bayi baru lahir kedinginan biasanya
tidak memperlihatkan gejala mengigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna
hal ini menyebabkan gejala awal hipotermi seringkali tidak terdeteksi oelh
ibu/keluarga bayi atau penolong persalinan.
Langkah-Langkahnya
:
Setelah lahir letakkan bayi dipermukan yang
diberi alas handuk kering, bersihdan hangat
Segera keringkan bayi
dari lendir dan darah dengan handuk yang kering, bersih dan hangat lakukan
dengan cepat mulai dari kepala kemudian seluruh tubuh. Handuk yang basah harus
diganti dengan handuk yang kering dan hangat.
Setelah tubuh bayi segera bungkus dengan kain
yang kering dan hangat, diberi topi / tutup kepala, kaus tangan, dan kaki.
Lakukan penilaian derajad asfiksia bayi baru
lahir dibawah lampu agar terang dan sinar lampu dapat menghangatkan tubuh bayi.
2.
Selimut
bayi dengan selimut / kain bersih dan hangat.
Segera setelah mengeringkan tubuh
bayidan memotong tali pusat, ganti handuk/kain yang sudah dibasahi oleh ketuban
kemudian diselimuti bayi dengan kain/handuk yang hangat, kering dan bersih. Selanjutnya
bayi diletakkan telungkup di dada ibu untuk mendapat kehangatan dari kantak
langsung kulit ibu dan bayi. Ibu merupakan sumber panas yang paling abik bagi bayi baru lahir.
Kontak langsung kulit ibu dan bayi pada jam-jam pertama setelah lahir sangat
baik sekali oleh karena :
Ø Dapat
mencegah bayi terkena hipoterima
Ø Menghangatkan
bayi
Ø Mendorong,
memberi kesempatan dan memudahkan ibu menyusui dini untuk mencegah terjadinya hipoglikemi
pada BBL.
Apabila
bayi dipisah dari ibu, maka ia harus terlindung dengan baik dan udara dingin
atau panas dengan cara membungkus dan menutup kepala bayi. Membungkus bayi
tidak boleh terlalu erat agar masih ada udara diantara lapisan kain yang merupakan
penyimpan panas yang baik (insulator). Membedong bayi bukan cara yang baik
untuk menjaga bayi tetap hangat karena gerakan napas menjadi terbatas yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya phenomia dan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang lain. Cara lain yang lebih baik adalah membungkus bayi dengan
kain yang kering dan hangat.
3. Jangan
Memandikan Bayi Baru Lahir
Bayi
sebaiknya dimandikan sedikitnya ± 6 jam setelah lahir karena memandikan bayi
dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermi yang
sangat membahayakan kesehatan bayi. Memandikan bayi biasanya hanya untuk alasan
kosmetik yaitu membersihkan vernix yang melekat pada tubuh bayi. Vernix
bermanfaat bagi bayi yaitu sebagai pelumas dan anti infeksi sehingga tidak
perlu dibersihkan dari tubuh bayi.
Waktu yang tepat untuk
memandikan bayi adalah sebagai berikut :
Pada bayi lahir sehat
dengan tanda-tanda ;
-
Lahir cukup bulan
-
Berat lahir 2.500 gr/lebih
-
Bayi lahir langsung menangis dan gerakan bayi
aktif
Pada bayi lahir dengan
resiko adalah :
-
Bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram
-
Bayi lahir tidak langsung menangis
-
Keadaan umum bayi lemah
Bayi jangan dimandikan
cukup dilap dan dikeringkan dengan kain kering untuk membersihkan darah dan
lendir. Tunda sampai beberapa hari sampai keadaan umum bayi membaik yaitu bila
bayi sudah lebih kuat, suhu tubuh normal dan stabil dan serta dapat menghisap
Asi dengan baik. Semakin kurang berat badan bayi dan kurang umur / kurang
bulan, bayi semakin lemah maka penundaan mandi semakin lama.
Gejala Hipotermi.
-
Sejalan dengan menurunkannya suhu tubuh bayi
menjadi kurang aktif , letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap Asi dan
menangis lemah
-
Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut
jantung menurun
-
Timbul Sklerama-kulit mengeras berwarna
kemerahan terutama di bagian punggung tungkai dan lengan.
-
Muka bayi berwarna merah terang
-
Hiptermi menyebabkan terjadinya perubahan
metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi, jantung,
perdarahan terutama pada paru-paru , ikterus, dan kematian.
(Pely. Kesh
Neo. Ess 2000 : 7)