TIPE-TIPE PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengertian Pengambilan keputusan (Decision making) sebagai ilmu dan seni :
•
Secara
umum pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan
memilih alternatif solusi yang ada
•
Sebagai
seni, PK adalah proses mengambil keputusan pada situasi dan kondisi yang
berbeda (karena adanya keragaman yang bersifat unik)
•
Sebagai
ilmu, PK adalah suatu aktivitas yang memiliki metode, cara, dan pendekatan
tertentu secara sistematis, teratur dan terarah.
Keputusan dibagi
dalam 2 tipe :
1.
Keputusan terprogram/keputusan terstruktur (Programmed Decision): keputusan yang berulang-ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram. Keputusan
yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan
orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana
dan solusinya relatif mudah.
Contoh: keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang, dll. Di perguruan tinggi keputusan yang
diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian
Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
2.
Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur (Nonprogrammed Decision): keputusan yang tidak terjadi berulang-ulang (keputusan baru) tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya. keputusan yang
tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang
jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono,
1999). Informasi untuk
pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari
lingkungan luar. Pengalaman bidan merupakan hal yang sangat penting di dalam pengambilan keputusan tidak terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan
perusahaan lain adalah contoh keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.
Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis):
Mengidentifikasi
apa yang harus dikerjakan, mengembangkan kriteria khusus untuk mencapai tujuan,
mengevaluasi alternatif yang tersedia yang berhubungan dengan kriteria &
mengidentifikasi risiko yang melekat pada keputusan tsb.
Pengambilan keputusan
berdasarkan situasi dan kondisi:
1.
Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian):
Pengambilan keputusan dalam
ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil
potensial tidak diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian
pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam
peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas
peristiwa.
2.
Keputusan dalam
situasi risk (dengan probability):
Tahap-tahap: Diawali dengan
mengidentifikasikan bermacam-macam tindakan yang tersedia dan layak;
Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga
dan Pay off untuk suatu tindakan dan
peristiwa tertentu ditentukan.
3.
Pengambilan keputusan
dalam suasana konflik (game theory):
Adalah memusatkan analisis keputusan
dalam suasana konflik dimana pengambil keputusan menghadapi berbagai peristiwa
yang aktif untuk bersaing dengan pengambil keputusan lainnya, yang rasional,
tanggap dan bertujuan memenangkan persaingan/ kompetisi.
Tahapan Pengambilan Keputusan
Simon (1960)
memperkenalkan empat aktivitas dalam proses pengambilan keputusan :
1.
Intelligence : Pengumpulan informasi untuk mengidentifikasikan
permasalahan.
2.
Design : Tahap perancangan solusi dalam bentuk
alternatif2 pemecahan masalah.
3.
Choice : Tahap memilih dari solusi dari
alternatif2 yang disediakan.
4.
Implementation : Tahap melaksanakan keputusan dan
melaporkan hasilnya.
Jenis-Jenis
Pengambilan Keputusan
1.
Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan:
memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.
2.
Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera,
terasa sebagai keputusan yang paling tepat dalam langsung diputuskan.
3.
Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena
sudah kritis: sesuatu yang harus segera dilaksanakan.
4.
Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah
melakukan hal itu untuk saya, karenanya saya akan melakukan itu untukmu” sering
kali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa.
5.
Pengambilan keputusan yang ditangguhkan:
dialihkan pada orang lain, memberikan orang lain yang bertanggung jawab.
6.
Pengambilan keputusan secara berhati-hati:
dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.
Dua tipe pengambilan
keputusan itu adalah
high involvement decisions dan low involvement decisions.
1. High Involvement Decisions
Merupakan keputusan-keputusan yang memerlukan
keterlibatan tinggi dari sepengambil keputusan tersebut. Dalam hal ini, individu harus secara aktif
melibatkan dirinya untuk mengetahui berbagai informasi maupun alternatif,
sebelum keputusan
dibuat. Karakteristik keputusan
yang mengikuti alur ini, biasanya terjadi dalam membuat keputusan pembelian untuk
produk-produk yang beresiko tinggi, memiliki dampak ekonomi maupun psikologis
yang luas, serta suatu keputusan
yang kesalahannya dapat mengganggu konsep diri si pembuat keputusan.
Misalnya; pasien mencoba untuk memutuskan apakah ia akan
melakukan amputasi atau tidak. Sebab selain biaya amputasi cukup tinggi, resiko
terhadap kehilangan salah satu anggota tubuh seseorang juga akan berdampak
jangka panjang yang harus ditanggung seumur hidup.
Untuk pesan-pesan yang bersifat high involvement decisions, pesan disampaikan secara detail,
terurai lengkap termasuk spesifikasi subyeknya, sehingga medium yang sesuai
adalah media massa cetak. (PR Smith, 1998 dalam bukunya Integrated Marketing Communication (Kogan Page : 12-13).
2.
Low Involvement Decisions
Adalah keputusan-keputusan yang tidak
memerlukan keterlibatan penuh dari si pengambil keputusan. Pengambil keputusan tidak perlu mencari informasi
sebanyak-banyaknya dan sedetail-detailnya atas keputusan yang akan dibuat. Subyek yang
diputuskan biasanya bersifat rutin, berulang-ulang, tidak berdampak ekonomis
maupun psikologis tinggi, dan tidak berhubungan dengan konsep diri. Misalnya keputusan untuk membeli
sabun cuci. Maka apapun merknya, jika timbul kesalahan tak akan menimbulkan
kerugian yang besar, tidak menimbukan siksaan batin bahkan tidak menyebabkan
turunnya gengsi pembuat keputusan.
Sedangkan pesan yang bersifat low involvement decisions, sebaiknya disampaikan secara singkat,
berulang-ulang dan atraktif. Medium yang disarankan adalah televisi dan radio
(dalam situasi tertentu juga bisa melalui film).
Elemen-Elemen
Dasar Pengambilan Keputusan
1.
Menetapkan tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan
tujuannya, apakah spesifik dapat diukur hasilnya ataupun sasaran bersifat umum.
Tanpa penetapan tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif atau
memilih suatu tindakan. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa tujuan harus dibagi
menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan
ada tujuan yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.
2.
Mengidentifikasi
permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan
diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan
antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Pengambilan keputusan
yang efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan.
Jika penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat,
maka permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga
kesalahan yang sering terjadi dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu
mengabaikan permasalahan yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan bukan
pada penybab permasalahan yang sebenarnya, serta melindungi diri karena
informasi dianggap mengancan harga diri.
3.
Mengembangkan sejumlah
alternatif
Setelah permasalahan diidentifikasi,
kemudian dikembangkan serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan. Dalam hal ini pengkajian dapat dilihat dari berbagai informasi baik intern maupun ekstern
untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan dapat memecahkan
permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan
seseorang menolak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih
mungkin pencapaian keputusan yang efektif. Proses pengambilan keputusan yang
rasional mengharuskan pengambil keputusan untuk mengkaji semua alternatif
pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya seringkali
terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah seringkali
terbatas.
4.
Penilaian dan
pemilihan alternatif
Setelah berbagai alternatif
diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif
yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik.
Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang
ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang
terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak
dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model yang baik
untuk menilai berbagai alternatif yang telah dikembangkan.
5.
Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang
terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus diterapkan dengan benar (Gillies, 1996; Gitosudarmo, 1997). Dalam
mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun
baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka
keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan
berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan penerapan
operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).
6.
Evaluasi dan
pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja
menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem
pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari
keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur
dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. Jika
keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasalahan masih ada, maka
pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan
tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu
dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan
(Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).
Mengenal 5 tipe gaya keputusan.
Dari hasil survei yang dilakukan oleh Center
of Creative Leadership (CCL), terdapat beberapa tipe atau gaya pengambilan
keputusan, sebagai berikut:
·
D1-
Anda memutuskan sendiri. Anda dalam memutuskan
tidak memerlukan suatu diskusi dengan siapapun. Dalam mengambil keputusan anda
hanya mengandalkan informasi yang ada secara tertulis.
·
D2-
Anda mencari informasi, kemudian memutuskannya sendiri. Anda berusaha mencari informasi dari bawahan anda sebagai bahan
pertimbangan. Pada bawahan, anda hanya sekedar bertukar pikiran dan tidak
memintanya untuk memberi masukan.
·
D3-
Anda berkonsultasi dengan bawahan anda, tetapi keputusan tetap anda buat
sendiri. Anda mengajak bawahan anda untuk
membahas masalah dan meminta masukan dari mereka. Bawahan yang anda ajak bicara
secara selektif anda tentukan sendiri. Masukan atau hasil diskusi dengan
bawahan diolah sendiri untuk kemudian anda putuskan tanpa melibatkan mereka.
·
D.4-
Anda konsultasi dengan tim kerja dan kemudian memutuskannya sendiri. Anda berkonsultasi dengan Tim Kerja, dan meminta mereka untuk
terlibat secara aktif dalam pembahasan masalah. Keputusan tetap anda tentukan
sendiri, tanpa meminta kesepakatan dari mereka terlebih dahulu.
·
D5-
Anda bersama-sama bawahan anda mengambil keputusan. Masalah didiskusikan secara bersama-sama, baik yang menyangkut
alternatif maupun pilihan keputusan. Keputusan yang anda ambil harus
mendapatkan persetujuan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar