KEBUTUHAN PERSIAPAN LAKTASI
ASI
(Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi
dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada
akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih
tinggi daripada awal menyusui. Juga
terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi. Keberhasilan
laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi
sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir
dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara
mengalami pembesaran karena pertumbuhan dan difrensiasi dari
lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini
hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja yang berperan dalam
produksi ASI.
Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin.
Prolaktin menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini
dipengaruhi oleh lama dan frekuensi pengisapan ( suckling). Hormon
oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya
suckling yang akan menstimulasi sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan (
ejection) ASI. Hal ini dikenal dengan milk ejection reflex
atau let down reflex yaitu mengalirnya
ASI
dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi
melalui puting susu. Terdapat tiga bentuk ASI
dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu kolostrum, ASI transisi,
dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik
dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. ASI
transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana kadar
lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah.
ASI matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan
volume bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi
saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam,
tahun kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara
industri rata-rata volume ASI pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah 750
gr/hari dengan kisaran 450 – 1200 gr/hari (ACC/SCN, 1991). Pada studi
Nasution.A (2003) volume ASI bayi usia 4 bulan adalah 500 – 800 gr/hari,
bayi usia 5 bulan adalah 400 – 600 gr/hari, dan bayi usia 6 bulan adalah
350 – 500 gr/hari.
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung
pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama
laktasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
antara lain :
1. Frekuensi Penyusuan
Pada ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi.
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama
bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi
prematur belum dapat menyusu. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi
cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama
2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI
yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling
sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi
penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar
payudara.
2. Berat Lahir
Mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume
ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan
lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari
kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap
yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang
mendapat formula. Menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan
frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat
lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah
dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap
ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang
lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi
stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat
Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI.
Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari
34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga
produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur.
Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat
badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4. Umur dan Paritas
Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya
dengan produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI.Menemukan
bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi
berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25 bayi. Pada ibu yang
melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat setelah
melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.
5. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi
sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI.
Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan
nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai
tipe stres ibu khususnya kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi
ASI. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses
laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.
6. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok
akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan
adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI
tidak diukur secara langsung.
Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu
penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan
pengosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan cara termudah
untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI, meliputi protein, karbohidrat,
dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari
plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma
ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi
plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat
dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar
payudara
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi
ASI adalah intik pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam
penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi
ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui.
Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume
ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan
ibu atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor
fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan tidak
langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status
gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi
meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Matheson, 1989).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar