2.1.Definisi Vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan darah, seperti
protrombin atau faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S, serta
beberapa protein lain seperti Z dan M yang belum banyak diketahui perannya
dalam pembekuan darah.
Penyerapan
vitamin K memerlukan penyerapan lemak yang normal. Malabsorbsi lemak merupakan
penyebab paling sering timbulnya defisiensi vitamin K. derivat vitamin K dalam
bentuk alami hanya diserap bila ada garam-garam empedu, seperti lipid lainnya,
dan didistribusikan dalam aliran darah lewat system limfatik dalam kilomikron.
Menadion, yang larut dalam air, diserap bahkan dalam keadaan tanpa adanya
garam-garam empedu, dengan melintas langsung ke dalam vena porta hati.
Vitamin K ternyata terlibat dalam pemeliharaan kadar normal faktor pembekuan darah II, VII, IX dan X, yang semuanya disintesis di dalam hati mula-mula sebagai precurcor inaktif.
Vitamin K ternyata terlibat dalam pemeliharaan kadar normal faktor pembekuan darah II, VII, IX dan X, yang semuanya disintesis di dalam hati mula-mula sebagai precurcor inaktif.
Vitamin K
bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentu residu γ –
karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase yang tergantung
vitamin K terjadi dalam retikulum endoplasmic banyak jaringan dan memerlukan
oksigen molekuler, karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K dan
di dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi karboksilase diubah oleh
enzim 2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K dengan menggunakan
zat pereduksi ditiol yang masih belum teridentifikasi. Reduksi selanjutnya
bentuk kuinon menjadi hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk
menghasilkan kembali bentuk aktif vitamin tersebut. (http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/v-i-t-m-i-n.html).
2.2.Macam-macam
Vitamin K
Ada tiga bentuk vitamin
K yang diketahui :
2.2.1.
Vitamin K1
(Phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau. Jenis vitamin ini yang
dibutuhkan, bukan K2 dan K3.
2.2.2.
Vitamin K2 (Menaquinone)
disintesa oleh flora usus normal seperti Bacteriodes
fragilis dan beberapa Strain E. Coli.
2.2.3.
Vitamin K3 (Menadione)
merupakan vitamin K sintetik yang sekarang sudah tidak boleh diberikan lagi
pada bayi baru lahir karena dilaporkan bisa menyebabkan anemia hemolitik.
Secara fisiologis kadar faktor koagulasi yang bergantung pada vitamin K
dalam tali pusat sekitar 50 % dan akan menurun dengan cepat mencapai titik
terendah dalam 48-72 jam setelah kelahiran. Kemudian kadar faktor ini akan
bertambah secara perlahan selama beberapa minggu tetapi tetap berada di bawah
kadar orang dewasa. Peningkatan ini disebabkan oleh absorpsi vitamin K dari
makanan. Sedangkan bayi baru lahir relatif kekurangan vitamin K karena berbagai
alasan, antara lain simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir, sedikitnya
perpindahan vitamin K melalui plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada ASI dan
sterilitas saluran cerna.
2.3.Manfaat Vitamin K
Vitamin K penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan darah yang
normal pada bayi yang baru lahir, karena usus yang masih steril. Bayi belum
mampu membentuk vitamin K-nya sendiri untuk beberapa hari pertama, begitu juga
bagi bayi yang mendapatkan ASI secara ekslusif juga beresiko mengalami
kekurangan vitamin K. Fakta menunjukkan cukup banyak bayi baru lahir mengalami
perdarahan terutama di otak dan saluran cerna, oleh karena itu bayi perlu diberi
vitamin K sebagai tindakan pencegahan terhadap perdarahan.
Pada bayi baru lahir, kadar vitamin K sedikit rendah karena pembentukan
vitamin K berlangsung di dalam usus, butuh garam asam empedu atau empedunya
sendiri untuk memproduksinya, sedangkan tubuh bayi masih belum dapat bekerja
dengan sempurna dan maksimal, sementara vitamin K penting untuk pembekuan darah.
(Steven, 2005).
2.4.Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pemberian Vitamin K
2.4.1. Bayi Baru Lahir
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke
kehidupan ekstrautern. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian
fisiologi.
Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan
fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain
itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam
morbiditas dan mortalitas bayi.
Empat aspek transisi pada bayi baru lahir
yang paling dramatic dan cepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan,
sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber glukosa
2.4.2. Umur Bayi
2.4.3. Ketersediaan
Vitamin K atau Sarana BPS
2.4.4. Pengetahuan Bidan
Pengetahuan membantu seseorang untuk menerima informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Misalnya memberikan Vitamin K1 Pada Bayi
Baru Lahir untuk mencegah terjadinya perdarahan. Proses pencarian dan penerimaan
informasi ini akan cepat jika berpendidikan tinggi. ( Sintya.Wordpress.com,
07-04-2008 ).
Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah tingkat pendidikan
yang dimiliki seseorang dimana seseorang yang tergolong pendidikan tinggi lebih
sedikit dibandingkan dengan seseorang yang memiliki pendidikan rendah. Hal ini
menggambarkan bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya dan
semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah pula tingkat
pengetahuannya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan Bidan cukup atau
kurang, tidak mempengaruhi dalam pemberian Vitamin K pada Bayi Baru Lahir. (ridwanamiruddin.wordpress.com,
07-04-2008).
2.4.5. Cara Pemberian
Vitamin K
Ada
dua cara pemberian vitamin K pada bayi baru lahir, yaitu :
2.4.5.1.
Injeksi Intramuskular
American Academy of Pediatricians (AAP)
tahun 2003 merekomendasikan bahwa vitamin K harus diberikan pada semua bayi
baru lahir secara IM dengan dosis 0,5-1 mg. Canadian
Pediatric Society tahun 1997 juga merekomendasikan pemberian vitamin K
secara IM. Metode ini lebih disukai di Amerika Utara karena efikasi dan tingkat
kepatuhan yang tinggi.
Cara
pemberian vitamin K secara IM lebih disukai dengan alasan berikut ini :
1.
Absorpsi vitamin K1 oral
tidak sebaik vitamin K1 IM, terutama pada bayi yang menderita diare.
2.
Beberapa dosis vitamin
K1 oral diperlukan selama beberapa minggu. Sebagai konsekuensinya, tingkat
kepatuhan orangtua pasien merupakan suatu masalah sendiri.
3.
mungkin terdapat asupan
vitamin K1 oral yang tidak adekuat karena absorpsinya atau adanya regurgitasi.
4.
Efektivitas vitamin K1
oral belum diakui secara penuh.
Semua bayi baru
lahir harus diberikan vitamin K1 secara injeksi 1 mg intramuskuler di paha kiri
sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahirn akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir. (APN, 2007).
2.4.5.2.
Oral
American Academy of
Pediatricians (AAP) juga menyatakan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
efikasi, keamanan, bioavailabilitas dan dosis optimal vitamin K oral sediaan
baru (KKM) untuk mencegah Protrombin
Defisiensi Vitamin K (PDVK) lambat. Cara pemberian oral merupakan
alternatif pada kasus-kasus bila orangtua pasien menolak cara pemberian IM
untuk melindungi bayi mereka dari nyeri karena injeksi IM. Di samping itu untuk
keamanan, bayi yang ditolong oleh dukun bayi, sebaiknya diberikan secara oral.
Untuk
mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan
perlu diberi vitamin K1 peroral 1 mg/hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi
vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 mg. (Saifudin, 2002).
Pemberian
vitamin K1 secara oral dengan ketentuan 2 mg apabila berat badan lahir lebih
dari 2500 gram segera setelah lahir dan diulangi dengan dosis yang sama (2 mg)
pada hari keempat. Bila berat badan lahir kurang dari 2500 gram, dosis yang
dianjurkan adalah 1 mg dengan cara pemberian yang sama, yaitu hari pertama dan
hari keempat setelah lahir.
2.5.Penyebab
Defisiensi Vitamin K
Kekurangan vitamin K1 bisa mengakibatkan komplikasi perdarahan dalam otak
sang bayi dengan angka kejadian sekitar 63 %. Gejala yang timbul bila terjadi
perdarahan dalam otak adalah sakit kepala (menangis terus-menerus), muntah,
ubun-ubun membonjol, pucat hingga kejang.
Defisiensi
atau kekurangan vitamin K dapat menyebabkan terjadinya penyakit hemoragik pada
bayi baru lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta tidak meneruskan vitamin K
secara efisien.
Vitamin K tersebar luas dalam jaringan tanaman dan hewan yang digunakan sebagai bahan makanan dan produksi vitamin K oleh mikroflora intestinal pada hakekatnya menjamin tidak terjadinya defisiensi vitamin K.
Vitamin K tersebar luas dalam jaringan tanaman dan hewan yang digunakan sebagai bahan makanan dan produksi vitamin K oleh mikroflora intestinal pada hakekatnya menjamin tidak terjadinya defisiensi vitamin K.
Defisiensi
vitamin K dapat terjadi oleh malabsorbsi lemak yang mungkin menyertai disfungsi
pancreas, penyakit biliaris, atrofi mukosa intestinal atau penyebab steatore
lainnya. Di samping itu,
sterilisasi usus besar oleh antibiotik juga dapat mengakibatkan defisiensi
vitamin K. (http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/v-i-t-m-i-n.html).
Ternyata menurut penelitian Protrombin
Defisiensi Vitamin K (PDVK) bisa diakibatkan antara lain :
2.5.1.
Ibu yang selama
kehamilannya mengkonsumsi obat-obatan /jamu/ produk herbal yang bisa mengganggu
metabolisme vitamin K, seperti obat antikoagulan oral (warfarin). Obat-obat
anti kejang (fenobarbital, fenitoin, karbamazepin). Obat-obat anti tuberkulosis
(INH, Rifampicin). Untuk herbal/jamu belum diperoleh datanya, tetapi hal
tersebut bukan berarti tidak ada.
2.5.2. Tidak bisa dilupakan juga adalah sintesa vitamin K yang kurang oleh
bakteri usus, misalnya pada bayi-bayi yang sering menggunakan antibotik,
khususnya pada bayi lahir prematur, bayi yang mengalami gangguan fungsi hati
dan bayi yang kurang asupan vitamin K. Begitu juga dengan bayi-bayi yang
menderita sindrom malabsorpsi dan diare kronik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar